Indonesia Ladang Investasi Asing

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber :

VIVAnews - Posisi Indonesia dalam rantai perekonomian global semakin membaik. Sebab, realisasi investasi ke dalam negeri terus meningkat dan berpotensi mendorong Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara dengan perekomian terbesar di dunia.

Menurut catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM, total realisasi investasi semester I-2011 mencapai Rp115,6 triliun berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp33 triliun dan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp82,6 triliun.

Dibandingkan periode sama tahun sebelumnya tren PMDN melonjak 50,7 persen, sedangkan realisasi PMA tumbuh 16,2 persen.

Pada investasi PMA, terlihat saat ini sejumlah negara seperti Korea Selatan dan India sangat antusias menanamkan modalnya yang diperkirakan bakal menggeser dominasi negara lainnya dalam investasi terbesar di Indonesia.

Sedangkan realisasi investasi PMA pada semester I-2011 berdasarkan lokasi yaitu Jawa Barat sebesar US$2 miliar, DKI Jakarta US$1,5 miliar, Papua US$0,8 miliar, Banten US$0,8 miliar, dan Sumatera Selatan US$0,5 miliar.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi berpendapat, meningkatnya investasi di Indonesia tersebut mesti dibarengi langkah pemerintah dalam memberikan sentimen positif pada roda investasi. Terutama, bagi pemodal dari luar negeri.

"Investor asing cukup berminat menanamkan modalnya di Indonesia, asal diikuti dengan kepastian hukum terutama soal pembebasan lahan dan tata ruang," ujarnya saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Selasa 20 September 2011.

Bahkan, Sofjan menuturkan, pemodal negara Eropa yang saat ini didera ancaman krisis turut menyatakan minatnya untuk meningkatkan investasinya di Indonesia. "Saat pertemuan di Brusel, Belgia, negara-negara Eropa mengungkapkan keinginannya itu, disaksikan Dubes Uni Eropa untuk Indonesia," kata dia.

Sejumlah perusahaan dari Eropa, dia menambahkan, bertekad meningkatkan investasinya di Indonesia bila kepastian hukum dan pembangunan infrastruktur dijamin Pemerintah Indonesia.
 
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Julian Wilson, juga mengungkapkan, peluang investasi dari Uni Eropa bisa ditingkatkan lebih dari 1,6 persen dari total investasi Eropa di Indonesia. "Indonesia mendapatkan 1,6 persen dari FDI (Foreign Direct Investment) Uni Eropa, ini bisa ditingkatkan," kata Julian Wilson, dalam Rapat Sosialisasi Vision Group Report Indonesia-Uni Eropa di kantor Kadin, Jakarta, Selasa.

Peluang membuka lapangan kerja, Wilson menambahkan, turut dapat ditingkatkan. Bila saat ini Indonesia mendapatkan 1,6 persen investasi Eropa--dari sekitar 700 perusahaan dengan total investasi sekitar 50 miliar euro--bisa menciptakan sekitar 500 ribu lapangan kerja. "Dengan kerja sama CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) bisa sampai dua atau tiga kali lipat," ungkap diplomat asal Inggris itu.

Peluang lainnya, lanjut Wilson, investor dari Eropa dapat memberikan teknologi dan transfer pengetahuan dengan standar Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan yang tinggi. "Eropa juga berpartisipasi dalam MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)," kata dia.

Tentunya, Wilson menambahkan, Indonesia bisa lebih kompetitif dari negara tetangga lainnya.

Uni Eropa berencana meningkatkan investasinya di Indonesia, kata Wilson, setelah menilai sejumlah kelebihan yang dimiliki Indonesia seperti pelayanan tenaga kerja yang intensif. "Terutama di bidang pariwisata, transportasi, dan konstruksi," kata Wilson.

Namun, lanjut Wilson, Indonesia juga mempunyai kelemahan yang dapat menghambat investasi Uni Eropa. Kelemahan itu di antaranya kualitas pelayanan publik, infrastruktur, dan tidak adanya kepastian hukum. "Ini harus diperbaiki jika ingin investasi meningkat," ujar dia.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi PMA dari Uni Eropa terlihat terus meningkat. Pada kuartal I-2011, tercatat hanya mencapai US$596,3 juta atau setara Rp5,27 triliun tapi pada kuartal II-2011 naik sekitar 38,64 persen menjadi US$826,7 juta atau setara Rp7,31 triliun.

Belanda terlihat menjadi negara paling banyak menambatkan investasinya di Indonesia, dengan 51 proyek senilai US$634,3 juta atau setara Rp5,61 triliun pada kuartal II-2011, meningkat dari kuartal sebelumnya yang hanya sebanyak 24 proyek senilai US$93,3 juta atau sekitar Rp825,66 miliar.

Fauzi Ichsan, Ekonom Stanchart memperkirakan, derasnya investasi asing ke Indonesia tersebut karena dipicu tiga pilar. Pertama, roda perekonomian Indonesia ditopang konsumsi domestik yang tinggi. "Di saat krisis global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat. Sebab, 70 persen ditopang konsumsi domestik," ujarnya saat dihubungi VIVAnews.com di tempat terpisah, Selasa.

Pilar kedua, dia menambahkan, adalah sektor komoditas. "Kita tahu, dalam 5-10 tahun ke depan permintaan komoditas seperti batu bara, minyak bumi, dan gas tetap tinggi. Nah, Indonesia merupakan negara kaya akan komoditas," kata Fauzi.

Sedangkan pilar ketiga, Fauzi melanjutkan, komitmen pemerintah dalam membangun sektor infrastruktur. "Lihat saja, dengan infrastruktur yang kurang memadai saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6-6,5 persen. Apalagi ditopang infrastruktur, kemungkinan bisa tembus angka delapan persen," tuturnya.

Untuk itulah, kata dia, investor asing atau sejumlah negara terus melirik Indonesia sebagai ladang investasi. Tak terkecuali, negara-negara Eropa yang saat ini sedang dihantui krisis ekonomi. "Indonesia akan menemani China dan India, sebagai negara berkekuatan ekonomi baru di Asia," ujar Fauzi.

Duta Besar Uni Eropa juga menyatakan, kendati tengah krisis, perdagangan negara Eropa dengan Indonesia tetap terjalin meski akan mengalami penurunan. "Meski UE mungkin mengalami krisis, bukan berarti kami hilang," kata Dubes UE, Julian Wilson di kantor Kadin, Jakarta, Selasa.

Bahkan, dampak krisis di negara-negara Eropa, kata Wilson, terutama terhadap Indonesia, hingga saat ini belum terasa. Jika dilihat sejarah hubungan perdagangan Indonesia-Eropa, pada krisis 2009, sangat kuat. "Bahkan pada 2011 pertumbuhan hubungan perekonomian kita mencapai hingga 15 persen," kata Wilson. Indonesia, lanjutnya, memiliki produk yang bagus dan perusahaan-perusahaan tertarik dengan produk-produk tersebut.

Wilson mengakui, Eropa mungkin saat ini mengalami kesulitan, tapi Wilson meyakini UE akan membaik dan menguat sehingga kondisi ini tidak akan memengaruhi perdagangan dan perjanjian investasi dengan berbagai negara.

Terpopuler: Klaim Israel soal Iran Disebut Halu, Ribuan Pendukung Prabowo Siap Jadi Amicus Curiae

Ia juga mengingatkan negara yang dilanda krisis, seperti Yunani memiliki ekonomi kurang dua persen dari Eropa.

Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Investasi, Peter F Gontha, mengatakan pengusaha Indonesia terancam kehilangan pangsa pasar di Uni Eropa, dikalahkan kompetitornya dari China dan Vietnam.

Kadin juga menilai Indonesia relatif kurang banyak dilirik oleh investor asing dari benua Eropa. Hal itu terlihat dari kecilnya porsi investor Eropa dan anggota Uni Eropa di Tanah Air dibandingkan negara ASEAN lainnya.

"Pengusaha kita terancam kehilangan pangsa pasar di Uni Eropa dibanding China dan Vietnam," kata Peter Gontha, pada Rapat Sosialisasi Vision Group Report Indonesia-Uni Eropa di kantor Kadin, Jakarta, Selasa.

Gontha menegaskan, posisi Indonesia akan makin dikucilkan dari pasar Eropa, jika negara ini tidak menjalin kerja sama ekonomi secara lebih komprehensif dengan Uni Eropa. Padahal, negara-negara lain sudah mulai gencar menjalankan kerja sama.

Tak hanya pasar yang hilang, Gontha juga menilai jumlah investasi negara-negara Eropa di Indonesia masih terbilang sangat kecil.

Dari total investasi Eropa pada 2010 sebesar US$200 miliar di Asia Tenggara, Indonesia hanya bisa meraih investor sebesar US$15 miliar, atau 10 persen. "Ini lebih kecil jika dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai US$27 miliar atau 13 persen dari investasi Eropa," kata Gontha.

Sedangkan Ketua Vision Group yang juga ekonom CSIS, Djisman Simanjuntak, mengatakan hubungan kerja sama Indonesia dengan Eropa dianggap sehat, kendati secara status quo tidak memuaskan. "Namanya sehat 'kurus', untuk itu diperlukan upaya baru untuk meningkatkan kualitas kerja sama ini," katanya.

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Julian Wilson, mengaku perdagangan maupun investasi Uni Eropa di Indonesia maupun sebaliknya dinilai memang masih sangat kecil jika dibandingkan negara-negara Asia maupun ASEAN lainnya. "Hubungan perdagangan Singapura, tiga kali lebih besar daripada hubungan perdagangan Indonesia ke Uni Eropa," kata Wilson.

Negara yang lebih kecil, lanjut Wilson, justru memiliki hubungan perdagangan yang lebih besar daripada Indonesia. Dia mencontohkan Singapura yang memiliki total perdagangan sebesar 42,59 miliar euro atau 1,5 persen dari total perdagangan Uni Eropa. Posisi Singapura berada pada urutan ke-12.

Nilai perdagangan Indonesia ke Eropa juga masih kalah dibandingkan Taiwan yang berada pada posisi 14, serta Malaysia dan Thailand yang masing-masing berada pada posisi 22 dan 24. "Indonesia hanya menempati urutan 32 dengan 20,04 miliar euro atau 0,7 persen dari total perdagangan Eropa," ungkap Wilson.

Wilson menegaskan, Uni Eropa sebenarnya sangat tertarik untuk menanamkan investasi di bidang jasa. Selain itu, Uni Eropa sangat berminat mengembangkan perdagangan dan tidak terbatas pada sektor komoditas.

"Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Saya rasa tidaklah tepat jika Malaysia memiliki nilai investasi lebih tinggi bila dibandingkan Indonesia, karena mereka memiliki perdagangan yang logis, seharusnya Indonesia bisa," kata dia.

Nilai investasi Uni Eropa di Malaysia tercatat mencapai US$5 miliar. Sementara itu, investasi Uni Eropa di Indonesia hanya US$3 miliar dari total investasi Uni Eropa ke ASEAN sebesar US$35 miliar.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa menjelaskan pemerintah akan berupaya menarik investasi lokal dan asing melalui kawasan ekonomi khusus atau KEK.

Berbagai fasilitas akan ditawarkan pemerintah agar KEK menarik buat para investor diantaranya keringanan pajak, infrastruktur dan berbagai penunjang lainnya dalam berbisnis.

Pujian Shin Tae-yong untuk Australia Meski Dipecundangi Timnas Indonesia U-23

KEK yang sudah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 diharapkan pada tahun 2012 Indonesia sudah memiliki sembilan KEK yang tersebar di Papua, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera.

"Kawasan ekonomi khusus itu memang ini semacam suatu kawasan free trade yang memang tentu harus kita lihat masing-masing daerah memiliki keunggulan, intinya adalah bahwa ke depan kita tidak ingin lagi raw material yang kita ekspor, tetapi kita harus meningkatkan value added-nya, meningkatkan manufaktur," ujar Hatta Rajasa. (eh)

Ilustrasi Zodiak

Ramalan Zodiak Jum’at 19 April 2024, Sagitarius: Teman dekat Mungkin Mengkhianatimu

Ramalan zodiak Jum’at, 19 April 2024. Sagitarius, waspadalah terhadap kemungkinan pengkhianatan dari seorang teman dekat. Jangan ragu mengejar peluang bisnis baru Pisces.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024