Titus 'Tibo' Bonai

"Saya Selalu Siap untuk Indonesia"

Titus Bonai
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

VIVAnews - Suka mengunyah sirih. Dicampur buah pinang. Bibirnya terlihat merah. Sehabis kunyah, ludah juga berwarna merah. Tapi dia bukan oma-oma, dengan wajah keriput dan rambut beruban. Dia adalah Tibo, si pandai bola dari tanah Papua itu.

Kesalnya Pelatih BSU Usai Dikalahkan 10 Pemain Persipura

Sohor namanya ke seluruh negeri, Tibo tak pernah lupa dengan kebiasaan dari kampung halamannya ini. Di ujung timur Indonesia itu, memang banyak anak muda yang suka mengunyah sirih. Selain tradisi, kapur sirih itu menyehatkan. “Daripada merokok,” kata Tibo suatu ketika.

Titus Jhon Londouw Bonai, begitu nama lengkapnya, lahir di Jayapura 4 Maret 1989. Ia datang dari keluarga sepak bola. Ayahnya adalah seorang pemain sepak bola. Kakak dan adiknya, juga gandrung bola semenjak kanak-kanak.

Dramatis, 10 Pemain Persipura Tekuk Tuan Rumah BSU

Dalam usia 22 tahun, Tibo sudah merumput di sejumlah klub besar. Ia memulai dari U- 21 di Persipura. Itu klub sepakbola kebanggaan warga Papua. Dari Persipura Tibo bermain di Bontang FC.

Setahun di sana, ia pindah ke Persiram Raja Ampat. Bintangnya terus gemilang. Ketika bermain untuk Persiram itu, ia pernah menjadi Top Score Divisi Utama. Dua tahun di klub itu, Tibo kembali ke Persipura tahun 2010. Pulang ke klub asalnya itu, dia terus mencetak gol.

Catatan prestasi itulah yang memikat Rahmad Darmawan, pelatih Indonesia U-23. Tibo didaulat menjadi ujung tombak kesebelasan merah putih pada ajang SEA Games 2011 ini.

Bomber Tajam MU Waspadai Boaz Solossa

Selain gayanya yang suka meliuk menerobos pertahanan lawan, Tibo kerap membuat penonton terbahak sebab kerap menggoyang-goyang jala lawan. Ritual goyang jala ini dilakukan tiap kali ada tendangan pojok ke mulut gawang lawan. Banyak yang bertanya mengapa Tibo selalu menggoyang jala itu dan menduga itu ritual mistis.

Dia membantah keras. Dan menjawab bahwa dengan menggoyang jalan lawan, saya lebih termotivasi. Kebiasaan itu dilakukan semenjak bermain di PON di Kalimantan Timur 2008. Ia pernah ditegur wasit gara-gara kebiasannya itu.

Meski tidak menjadi juara dalam SEA Games 2011, publik memuji penampilan anak-anak merah putih itu, juga memuji Tibo yang bermain seperti tak kenal lelah.

Kamis, 24 November 2011, ia menerima VIVANews.com untuk wawancara di Hotel Sultan di Senayan, Jakarta. Didampingi istrinya, Novalia, Tibo menjawab semua pertanyaan seputar perjalanan karirnya, soal masa depan, dan soal Papua yang tak pernah henti dirundung kisruh politik. "Saya selalu siap untuk Indonesia," katanya.

Berikut petikan wawancara itu.

Tibo, Anda salah satu bintang Timnas U-23 di ajang SEA Games kali ini. Apakah menjadi pemain sepakbola memang menjadi cita-cita Anda?

Waktu kecil memang cita-cita saya menjadi pemain sepakbola. Sejak kecil saya juga sudah bermain bola. Dengan kakak-kakak saya, dengan teman yang lebih senior di Jayapura. Sebetulnya waktu kecil saya juga tidak hanya bermain bola, tapi juga atletik. Saya sering ikut perlombaan semacam itu. Tapi, memang kecintaan kepada sepakbola membuat saya sejak kecil komitmen untuk bermain bola.

Bagaimana cerita Anda bisa menjadi pemain sepakbola?

Sebetulnya saya lahir dari keluarga sepakbola. Bapak saya seorang pemain bola. Kakak saya dan saya sendiri akhirnya terjun jadi pemain sepakbola. Dan mudah-mudahan adik saya juga bisa sukses di sepakbola. Adik saya yang terakhir juga dikaruniai bakat main bola.

Saya bersyukur pada Tuhan Yesus, karena telah memberikan saya talenta yang sungguh sangat luar biasa. Itu yang kemudian membawa saya sampai ke Timnas. Dengan bakat dari Tuhan ini, saya berjanji akan terus meningkatkan kesempatan. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dari Tuhan. Ini satu anugerah bagi saya.

Siapakah orang yang menginspirasi Anda menjadi pemain bola?

Yang menginspirasi saya, terutama Bapak dan Mama. Mereka mengenalkan saya pada sepakbola. Selain mereka, tentu saja istri dan anak saya. Mereka yang selalu mendoakan saya.

Siapakah pemain idola Anda?

Kalau pemain Indonesia, saya mengidolakan Kakak Boaz (Solossa, striker Persipura). Kalau dari luar, saya mengidolakan Ronaldo (Luiz Nazario da Lima) yang dari Brasil.

Sebagai orang Papua, apa kesan Anda mampu membela tim nasional Indonesia? Sejauh mana rasa bangga Anda?

Saya tidak pernah memikirkan kebanggaan bagi diri saya sendiri. Saya selalu siap untuk Indonesia. Jika Timnas masih mau memanggil saya, saya selalu siap, karena itu demi nama besar negara kita. Saya akan total berjuang demi negara dan bangsa.

Tentu menjadi bagian dari timnas membuat saya benar-benar bangga. Dan kebanggaan ini bukan hanya bagi saya, tapi juga bagi kedua orangtua saya.

Bagaimana Anda melihat kondisi sosial-politik di Papua?

Kalau soal itu, saya tidak terlalu mengikuti. Saya juga tidak terlalu memikirkan hal itu. Saya lebih banyak memikirkan soal bola, dan tidak banyak juga mengetahui soal itu. Saya sendiri juga ingin tetap fokus ke sepakbola.

Bagaimana tanggapan Anda soal Organisasi Papua Merdeka (OPM), tragedi Freeport dan lain-lain?

Saya tidak terlalu banyak tahu. Meski memang sering mencari informasi dan berita-berita terkait saudara-saudara saya di Papua. Saya dengar dari berita, saya dapat informasi dari media massa, lihat di tv, saya turut berduka cita terhadap meninggalnya saudara-saudara saya di sana. Saya hanya bisa mendoakan mereka.

Apakah pernah membahas soal-soal itu dengan para pemain Papua lain yang berada di Timnas?

Ya, kami sering membicarakan, sering membahas. Tapi, kami hanya bisa saling mendoakan saja. Semoga jangan ada lagi persoalan di sana.

Bagaimanakah komentar Anda tentang para pemain sepakbola dan atlet-atlet Papua lainnya yang berprestasi di ajang SEA Games ini?

Saya melihat mereka juga berprestasi. Punya kemampuan yang sangat luar biasa. Bukan hanya kami di sepakbola, tapi juga di cabang olahraga lain. Mudah-mudahan Pemerintah, PSSI dan lainnya bisa pantau langsung bakat-bakat lain di Papua. Mudah-mudahan mendapatkan atlet berprestasi lebih banyak lagi.

Setujukah Anda jika Papua merdeka dan menjadi negara sendiri?

Hahahahaa.. Kalau saya, saya tidak bisa bicara soal Papua merdeka. Karena saya tidak mau ikut campur soal itu. Saya tidak mau banyak komentar soal itu. (Sambil tersenyum, Tibo meminta pertanyaan soal lain di luar OPM)

Apakah target terbesar Anda sebagai seorang pemain bola?

Target saya tentu pengen menjadi yang terbaik, terutama kemuliaan nama Tuhan. Itu yang pertama.

Lalu apakah target terbesar Anda bagi timnas Indonesia?

Tentu saya sangat mengharapkan sekali bisa bergabung di Timnas, baik U-23, maupun senior. Saya bersama teman-teman lain di U-23 tentu punya target masuk Timnas senior.

Kami siap jika memang ke depan dipanggil bergabung dengan kakak-kakak yang lebih senior untuk bersama-sama membawa nama baik Indonesia. Berbuat yang terbaik, dan membawa Timnas bisa juara di ajang kompetisi apapun. Puji Tuhan jika kemudian bisa ke Piala Dunia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya