Saat Malaysia Banjiri Pasar Makanan RI

Razia produk Cina
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Di tengah dominasi produk asal China paska pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China atau Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) di pasar tanah air, bisnis makanan dan minuman impor dari negara itu justru mengalami hal yang berbeda. Di bisnis ini, produk China belum mampu menguasai pasar Indonesia dan malah mengalami penurunan.

Data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) sepanjang periode Januari hingga Agustus 2011 menunjukan impor produk makanan dan minuman dari China  menurun 20,36 persen menjadi US$22,1 juta setara Rp198,9 miliar (kurs Rp9.000 per dolar AS). Padahal pada periode yang sama tahun lalu, impor dari China mencapai US$26,6 juta.

"Permendag No. 57/2010 tentang  pembatasan pelabuhan, impor produk tertentu, semakin efektif untuk mengendalikan masuknya produk impor makanan dan minuman dari China dan Hong Kong," ujar Sekretaris Jenderal GAPMMI Franky Sibarani di Jakarta, Senin, 19 September 2011.

GAPMMI mencatat, di saat produk makanan dan minuman asal China mengalami penurunan, importir kini justru menyasar produk serupa dari negeri jiran: Malaysia.

Pada periode ini, produk makanan dan minuman Malaysia mengalami kenaikan permintaan. Dari total impor senilai US$155,7 juta, kontribusi produk makanan dan minuman asal Malaysia justru meningkat 24,3 persen. Padahal pada periode sebelumnya, porsi mereka hanya 17,5 persen.

Sementara porsi impor produk makanan dan minuman asal China justru mengalami penurunan dari 19,5 persen menjadi hanya 14,2 persen.

Franky memperkirakan turunnya realisasi impor produk makanan dan minuman asal China disebabkan harga produk asal Negeri Tirai Bambu itu sudah tidak murah lagi.

Penurunan minat dari masyarakat yang kini lebih kritis dalam menilai kualitas dan rasa produk juga ikut berkontribusi pada turunnya impor produk makanan dan minuman dari China.

Namun, kata Franky, penyebab utama berkurangnya impor produk makanan dan minuman dari China adalah semakin ketatnya pengendalian masuknya produk impor makanan dan China dan Hongkong. Kebijakan pemerintah itu semakin ketat karena sistem informasi dan teknologi yang ikut mendukung.



Harus diakui, pasar industri makanan dan minuman di Indonesia memang sangat besar. Dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa, bisa dipastikan kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia memerlukan porsi pasokan yang cukup besar.

Dari sisi impor, GAPMMI mencatat pemasukan produk makanan dan minuman selama 8 bulan pertama tahun 2011 telah mencapai US$155,7 juta. Kebutuhan masyarakat pada produk-produk impor ini naik 14 persen dibandingkan periode yang sama sebesar US$136,5 juta.

Sepanjang tahun 2010, GAPMMI mencatat impor produk makanan dan minuman ke tanah air menembus angka US$216 juta atau setara Rp1,94 triliun.

Melihat banjirnya produk makanan dan minuman dari luar negeri tersebut, khususnya peningkatan impor dari Malaysia, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Rudi J Sumampaouw menilai pengusaha selama ini memang terlalu berorientasi pada produk asal China.

"Dengan melihat perkembangan sejak beberapa waktu belakangan, pengusaha melihat Malaysia sebagai kekuatan yang bisa diperhitungkan," kata Rudi kepada VIVAnews.com.

Dia menilai, maraknya produk makanan dan minuman asal Indonesia di pasar tanah air lebih disebabkan kedekatan secara geografis dan budaya. Selama ini,  Malaysia melihat Indonesia sebagai negara serumpun dan memiliki jumlah penduduk muslim cukup banyak.

Melalui kesamaan tersebut, pengusaha Malaysia mulai berpikir bahwa pasar Indonesia merupakan peluang bisnis yang menjanjikan bagi produk makanan dan minuman.

"Produk asal Malaysia juga cenderung disenangi oleh konsumen Indonesia," ujar dia.

Kalangan konsumen dan produsen, lanjut Rudi, juga tidak melihat lagi persoalan harga yang berbeda antara produk makanan dan minuman Malaysia dan China. Hal itu terjadi karena masyarakat Indonesia umumnya sudah sampai tahap sangat konsumtif.

Dalam kasus penurunan produk makanan dan minuman asal China, APRINDO menilai masalah kontaminasi sejumlah bahan  pada produk makanan dan minuman asal China turut membuat berkurangnya minat konsumen di tanah air. Hal itu yang akhirnya menciptakan kesan tersendiri bagi masyarakat Indonesia.

Satria Hamid, Head of Public Affairs PT Carrefour Indonesia kepada VIVAnews mengaku sepakat dengan munculnya tren impor produk makanan dan minuman dari Malaysia.

Sebagai perusahaan ritel besar di Indonesia, Satria menilai faktor geografis menyebabkan produsen makanan dan minuman asal Malaysia lebih mudah melakukan penetrasi pasar dibandingkan China. "Dengan Malaysia, jarak kita sangat dekat," kata dia.

Namun, Satria menganggap faktor budaya yang relatif mirip antara Malaysia dan Indonesia justru lebih dominan dalam menentukan pertumbuhan impor produk Malaysia.

Dengan penguasaan bahasa Melayu yang lebih baik dibandingkan China, produk makanan dan minuman asal Malaysia cenderung lebih mudah masuk ke pasar tanah air. Kondisi ini muncul sejak pemerintah menetapkan bahwa produk impor yang masuk ke Indonesia harus menyantumkan label dan buku petunjuk berbahasa Indonesia.

"Ditambah lagi, Malaysia sudah memiliki ketentuan mengenai sertifikasi halal. Fakta-fakta itulah yang membuat mereka mudah melakukan penetrasi ke pasar Indonesia," ujarnya.

Kendati produk makanan dan minuman impor cukup banyak diminati konsumen Indonesia, Carrefour mengaku telah memiliki kebijakan yang ketat dalam hal importasi produk luar negeri.

Selama ini Carrefour yang sahamnya sudah dikuasai pengusaha Chairul Tanjung hanya membatasi produk impor sebesar 5 persen dari produk yang dipasarkan. Dari jumlah itu, porsi makanan dan minuman impor hanya berkisar 2 persen.

"Bagi kami apa pun produk yang diimpor dari luar negeri, harus memiliki izin edar yang dikeluarkan instansi di tanah air. Kalau tidak ada izin, kami tidak akan mengedarkannya," tutup Satrio. (eh)

BMKG Sebut Gelombang hingga 2,5 Meter Bakal Terjadi di Perairan Indonesia, Ini Lokasinya
Aksi panggung Reza Artamevia dalam Soul Intimate Concert 2.0

Ajak Bernostalgia, Dewa 19 hingga Reza Artamevia Guncang Panggung Soul Intimate Concert 2.0

Dewa 19, Reza Artamevia dan Maliq & D'Essentials hibur penonton dengan deretan hits ngetop di panggung Soul Intimate Concert 2.0.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024