WNI Terjebak, KBRI Yaman Tak Berdaya

Pesantren Darrul Hadist di Sa'dah, Yaman
Sumber :
  • Youtube

VIVAnews - Pasokan makanan dan obat-obatan di Kota Dammaj, Provinsi Sa'dah, Yaman, yang digempur pemberontak al-Houthi semakin menipis. Kedutaan Besar di Ibukota, Sanaa, tidak bisa berbuat banyak dalam memberikan bantuan kepada WNI yang terkepung.

Wakil Duta Besar untuk Yaman, Agus Syarif Budiman, kepada VIVAnews.com, Kamis 1 Desember, mengatakan wilayah Dammaj telah tertutup bagi pasokan dari luar. Akibatnya, persediaan obat-obatan menipis di berbagai apotek. "Ambulans juga tidak bisa masuk, karena ditembaki," kata Agus.

Akibat blokade, suplai makanan terhambat, dan stoknya menipis. Beruntung, penduduk dari luar Dammaj berhasil menemukan celah, sehingga persediaan makanan tidak sepenuhnya habis. "Menurut para santri, pasokan makanan berhasil masuk dari jalur selatan, karena jalur lainnya dijaga pemberontak," ujar Agus.

KBRI sendiri, menurut Agus, telah menyiapkan dana membeli berbagai kebutuhan bagi santri Indonesia yang terjebak di Pesantren Darrul Hadist. Namun, apa daya, bantuan tidak bisa diberikan karena tertutupnya akses menuju lokasi. "Kami sudah menyiapkan dana, tapi sangat sulit mengirim," ujar Agus.

Pesantren Darrul Hadist telah digempur kelompok militan al-Houthi yang menganut Syiah Zayidiyyah sejak Sabtu pekan lalu. KBRI mengatakan, sekitar 50 orang tewas, dua orang di antaranya adalah WNI.

Kabar terbaru, pesantren tak lagi dibombardir, tapi penembak jitu al-Houthi masih tetap berjaga di atas bukit. Letak pesantren yang berada di lembah menjadikannya sasaran empuk tembakan.

Pemerintah Yaman juga tak bisa berbuat banyak. Provinsi Sa'dah telah dikuasai sepenuhnya oleh al-Houthi. Selama empat tahun terakhir pemerintah Yaman berseteru dengan kelompok berpaham Syiah Zaidiyyah ini. Pertempuran terakhir, kata Agus, terjadi pada tahun 2010 dan dimenangkan oleh al-Houthi. "Sampai sekarang mereka belum terkalahkan," kata Agus.

Tolak evakuasi
Ratusan santri menolak dievakuasi dan bertekad melawan para penyerang. Entah dari mana, mereka memiliki persenjataan cukup banyak, sehingga mereka siap mati syahid melawan militan al-Houthi.

Agus menjelaskan pesantren Darrul Hadist bukanlah pesantren militan, tapi salafi Wahhabi yang menggunakan pendekatan halus. Perlawanan mereka lakukan guna mempertahankan diri dari serangan musuh.

Agus melalui sambungan telepon mengatakan sekitar 140-145 santri Indonesia telah mantap pendiriannya bertahan di pesantren itu. "Mereka bersikeras tetap tinggal, apalagi setelah pemimpinnya mengeluarkan fatwa jihad untuk mempertahankan diri," katanya. "Dengan mantap mereka bilang 'Kami tidak akan keluar, kami membela agama Islam dari serangan musuh kafir'."

Salah satu santri yang diajak bicara oleh Agus adalah Abdurrahman Sukaya alias Abu Farid. Dia mengumpamakan perlawanan mereka terhadap militan al-Houthi mirip perlawanan rakyat Indonesia atas penjajah Belanda atau Jepang. Perlawanan mereka, kata Abu Farid, juga bentuk loyalitas kepada pemerintah Yaman.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ibukota Sanaa terus membujuk para santri meninggalkan pesantren agar menuju ke tempat yang lebih aman. Namun ajakan ini tak dihiraukan.

Agus mengatakan, meski WNI di wilayah ini banyak, namun KBRI tak memiliki data-data mereka. Ini karena para WNI tidak pernah melapor ke KBRI. "Visa mereka juga hanya untuk berkunjung, bukan belajar," katanya.

Versi santri

Menurut salah seorang santri asal Indonesia di Darrul Hadist bernama Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Al Qudsi, ketegangan dengan pasukan al-Houthi kembali dimulai sejak akhir Oktober lalu. Kala itu terjadi perundingan antara Gubernur Provinsi Sa'dah dengan militan al-Houthi untuk membuka akses jalan gunung yang mereka kuasai.

Kelompok al-Houthi meminta agar Gunung Baroqoh dan Thullab yang dikuasai masyarakat Dammaj segera dikosongkan. Timbal baliknya, al-Houthi akan membuka blokade jalan menuju gunung Shomma yang mereka kuasai. Ketiga gunung ini berada mengelilingi Dammaj, mengepung warga.

"Thullab (santri) dan masyarakat menolak keras tuntutan itu dan bertekad pertahankan sampai mati," kata Abu Fairuz dalam pesan pendek (SMS) tertanggal 27 Oktober, yang dipublikasikan di blog assalafy-alhaq.blogspot.com dan situs Isnad.NET.

Sejak saat itu terjadi beberapa kali bentrokan bersenjata antara pasukan al-Houthi dengan para santri yang dibantu oleh masyarakat Dammaj. Santri dan warga dikepung oleh militan pemberontak yang menguasai beberapa gunung. Mereka ditembaki dan persediaan makanan dan listrik semakin menipis.

"Seharian ini kami ditembaki mereka dari berbagai arah. Mayoritas gunung memang mereka kuasai. Thullab (santri) berusaha perdalam parit dan perbanyak karung-karung pasir untuk perlindungan jalan, terutama bagi wanita dan anak-anak," tulis SMS Abu Fairuz, 7 November.

11 November pemerintah Yaman mengumumkan gencatan senjata yang disepakati baik rakyat Dammaj dan pemberontak al-Houthi. Namun, Abu Fairuz mengatakan, pemberontak berkali-kali mengkhianati perjanjian. Banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak.

26 November, mereka dihujani bom sejak pukul 11 pagi hingga magrib waktu setempat. Dengan persenjataan seadanya, para santri membalas serangan. Pada hari itu, Syekh Yahya, pemimpin Darrul Hadist, mengumumkan kewajiban jihad. Hari ini pula, dua orang santri asal Indonesia meregang nyawa. "Tiga pelajar yang Insya Allah telah menjemput syuhada, dua dari Indonesia dan satu dari Malaysia," kata Abu Fairuz.

Menurut SMS Abu Fairuz Minggu, 27 November, total 24 santri dan 150 pemberontak tewas. Peperangan terus terjadi dalam beberapa hari ke depan. Ratusan pemberontak dan belasan santri tewas.

“Mohon doanya, malam ini sejak pukul 22.00 (waktu Dammaj) tadi Syiah menyerang Dammaj lagi dengan mortir dan rentetan peluru dari arah Waton dekat madrosah (sekolah) dan puskesmas, baku tembak semakin dahsyat,” ujar Abu Fairuz dalam SMS Selasa, 29 November.

Pada Rabu, para santri melakukan pembicaraan via telepon dengan perwakilan dari KBRI di Sanaa. Mereka membujuk para santri untuk evakuasi, namun menolak dengan alasan tindakan yang mereka lakukan adalah jihad dan mereka siap mati syahid.

"Kami hargai perhatian dan tugas mereka, tapi kami ada kewajiban yang lebih besar untuk pertahankan markiz (pesantren) yang setia pada pemerintah ini dari serangan pemberontak rofidhoh (Syiah)," kata Abu Fairuz.

VIVAnews.com tak diperkenankan menghubungi Abu Fairuz maupun santri Indonesia lainnya di Dammaj karena situasi mereka tidak memungkinkan. Menurut Hasan, pengelola situs Isnad.NET, para santri kesulitan daya listrik sehingga sambungan telepon akan menguras baterai handphone yang sangat mereka perlukan.(np)

Jadwal Mobil SIM Keliling DKI Jakarta, Depok, Bandung, Bekasi Sabtu 27 April 2024
Infografik Obat Kuat Pria

Terpopuler: Tentang Nafkah Anak Laki-laki yang Sudah Baliqh sampai Masalah Obat Kuat

Round-up dari kanal Lifestyle pada Jumat, 26 April 2024. Salah satunya tentang penjelasan dokter Boyke tentang obat kuat yang tidak bereaksi.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024