Sinyal Ekonomi Suram Versi IMF

krisis ekonomi Yunani
Sumber :
  • REUTERS/John Kolesidis

VIVAnews - Proses pemulihan ekonomi akibat dampak krisis utang di Eropa dibayangi ketidakpastian. Pelaku pasar khawatir, potensi gagal bayar surat utang pemerintah Yunani akan berdampak pada negara-negara lain di kawasan Eropa.

Upaya pemerintah Yunani mencegah gagal bayar surat utang juga dinilai tidak berpengaruh signifikan. Kebijakan pemulihan ekonomi, seperti langkah restrukturisasi utang dan penghematan juga dinilai tidak efektif.

Ketidakpastian itu bisa menimbulkan efek berantai ke negara kawasan lainnya, seperti Asia. Karena pengaruh konektivitas pasar, segala kemungkinan bisa terjadi. Kondisi ini yang akhirnya membuat pasar keuangan terguncang.

Dua lembaga internasional pun secara hampir bersamaan merevisi laju pertumbuhan ekonomi dunia. Jika Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa, Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan proyeksi serupa di kawasan Asia.

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan memperkirakan munculnya dampak yang parah, jika Eropa gagal mengatasi krisis utang. Dampak ekonomi akan makin krusial jika rencana kebijakan fiskal Amerika Serikat juga menemui jalan buntu.

Dalam laporan World Economic Outlook seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa, 20 September 2011 disebutkan, IMF menaksir ekonomi dunia hanya akan tumbuh empat persen pada 2011 dan 2012. Angka itu lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang dikeluarkan pada Juni 2011, masing-masing sebesar 4,3 persen untuk 2011 dan 4,5 persen pada 2012.

Untuk kawasan negara-negara ekonomi berkembang, IMF memproyeksikan pertumbuhan 6,4 persen tahun ini dan 6,1 persen pada 2012. Prediksi itu turun dari sebelumnya 6,6 persen dan 6,4 persen.

Selanjutnya, negara-negara kaya kemungkinan hanya akan menikmati pertumbuhan 1,6 persen, atau menyusut dari perkiraan sebelumnya 2,2 persen. Tahun depan, pertumbuhan ekonomi negara-negara kaya itu juga diperkirakan hanya 1,9 persen dari sebelumnya 2,6 persen.

Pertumbuhan ekonomi AS bahkan akan menyusut dari perkiraan sebelumnya 2,5 persen menjadi 1,5 persen. "Aktivitas global semakin melemah dan tak pasti. Kepercayaan telah runtuh dan risiko penurunan semakin besar," ujar IMF dalam laporan itu.

Di kawasan Eropa, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya berkisar 1,6 persen dari sebelumnya dua persen. Tahun depan, pertumbuhan makin terpangkas menjadi hanya 1,1 persen.

ADB dalam laporan terbaru bertajuk Asia Development Outlook 2011 juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia dari sebelumnya 7,8 persen menjadi 7,5 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia pada 2012 juga dipangkas menjadi 7,5 persen dari sebelumnya 7,7 persen.

Lembaga dunia itu menilai pelemahan permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa terus berlanjut. Kondisi itu memicu kekhawatiran pelaku pasar di wilayah Asia.

Indonesia khawatir

Pengamat ekonomi dari Center for Information and Development Studies (CIDES), Umar Juoro, kepada VIVAnews.com, mengatakan, ketidakpastian ekonomi di Eropa itu membuat pemulihan ekonomi, khususnya di Yunani tidak mudah. Yunani tidak cukup kuat di bidang manufaktur dan sumber daya alam.

"Mereka mungkin hanya mengandalkan bidang jasa di industri pariwisata," ujarnya.

Meski beberapa negara di Eropa seperti Italia dan Spanyol juga menghadapi krisis utang, kondisi perekonomian kedua negara itu berbeda dengan Yunani. "Italia manufakturnya lebih kuat," ujarnya.

Laman The Economist juga menyebutkan, negara-negara maju menghadapi revisi pertumbuhan yang cukup besar. "Imbal hasil investasi di Amerika sangat mengecewakan pada 2011 dan tidak diharapkan akan meningkat signifikan pada 2012. Kami juga tidak yakin Eropa berada dalam posisi yang lebih baik," tulis laman itu.

Meski prospek pertumbuhan ekonomi di zona euro terpangkas, IMF mengatakan kebijakan di kawasan itu tetap cukup kuat untuk menjaga gejolak keuangan yang tidak terkontrol. "Kami menilai standard error untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi di zona euro sedikit lebih tinggi dibanding untuk Amerika," tulisnya.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang melambat itu sempat dilontarkan Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, pekan lalu. Dia memperingatkan bahwa pasar dan ekonomi global kini memasuki "zona bahaya baru."

Kepercayaan para investor atas sejumlah aktor utama ekonomi dunia, seperti AS dan Eropa, tengah menurun sehingga butuh upaya keras untuk mengembalikan kepercayaan mereka.

4 Potret Adem Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri setelah Mualaf

"Apa yang terjadi dalam dua pekan terakhir adalah konvergensi sejumlah peristiwa di Eropa dan AS, yang menyebabkan banyak pelaku pasar kehilangan kepercayaan atas kepemimpinan ekonomi sejumlah negara utama," kata Zoellick saat berpidato di Sydney seperti dilansir BBC.

Kepercayaan investor makin tidak menentu setelah lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poor's (S&P) juga menurunkan peringkat utang Italia dari A+/A+1 menjadi A/A-1. Tidak hanya itu, S&P menilai prospek pertumbuhan ekonomi Italia dalam kategori negatif.

Hasil survei S&P terbaru yang dipublikasikan BBC, 20 September 2011 menyebut upaya parlemen Italia yang telah mengesahkan pengetatan anggaran belanja negara yang tidak populer dan berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi. S&P tetap mengkhawatirkan kemampuan Italia menanggung beban utang, yang jumlahnya lebih besar dari pendapatannya.

Bahkan, Komite Ekonomi Nasional (KEN) mengaku khawatir terhadap munculnya dampak lebih besar dari penurunan peringkat surat utang Italia itu. Alasannya, jika pemerintah Italia tidak mampu membayar surat utangnya, dipastikan akan muncul kekacauan ekonomi dunia bahkan sampai mengalami chaos.

"Kalau Italia yang kena itu (gagal bayar), tidak ada satu negara pun termasuk Jerman dan Prancis yang kuat menanggung, berarti akan terjadi chaos yang luar biasa," kata Ketua KEN Chairul Tanjung, di kantor Lemhannas, Jakarta, Rabu, 21 September 2011.

Kondisi ekonomi di wilayah Eropa dan Amerika Serikat diakui Chairul Tanjung semakin terlihat tidak menentu dalam beberapa hari terakhir. "Jujur, saya agak khawatir terhadap situasi Eropa dan AS. Apa pun pasti ada pengaruhnya untuk Indonesia," kata dia.

Heru Budi Mengaku Tak Tahu soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Capai Rp 22 M

Utang luar negeri

Namun, di tengah upaya keluar dari krisis keuangan global itu, banyak negara mencoba meminta bantuan dari pemerintahan negara lain maupun lembaga keuangan. Dalam beberapa kasus, bantuan itu menumbuhkan tingkat utang pemerintah.

Utang pemerintah dan korporasi pada dasarnya merupakan hal normal bagi negara-negara barat. Namun, di tengah krisis keuangan, beberapa negara menyadari bahwa posisi utang mereka lebih mengkhawatirkan dibandingkan negara lain.

Utang tersebut tidak hanya berasal dari pemerintah, tapi juga perusahaan atau individu kepada kreditor di luar negeri. Untuk mengukur tingkat utang sebuah negara biasanya digunakan indikator rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB), dikalkulasikan dengan data terbaru dari Bank Dunia.

Sejak pertama kali laporan ini dibuat pada April 2009, situasi utang di sejumlah negara terbukti sangat berpengaruh pada kondisi pasar.

Seperti dikutip dari laman cnbc.com, di antara negara itu, salah satu yang banyak disorot adalah kelompok negara yang dikenal dengan istilah PIIGS yang terdiri atas Portugal, Irlandia, Italia, Yunani, dan Spanyol.

Indonesia yang tercatat memiliki utang luar negeri hingga Agustus 2011 sebesar Rp1.744,34 triliun atau US$203,35 miliar tak termasuk dalam daftar 10 negara pengutang terbesar di dunia. Indonesia masih memiliki tingkat rasio utang terhadap PDB sebesar 27,15 persen. (np)

Kondisi Terkini Anang Hermansyah dan Ashanty di Dubai, Kepulangan Tertunda Akibat Badai

-------------------------------------------------------------------------------------

10 negara dengan rasio utang luar negeri terhadap PDB terbesar di dunia. Peringkat lain dapat dilihat di tautan ini.

1. Norwegia

Utang luar negeri: 251 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$640,7 miliar
PDB 2009: US$255,3 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$137,4 ribu

2. Austria

Utang luar negeri: 261,1 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$867,14 miliar
PDB 2009: US$332 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$105,6 ribu

3. Finlandia

Utang luar negeri: 271,5 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$505,06 miliar
PDB 2010: US$186 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$96,1 ribu

4. Swedia

Utang luar negeri: 282,2 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$1,6 triliun
PDB 2010 : US$354,7 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$110,4 ribu

5. Denmark

Utang luar negeri: 310,4 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$626,1 miliar
PDB 2010: US$201,7 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$113,8 ribu

6. Belgia

Utang luar negeri: 335,9 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$1,32 triliun
PDB 2010: US$394,3 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$127,1 ribu

7. Belanda

Utang luar negeri: 376,3 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$2,55 triliun
PDB 2010: US$676,9 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$152,3 ribu

8. Swiss

Utang luar negeri: 401,9 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$1,3 triliun
PDB 2010: US$324,5 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$171.528

9. Inggris

Utang luar negeri: 413,3 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$8,981 triliun
PDB 2010: US$2,17 triliun
Utang luar negeri per kapita: US$146,9 ribu

10. Irlandia

Utang luar negeri: 1.382 persen dari PDB
Total utang luar negeri: US$2,39 triliun
PDB 2010: US$172,3 miliar
Utang luar negeri per kapita: US$566,7 ribu

Toyota Fortuner

Terpopuler: Daftar Pajak Tahunan Toyota Fortuner, Duel Yamaha Nmax vs Honda PCX Bekas

Berita yang membahas mengenai daftar pajak tahunan Toyota Fortuner dan duel Yamaha Nmax vs Honda PCX bekas, banyak dibaca sehingga jadi terpopuler di kanal VIVA Otomotif.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024