Salah Gunakan Hak Paten, Kompetisi Tak Sehat

Ilustrasi palu pengadilan.
Sumber :

VIVAnews - Dua pemain besar di dunia perangkat telekomunikasi dan komputasi mobile yakni Apple dan Samsung tengah berseteru di pengadilan terkait hak paten. Padahal sebelumnya, kedua perusahaan merupakan mitra yang sangat akrab dalam memproduksi perangkat untuk industri tersebut.

Sejumlah analis menilai bahwa Apple berhasil melakukan tugasnya di Uni Eropa dan sukses melengserkan sejumlah produk kompetitor iPad dari gerai toko-toko di benua itu, termasuk produk milik Samsung.

Seperti diketahui, Apple telah berhasil mendesak Jerman, Belanda, dan negara-negara Eropa lain untuk melarang penjualan produk seri Galaxy milik produsen Korea itu. Alasannya, produk mereka disebut mencontek produk milik Apple yakni iPad dan iPhone.

Tak cuma di Eropa, di Jepang pun, Apple menekan Samsung. Perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs tersebut, melayangkan gugatan di Pengadilan Distrik Tokyo.

Kabar terbaru, Samsung tidak terima dengan tindak-tanduk sang kompetitornya. Samsung memutuskan bahwa mereka akan melawan  memakai cara yang sama dengan yang digunakan oleh Apple. Mereka akan memaksa pemerintah negara Uni Eropa melarang peredaran smartphone Apple yang tengah ditunggu-tunggu kehadirannya, yakni iPhone 5.

Menurut analis, Samsung, yang sejauh ini cukup lurus dalam persaingan di pasar dan jalur hukum, telah memutuskan untuk mengambil tindakan seperti yang diambil kompetitornya itu. Setelah beberapa waktu terakhir tersiar kabar bahwa mereka akan mengupayakan akan mencegah Apple menghadirkan iPhone 5 di Korea, kini mereka ingin pelarangan iPhone 5 jadi lebih luas.

Produsen asal Korea Selatan tersebut akan menggunakan hak paten yang mereka miliki dan mendesak pelarangan produk-produk Apple yang menggunakan komponen berteknologi milik Samsung, beredar di Eropa.

“Saat iPhone 5 beredar di Eropa, kami akan menggeret Apple ke pengadilan karena melanggar paten terkait dengan teknologi nirkabel milik Samsung,” kata seorang eksekutif Samsung, dikutip dari Korea Times, 22 September 2011.



Pertikaian antara Apple dan Samsung ini sendiri telah menjadi sorotan di industri. Seperti diketahui, salah satu tujuan dari paten adalah agar pemilik paten bisa mendapatkan uang dari pihak lain yang menggunakan hak paten mereka. Namun, tampaknya, metode ini telah dimodifikasi Apple justru untuk mematikan kompetisi di pasar. Padahal semestinya, semua pihak telah memahami asal-usul dan dasar pemikiran diberikannya hak paten.

Dikutip dari editorial Guardian, paten telah menjadi industri bernilai miliaran dolar di mana perusahaan merasa lebih tertarik saling membuat gugatan satu sama lain terhadap suatu pelanggaran kepemilikan paten dibandingkan membuat hal-hal yang baru dan aktual.

Sampai pertengahan 1990-an, industri komputer, termasuk Microsoft, sebenarnya menentang paten. Sebab, industri komputer sangat inovatif tanpa perlindungan paten. Dan dalam banyak hal, kemajuan teknologi sering tampak cukup sepele dan hanya dianggap biasa dan merupakan bagian standar dari pekerjaan seorang insinyur.

Pengacara perusahaan menyadari bahwa mereka bisa menuntut orang lain dari pelanggaran paten. Mereka bergabung dengan perusahaan yang dibentuk hanya untuk membeli paten.  Dan mereka akan menuntut perusahaan dan pengembang yang sebagian besar akan sepakat membayar daripada harus menghadapi biaya lebih besar lagi untuk menyewa pengacara.

Hari ini, perusahaan yang sebelumnya menentang paten, berada dalam lini terdepan untuk mendapatkan paten mereka. Microsoft telah mengumpulkan persenjataan paten yang luas dan dapat meminta produsen seperti HTC untuk membayar US$5 untuk setiap ponsel yang dijualnya, meskipun sistem Android (dikembangkan oleh Google) yang digunakan dalam ponsel HTC adalah "open source" dan seharusnya tersedia untuk semua orang.

Dengan ratusan bahkan ribuan paten yang ada saat ini di dalam ponsel, hampir mustahil untuk tidak melanggar beberapa paten. Google kini berhadapan dengan para pesaingnya yang telah menyedot semua paten. Dan mereka mampu memaksa Google membeli portofolionya sendiri.

Paten seharusnya untuk melindungi inovasi. Sekarang justru sebaliknya, paten berisiko memperlambat inovasi. Akuisisi dapat menyeret perusahaan teknologi semakin jauh dari kompetensi asli mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Berkman Center for Internet and Society menemukan menemukan bahwa paten perangkat lunak tidak memberikan manfaat langsung terhadap industri software, apalagi masyarakat secara keseluruhan.

Tragisnya, karena begitu banyak perusahaan yang sebelumnya menentang paten perangkat lunak kini telah bergabung dengan sistem dan solusi yang efektif akan sulit untuk ditemukan. Sekali lagi konsumen diadu melawan korporasi.



Masih terkait hak paten, Microsoft baru-baru ini menandatangani perjanjian lisensi paten dengan Casio, terkait penggunaan Linux pada perangkat yang dibuat Casio. Meski Casio membayar kepada Microsoft agar mereka bisa memasarkan perangkat berbasis Linux, Microsoft beralasan, pada sejumlah produknya, Casio juga menggunakan teknologi, khususnya software, milik Microsoft.

Sebelum ini, Microsoft juga telah menandatangani banyak perjanjian lisensi Linux dengan alasan bahwa mereka bermaksud menyediakan perlindungan bagi pelanggan.

Berhubung banyak perusahaan yang menggunakan baik produk Microsoft ataupun Linux, kemungkinan besar mereka menandatangani itu untuk mencegah tingginya biaya hukum. Dan tampaknya, banyak perusahaan yang lebih memilih untuk membayar, daripada harus berurusan dengan pengadilan. (sj)

Man Utd Incar Penyerang Tua yang Bela Real Madrid
PJ Wali Kota Pontianak Ani Sofian (bertopi) saat memantau pelaksanaan Sidak ke sejumlah SPBU di Pontianak, Kamis 28 Maret 2024. Pemkot menemukan masih ada SPBU yang takarannya belum sesuai. (Adpim Pemkot Pontianak)

Pemkot Pontianak Kasih Peringatan ke Seluruh SPBU di Kota Itu, Ada Apa?

Jelang Hari Raya Idul Fitri, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak melalui Tim Pengawas Kemetrologian menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke SPBU.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024