Ketua P2K Emmy Hafild

"Presiden SBY Saja Ikut Promosi Pilih Komodo"

Emmy Hafild
Sumber :
  • Facebook Emmy Hafild

VIVAnews -- Kontroversi keikutsertaan Taman Nasional Komodo dalam ajang New7Wonders of Nature  kian memanas. Selasa, 1 November 2011,  Duta Besar Republik Indonesia untuk Swiss Djoko Susilo melansir bahwa penyelenggara New7Wonders itu adalah yayasan abal-abal.

Pelatih Timnas Brasil Peringatkan Real Madrid soal Endrick

Abal-abal, sebab alamat yayasan itu tidak jelas. Djoko Susilo mengaku sudah menerjunkan tim guna menelusuri yayasan itu di Swis. Kantor yayasan yang luas dipublikasikan ke mana-mana itu ternyata cuma sebuah museum. Nama museum itu Heidi Weber. Sama sekali tidak terlihat adanya kesibukan hajatan internasional di kantor itu. 

Kabar itu tentu saja menghentak publik Indonesia, yang belakangan ini begitu bersemangat mendukung Komodo. Tapi itu tidak berarti semangat orang di sini mendukung hewan langka itu surut berkurang. Setidaknya itu menurut Emmy Hafild, Ketua Tim Pendukung Pemenangan Komodo (P2K).

KLHK: 3,37 Juta Hektare Lahan Sawit Terindikasi Ada dalam Kawasan Hutan

Sebelum ditangani Emmy, kampanye pemenangan Komodo itu memang ditangani Kementerian Parawisata. Karena berselisih dengan New7wonder, pemerintah lalu digugurkan oleh yayasan itu sebagai tim pemenangan. Belakangan sejumlah kalangan mengambil alih tim pemenangan ini. Emmy Hafild sebagai ketuanya. Tim itu lalu mengajak mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai duta Komodo.

Kampanye tim ini sukses dalam sebulan belakangan. Jumlah vote untuk Komodo berlipat kali. Pemilik Yayasan New7wonders, Bernard Weber, bahkan sempat berkunjung ke Komodo bersama tim pemenangan itu, pekan lalu. Itu sebabnya, Emmy Hafild mengaku heran alang kepalang, mengapa  Djoko Susilo menyebut Yayasan New7Wonders itu abal-abal.

BI Catat Modal Asing Kabur dari Indonesia Rp 1,36 Triliun

Alamat yang ditemukan Djoko itu adalah Museum Heidi Weber, dan menurut Emmy, "Itu museum milik Bernard Weber."

Wakil Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar, menegaskan bahwa sikap pemerintah sudah jelas dalam kontroversi ini. Pemerintah berpegang pada penjelasan Duta Besar RI di Swiss  dan tidak ikut-ikutan dalam kampanye pemenangan Komodo itu. "Informasi dari Dubes itu tidak sembarangan. Itu resmi," kata Sapta. Tapi Emmy mengaku tidak peduli dengan sikap Djoko dan Sapta itu. Sebab, lanjutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saja sudah mendukung.

Tanggal 20 Oktober 2011, dalam sebuah acara di Lombok Nusa Tenggara Barat Presiden SBY memang berkampanye untuk vote Komodo. SBY bahkan ikut memilih dalam acara yang disiarkan sejumlah televisi. (Baca, SBY: Ayo Dukung Komodo Lewat SMS 9818). Jadi, lanjut Emmy Hafild, "Ayo terus dukung Komodo." Berikut petikan wawancara itu.

Duta besar dan Kementerian Pariwisata mengatakan New7Wonders abal-abal, pendapat Anda?

Saya tidak punya kompetesi untuk menjawab pernyataan mereka itu. Tapi mengapa kami percaya pada yayasan New7wonders itu karena kami melihat profil mereka. Melihat karya mereka. Pada 2000-2007 mereka juga berhasil menggelar kompetisi tujuh keajaiban dunia. Hasilnya luar biasa. Itu menunjukkan track record mereka.

Soal alamat yang menumpang museum dan tidak ada kegiatan di sana?

Itu museum milik yang punya kok, Bernard Weber. New7Wonders itu punya banyak pegawai dan menyebar di sejumlah negara. Mereka ada di London, Zurich, dan Kanada. Weber itu punya dual citizenship, Kanada dan Swiss. Ini adalah organisasi modern, tak punya overhead cost, operasi mereka lewat dunia cyber. Kami kalau kirim email pasti dijawab. Karyawan mereka tidak berkumpul jadi satu tapi selalu travelling ke 28 negara.

Masih menurut Pak Dubes, orang Swiss tak ada yang kenal New7Wonders. Tanggapan Anda?

Dia tanya ke mana ya?  Swiss itu memang tidak perlu New7Wonders untuk mempromosikan pariwisatanya. Puluhan juta yang datang tiap tahun ke sana. Meski Swiss punya finalis, tidak banyak warga di sana yang ikut memilih.

Dan untuk diketahui, yang bersemangat dalam ajang New7Wonders adalah negara-negara yang memerlukan turis untuk memajukan bisnis parawisata mereka seperti Korea Selatan, Filipina, dan Vietnam. Bahkan di Israel ada 1.000 orang telanjang untuk kampanye memenangkan Laut Mati. Yang ribut-ribut ya di Indonesia ini.

Soal tuduhan New7Wonders yang profit oriented?

Dia organisasi independen. Semua biaya untuk pengeluaran ditanggung sendiri. Kalau nggak jual lisensi, dari mana dia dapat uang? Dia punya hak paten, investasi risiko, harus biayai ke sana ke mari. Tapi hal seperti ini memang begitu cara kerjanya. Hal yang biasa saja. 

Ambil contoh Indonesian Idol, kan bayar lisensi. SMS-nya juga premium, tapi tak ada yang mempermasalahkan tuh.

Ada tuduhan, kampanye Komodo 'menjual' nasionalisme, benarkah demikian?

Itu sederhana saja alasannya. Waktu ada wakil kita di ajang internasional,  kita pasti mendukung. Agnes Monica misalnya, kita kan mendukung dia. Kemudian kita semua memenangkan rendang dalam polling makanan terenak di dunia versi CNN. Memangnya salah memenangkan sesuatu di tingkat dunia? Kita ini adalah bangsa yang rindu kemenangan.

Pada tahun 2007 lalu, Borobudur kalah dalam ajang New7Wonders, kita ribut-ribut. Sekarang Komodo sedang berjuang dan ada harapan menang, diributin lagi. Rakyat Indonesia ini luar biasa rindu kemenangan.

Pemerintah berdalih, kampanye Komodo tak perlu New7Wonders. Bahkan Dubes Swiss siap mempromosikan Komodo ke Eropa.

Sekarang yang datang ke Komodo cuma 100 orang per hari. Butuh kampanye yang besar. Kampanye melalui dubes, pemerintah kan pakai dana APBN. Itu jelas pajak rakyat lho. Mereka tidak pernah tanya kepada rakyat soal penggunaan uang itu. Silakan saja pemerintah kampanye, tapi jangan larang inisiatif masyarakat. Kalau mau pakai APBN, untuk biayai birokrat jalan-jalan kampanye Komodo, silakan. Tetapi sekali lagi, jangan larang masyarakat.

Komodo sudah punya dua pengakuan dari UNESCO. Itu yang jadi alasan pemerintah, kita tak butuh New7Wonders. Tanggapan Anda?

Komodo mendapat pengakuan UNESCO pada 1986, tapi meningkatnya promosi kedatangan Komodo baru dua tahun terakhir. Memangnya saat berstatus world heritage, banyak yang ke sana? Tidak, sebab UNESCO tidak berbuat banyak. Hanya beri sertifikat, lalu selesai.

Ada pengaruh kontroversi ini ke penggalangan dukungan Komodo yang tinggal 10 hari lagi?

Tidak ada pengaruhnya. Tidak turun juga suaranya. Kasihan saja pihak New7Wonders dihakimi di Indonesia. Pesan saya ke masyarakat Indonesia, terus dukung Komodo. Hasilnya juga untuk kita kok. Untuk kesejahteraan rakyat NTT dan perbaikan konservasi Komodo.

Menang atau kalah soal lain. Tapi lihat apa yang terjadi setelah kampanye ini, masyarakat menjadi sadar Indonesia memiliki kekayaan alam, Pulau Komodo. Menjadi cinta negeri sendiri. Anak-anak mengenal bahkan mengkampanyekan Komodo. Apa itu salah?

Toh, hanya dua orang dari pemerintah yang mengeluarkan statemen seperti itu. Yang lain, bahkan presiden mendukung memilih Komodo. Pesan saya pada Dubes Swiss, daripada mengurus soal Komodo, urus saja diplomasi di Swiss -- bagaimana mengembalikan uang koruptor yang dibawa kabur ke sana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya