DKI1: Calon Independen vs Politisi vs Militer

Nono Sampono
Sumber :
  • www.Nono-Sampono.com

VIVAnews – Mayoritas masyarakat Jakarta ternyata menginginkan kandidat independen dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta 2012. Begitulah kesimpulan dari hasil penelitian lapangan Media Survei Nasional. 

Terungkap! Keajaiban yang Dialami Ashanty Saat Umrah, Kisahnya Bikin Merinding

Survei lembaga itu menemukan sebanyak 54 persen responden mereka menganggap kehadiran kandidat independen diperlukan. Ada dua alasannya. Sebanyak 39,8 persen responden berharap kehadiran calon independen dapat mengurangi dominasi partai politik. Sekitar 20,6 persen berpendapat akan ada peluang bagi kandidat yang tidak memiliki dukungan finansial yang kuat untuk juga bersaing dalam pemilihan.

Survei ini dilakukan pada 25 Oktober sampai 4 November 2011, dengan jumlah sampel sebanyak 850 orang yang dipilih secara acak. Margin of error dari studi ini adalah plus minus 3,5 persen. 

Erick Thohir Ketemu Kiper Inter Milan, Bakal Dinaturalisasi Timnas Indonesia?

Dengan hasil ini, Ketua Media Survei Nasional Rico Marbun meyakini peluang calon independen di Jakarta masih cukup besar. Dia melihat fenomena ini merupakan cerminan masyarakat yang mulai kehilangan kepercayaan pada partai politik. “Publik melihat banyak perilaku elit partai yang tidak memberikan teladan,” kata Rico kepada VIVAnews, Rabu, 9 November 2011.

Ini baru hasil satu survei. Sejauh mana akurasinya mencerminkan aspirasi masyarakat Jakarta masih harus dibuktikan. Yang jelas, jalan bagi calon-calon independen untuk menang, masihlah berliku.

Konflik Makin Panas, India Larang Warganya Kunjungi Israel dan Iran

Sejauh ini, sejumlah calon independen telah mendeklarasikan diri untuk ikut bertarung dalam pemilihan tanpa bantuan dari partai politik. Mereka adalah duet Faisal Basri - Biem Benyamin, Mayjen TNI (purn) Hendardji Supandji, Komisaris Jenderal Pol. (purn) Noegroho Djajoesman, Firman ‘Dibo Piss’, dan H. Usman yang saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi Pendidikan Dasar Kecamatan Pulogadung, Jakarta.

Ekonom Faisal Basri dan Biem--putra aktor kawakan almarhum Benyamin S.—adalah salah satu pasangan calon yang paling aktif turun untuk menjaring dukungan masyarakat.  

"’Berdaya Bareng-Bareng untuk Jakarta’ bukan memberdayakan saya," kata Faisal saat mengunjungi pemukiman padat penduduk di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu malam 9 November 2011.

Tiap hari, Faisal berusaha melakukan pendekatan langsung dengan rakyat pemilih untuk mengumpulkan syarat minimal dukungan suara sebanyak 4 persen--sekitar 400 ribu orang--untuk dapat mengikuti pemilihan gubernur.

"Kami mendengar langsung keinginan warga, meminta KTP mereka, tapi tidak ditukar dengan uang," kata Faisal.

Faisal-Biem pun menggunakan media social untuk menghimpun dukungan dan dana. Saat ini, Faisal mengklaim, mereka sudah memiliki dana operasional Rp1 miliar lebih, sumbangan dari warga yang bersimpati. 

Akan tetapi, ramainya calon independen itu, menurut Tantowi Yahya--salah satu kandidat Partai Golkar--belum bisa disimpulkan secara pasti bahwa mayoritas warga kini emoh partai politik.

Selain itu, dia juga menyanggah anggapan bahwa calon dari partai tidak aspiratif dan tidak akan berpihak kepada rakyat saat memimpin kelak. "Persepsi yang berkembang di masyarakat, bila lewat partai membuat yang bersangkutan tidak otonom. Tapi, partai saya memberikan kebebasan untuk melakukan terobosan demi kepentingan masyarakat," katanya.

Bersama dengan Priya Ramadhani dan Aziz Syamsudin, Tantowi masih menunggu keputusan DPP Partai Golkar untuk menetapkan siapa di antara mereka yang akan resmi dicalonkan. Tidak lama lagi keputusan itu akan diumumkan.

"Apapun hasilnya, kader yang taat azas dan perintah akan menerimanya," kata Tantowi.

Di luar soal calon independen atau atau kandidat dari partai, survei lain yang dilakukan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) menyimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Jakarta menginginkan figur gubernur yang tegas, inovatif, berkomitmen, dan bermoral. 

Puskaptis lalu menarik kesimpulan—meski tak begitu jelas apa yang menjadi dasarnya--menyatakan sosok militerlah yang paling mendekati keinginan warga Jakarta itu.

Direktur Puskaptis Husin Yazid mengatakan bahwa harapan masyarakat Jakarta kini bertumpu pada figur militer. Menurut dia, warga melihat tokoh birokrat semacam Fauzi Bowo telah gagal membenahi Ibukota. Fauzi dinilai kurang tegas dan tidak memenuhi janji kampanyenya untuk membangun Jakarta. “Tagline kampanye Fauzi ‘Serahkan pada Ahlinya’ kini malah jadi bumerang,” kata Husin kepada VIVAnews, akhir September lalu.

Sahih tidaknya kesimpulan Puskaptis masih harus ditunggu sekitar setahun lagi, saat hasil pemilihan gubernur Jakarta diumumkan nanti.

Yang jelas, selain calon-calon independen di atas, bursa kandidat yang dicalonkan partai kini sudah ramai. Daftar panjangnya adalah sebagai berikut: 

- Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta incumbent)

- Mayjen TNI (purn) Prijanto (Wakil Gubernur DKI Jakarta incumbent)

- Mayjen TNI (purn) Nachrowi Ramli (Ketua DPD Partai Demokrat DKI, militer)

- Tantowi Yahya (Anggota DPR Fraksi Golkar)

- Prya Ramadhani (Ketua Golkar DPD DKI Jakarta)

- Azis Syamsuddin (Anggota DPR Fraksi Golkar)

- Triwisaksana (Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PKS)

- Letjen TNI (purn) Nono Sampono (Ketua Badan SAR DKI)

- Komjen Pol. (purn) Makbul Padmanegara (mantan Wakapolri dan Kapolda Metro Jaya)

- Mayjen TNI (purn) Hendardji Supandji (mantan Danpuspom TNI)

- Mayjen TNI (purn) Soeharto

- Adhyaksa Dault (mantan Menpora) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya