2 Suporter Tewas, Keamanan Stadion Dievaluasi

Suporter Bakar Pintu Loket Di Gelora Bung Karno
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews – Kekalahan timnas sepakbola Indonesia dalam laga final SEA Games XXVI melawan Malaysia tak hanya meninggalkan rasa kecewa, tapi juga dukacita. Membludaknya penonton membuat dua suporter tewas dan sejumlah lainnya terluka karena terinjak-injak massa.

Ria Ricis Bahas Soal Tidur Bertiga Anak, Netizen: Nifas Masa Iya Mau Pacaran Mulu

Terkait insiden ini, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S. Rajab menyatakan kepolisian akan segera memanggil panitia penyelenggara untuk melakukan evaluasi. Untung menyayangkan gelombang penonton yang merangsek masuk stadion. Padahal, katanya, "Enam layar lebar sudah dipasang untuk mengantisipasi membludaknya penonton. Dan itu sebagai langkah antisipasi untuk penonton yang tidak kebagian tiket." 

Prahara itu terjadi, kata Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Baharudin Djafar menambahkan, karena tak sebandingnya kapasitas Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan begitu besarnya animo suporter yang ingin menonton. "Jadi, kalau bicara antara kapasitas dengan jumlah pengunjung tentu tidak sebanding," kata Baharudin, Selasa, 22 November 2011.

Luar Biasa, Prajurit TNI Ini Rela Rugi Rp20 Juta Sebulan Demi Tolong Petani Singkong yang Menderita

Diakui Baharudin, panitia penyelenggara dan sejumlah polisi yang berjaga di Sektor 15 Stadion—tempat di mana insiden terjadi--kewalahan menghadapi massa yang berjejal merangsek masuk dari pintu itu. Mereka tidak sanggup menghentikan laju suporter yang terus memaksa masuk. Bahkan, pintu pagar roboh diterjang.

Petugas akhirnya berkonsentrasi memberi pertolongan kepada suporter yang terinjak-injak, menggotong mereka keluar lokasi kejadian, dan melarikan sebagian ke rumah sakit. 

Farhat Abbas Diperiksa Polisi Pekan Ini soal Laporan Penistaan Agama ke Pendeta Gilbert

Senada dengan itu, Ketua Harian INASOC (Panitia Penyelenggara SEA Games), Rachmat Gobel, pun mengatakan jumlah panitia yang ada memang tidak sebanding dengan jumlah pendukung yang datang ke stadion. Yang menjadi penyebab utama terjadinya kericuhan, kata Rachmat, adalah perilaku tak disiplin sebagian suporter.

"Jumlah penonton sangat luar biasa. Banyak yang tidak punya tiket tapi memaksa untuk masuk. Masih banyak suporter yang tidak disiplin, meski sudah diantisipasi tapi jumlah panitia tidak sebanding," katanya.

Soal kenapa pagar bisa jebol dan ada banyak suporter yang memiliki tiket palsu, Rachmat tak bersedia berkomentar. "Itu soal teknis. Saya tidak paham," katanya.

Stadion memerah

Antusiasme warga masyarakat untuk mendukung tim nasional Indonesia memang luar biasa. Lebih dari 100 ribu suporter memerahkan Stadion Gelora Bung Karno sejak Senin siang, sebelum pertandingan digelar. 

Ribuan suporter dengan atribut merah-putih datang dari berbagai penjuru kota. Antrean panjang pendukung timnas di loket penjualan tiket bahkan sudah terlihat sejak pagi. Wanita sampai anak-anak ikut antre berebut tiket.

Saat dibuka pada pukul 10.00 WIB, penjualan tiket masih berjalan lancar. Sejumlah personel kepolisian terlihat berjaga-jaga mengawasi. Menjelang sore, saat calon penonton makin berjejal dan tiket pertandingan dipastikan habis, kondisi di sekitar stadion mulai semrawut. Ratusan suporter yang mengantre di Loket IX di samping Masjid Albina hilang kesabaran. Mereka lalu membakar loket karcis.

Tidak jelas siapa, seorang yang tidak dikenal tiba-tiba menerobos antrean suporter. Dia masuk ke dalam loket, melempar botol berisi bensin, kemudian menyulutnya dengan korek api. Api pun membesar. 

Ricuh tak terelakkan.  

Ratusan suporter yang sudah mengantre sejak subuh ikut melempari loket. Polisi terpaksa menggunakan sepeda motor untuk membubarkan suporter. Saat itu keadaan dapat dikendalikan. Tiga perusuh ditangkap.

Laga dimulai. Perhatian petugas terpusat ke dalam stadion. 

Sejumlah kericuhan muncul lagi. Banyak suporter memaksa masuk stadion. Berjubel di Sektor 17, mereka berteriak-teriak agar pintu masuk dibuka. Mereka mengacung-acungkan uang, mulai dari Rp1.000 hingga Rp100 ribu kepada penjaga pintu agar bisa masuk stadion.

Kisruh serupa berlangsung di Sektor 15 Pintu VII. Ribuan suporter terus merangsek dan berusaha masuk stadion yang sudah dipenuhi lebih dari 80 ribu penonton. 

Saat itu sebenarnya telah disiagakan 2.875 personel gabungan dari Mabes Polri, Polda Metro Jaya, TNI, dan Polisi Pamongpraja, berikut dua helikopter, kendaraan water canon, dan enam anjing pelacak. Jumlah ini tak mencukupi. Petugas kewalahan.

Pintu berhasil dijebol. Ribuan suporter merangsek masuk. Dan terjadilah tragedi itu. 

Dua suporter meregang nyawa terinjak-injak massa. Salah satunya adalah Reno Alpino (20), penabuh drum Dot Band, warga Cililitan, Jakarta Timur. Dia sudah dimakamkan Selasa pagi, 22 November. 

Satu jasad lagi belum dikenali identitasnya. Jenazah pria muda yang diperkirakan baru berusia 20 tahun itu, sampai berita ini diunggah, masih berada di kamar mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Belum ada yang datang ke rumah sakit mengaku sebagai keluarganya. 

Puluhan suporter lainnya luka-luka dan harus dilarikan ke rumah sakit. Salah satu di antaranya adalah seorang anak di bawah umur yang pingsan karena kekurangan oksigen. 

Pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menyatakan akan memberikan dana santunan bagi kedua suporter yang tewas itu. Uang duka cita yang disiapkan masing-masing sebesar Rp10 juta.

Kabar duka ini sampai juga ke telinga timnas Malaysia. Dalam jumpa pers usai laga, pelatih timnas Malaysia Ong Kim Swee menyampaikan ucapan berbela sungkawa bagi segenap suporter Merah Putih. (kd)

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya