Penembakan di Papua, Mengapa Sulit Dihentikan

Kelompok bersenjata di Papua
Sumber :
  • Banjir Ambarita| Papua

VIVAnews - Situasi keamanan sejumlah kabupaten di kawasan pegunungan tengah Papua, kian memanas belakangan ini. Penembakan yang dilakukan oleh orang tidak dikenal sering terjadi. Ada yang mensasar aparat kepolisian, tapi banyak pula yang membidik warga biasa.

5 Artis Cantik Warisi Darah Biru, dari Sumedang Larang hingga Mangkunegaran

Seperti yang terjadi pada Rabu 22 Agustus 2012. Empat warga di Kampung Watiya, Distrik Tigi Timur, Kabupaten Deiyai dihantam timah panas. Dua warga tewas. Dua lain luka parah dan kini masih dirawat di Rumah Sakit. Dari data yang berhasil dihimpun kepolisian setempat, keempat warga yang ditembak itu adalah karyawan PT. Putra Dewa yang bergerak di bidang kontraktor.

Saksi mata yang melihat aksi penembakan itu menuturkan bahwa pelaku berjumlah empat orang. Menyamar menjadi warga sipil, mereka menghentikan kendaraan para korban yang melintas di lokasi kejadian. Mereka beralasan sekedar menumpang. Tapi ketika korban menepi dan berhenti, mereka langsung melepas peluru.

"Para pelaku ada yang menggunakan senjata api, ada juga senjata tajam," kata salah seorang saksi yang enggan disebutkan namanya. Kedua korban tewas bernama Henock dan Marsel, sedangkan dua korban luka berat adalah Enoy dan Simson.

"Dari keterangan warga Deiyai, saat ini kondisi di sana sangat mencekam. Warga dilarang keluar rumah dan sudah banyak yang mengungsi. Polisi juga melarang warga keluar rumah karena situasinya mencekam," kata Pater Neles, tokoh masyarakat Papua.

Kabupaten Deiyai itu masih terhitung sebagai kabupaten baru. Diresmikan Menteri Dalam Negeri, 29 Oktober 2008. Sebelumnya, kawasan ini menjadi  bagian dari Paniai, wilayah yang juga terhitung panas di Papua. Sebelum senjata meletus di Deiyai itu, Selasa 21 Agustus 2012 terjadi penembakan di Kabupaten Paniai. Korbannya adalah seorang anggota polisi bernama Brigadir Yohan Kisiwaitow.  Anggota Sabara Polres Paniai itu diberondong oleh kelompok bersenjata di ujung Bandara Enarotali Ibukota Paniai, sekitar pukul 10 pagi.

Kapolres Paniai Ajun Komisaris Besar Anton Diance, menduga bahwa setelah melepaskan peluru para pelaku lari menggunakan speed boat. Anton mengisahkan bahwa saat itu korban sedang mencuci mobil. Para pelaku tiba-tiba mendatangi korban dan melepas tembakan. 

Ini Pemain Korea Selatan yang Perlu Diwaspadai Timnas Indonesia di Piala Asia U-23

Pelaku penembakan diduga menggunakan senjata api jenis pistol. "Dugaan sementara korban ditembak menggunakan revolver karena di Tempat Kejadian Perkara (TKP) ditemukan proyektil revolver," kata Anton. Polisi mensinyalir bahwa para pelaku adalah kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM), pimpinan John Yogi. "Yang kami tahu bahwa kelompok OPM pimpinan John Yogi selama ini kerap berulah di Paniai dan saat ini masih dikejar," ujar sang Kapolres.

Selain dua penembakan itu, sebelumnya 17 Agustus 2012, peristiwa penembakan juga terjadi di Kampung Obano, Distrik Paniai Barat. Penembakan itu terjadi tengah malam. Salah seorang warga tewas di tempat. Dua warga lain luka-luka. Pelaku penembakan menyamar sebagai seorang pembeli dan mendatangi kios yang dijaga oleh Basri, Ahyar Bima, dan Mustofa. "Pelaku sempat bolak balik tiga kali ke kios  itu dan  menanyakan salah satu jenis barang, padahal jenis itu tidak dijual," kata  Anton.

Dan saat kembali yang ketiga kalinya, pelaku mengeluarkan senjata api jenis pistol, lalu menembak ketiga orang yang ada di dalam kios itu. Saat pelaku menembak, satu korban sedang makan dan dua lagi sedang bermain catur. Peluru mengenai telapak Ahyar Bima dan kepala Basri. Sementara itu, peluru yang diarahkan kepada Mustofa bersarang di batang leher.

Dokter Boyke Ungkap Gaya Bercinta Ini Nikmat Tapi 100 Kali Berisiko Tularkan HIV/AIDS

Setelah memberondong peluru, pelaku pergi meninggalkan kios. Satu jam berselang, suara tembakan terdengar di sekitar Bandara Paniai. Mengetahui adanya aksi penembakan, warga pendatang yang ada di Paniai Barat kemudian mengungsi ke Pos Tentara.

Kelompok separatis OPM pimpinan John Yogi yang bermarkas di Paniai, mengklaim bertanggung jawab atas penembakan terhadap anggota polisi Brigadir Yohan Kisiwaitow. Hal disampaikan oleh Juru Bicara OPM Divisi II Makodam Pemka IV Paniai Leo Yeimo via telepon selulernya. "Anggota kami menembak seorang Polisi dan berhasil merampas satu pucuk senjata apinya," kata Yeimo.

Yeimo mengancam bahwa kelompoknya akan terus melakukan penyerangan dan selalu siap masuk kota Enarotali. "Pasukan Divisi II Makodam Pemka IV Paniai siap tempur dan masuk kota. Kalau aparat keamanan Indonesia mau kejar silakan, kami sudah siap," begitu dia mengumbar.

Yeimo menambahkan bahwa penembakan yang terjadi 17 Agustus 2012 adalah upaya mereka untuk mencegah pengibaran bendera merah putih di wilayah itu dan mencegah peringatan hari kemerdekaan. "Kami tidak mau Merah Putih, yang kami mau hanya Bintang kejora dan itulah tujuan kami," katanya.

Juru Bicara Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) Amiruddin Al Rahab, menyerahkan sepenuhnya penyelesaian kasus penembakan itu kepada pihak kepolisian. Dia meminta agar polisi segera menangkap kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa itu. "Polisi harus tangkap orang itu," kata Amiruddin kepada VIVAnews.

Amiruddin menilai rangkaian kejadian tersebut adalah aksi kriminal. Karena itu, dia berharap kasus ini segera diungkap agar spekulkasi tidak berkembang di masyarakat. "Pelaku kriminal bersenjata harus ditangkap, jangan dilebar-lebarkan masalahnya," kata Amiruddin.

Disesalkan Kelompok LSM

Penembakan terhadap anggota polisi Brigadir Yohan Kisiwaitow dan sejumlah penembakan yang lain, sangat disesalkan oleh Imparsial, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengawasi dan menyelidiki pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia. Direktur Eksekutif lembaga itu, Poengky Indarti, menegaskan bahwa serangkaian aksi kekerasan yang terjadi di Papua belakangan ini kian menjauhkan kawasan itu dari zona damai.

"Perdamaian di Papua tidak mungkin terlaksana sepanjang pihak yang melakukan perlawanan dan pemerintah tidak mau berdamai dan duduk bersama di meja perundingan," kata Poengki.

Satu-satunya solusi yang bisa menghentikan rangkain kekerasan di Papua, katanya, adalah dialog menyeluruh dengan semua elemen di Papua, termasuk pihak yang selama ini berseberangan dengan pemerintah. Pemerintah harus cepat mempersiapkan dialog dengan perwakilan rakyat Papua untuk menghindari korban tidak berdosa.

Penuntasan persoalan Papua yang kompleks, lanjutnya, tidak cukup dengan  pembangunan ekonomi dan penegakan hukum. "Kita juga harus mengakui harkat dan martabat orang Papua. Oleh karena itu upaya penyelesaiannya dengan menggelar dialog perdamaian," kata Poengki.

Aksi kekerasan memang sering terjadi di banyak kabupaten di wilayah paling timur itu.  Dan aparat keamanan agak sulit memburu para pelaku sebab  sesudah melepas peluru mereka menyelinap ke rimba hutan atau ke kawasan bergunung terjal.  Modunya juga banyak. Ada yang mengunakan senjata api, ada pula yang memakai modus menggeroyok.

Seperti yang terjadi Selasa 17 Juli 2012.  Anggota Polres Keerom Papua, Briptu Sudirman Apangsabi tewas setelah dikeroyok sekelompok orang tak dikenal di jalan Buper, Expo Waena, Jayapura.

Juru Bicara Polda Papua, Kombes Yohanes Nugroho Wicaksono, mengatakan bahwa  korban tewas mengenaskan dengan sejumlah luka di sekujur tubuhnya. "Korban dianiaya dengan cara ditikam berulang kali, akibatnya terjadi pendarahan yang membuat nyawanya tak tertolong," ujarnya.

Beberapa hari sebelum penggeroyokan yang dilakukan sejumlah orang tak dikenal itu, peristiwa penghadangan terjadi di Kabupaten Jayawijaya. Hari itu Selasa 3 Juli 2012, dua tukang ojek dihadang empat orang tidak dikenal. Keduanya kemudian dikeroyok dengan mengunakan senjata tajam. Satu orang tewas di tempat, sedangkan satu lagi berhasil menyelamatkan diri.

Profesi tukang ojek ini tampaknya rawan juga di sana. Sebelum nahas di Jayawijaya itu, salah seorang tukang ojek Tri Surono tewas ditembak 10 Juni 2012. Tri, yang juga menjadi Satpam di Saga Mall di Abepura itu ditembak orang tak dikenal.

Peristiwa nahas juga menimpa Yohanes, Kepala Kampung Sawi Tami. Dia tewas terkena tembakan pada Miggu 1 Juli 2012, saat terjadi baku tembak antara aparat Kepolisian dengan OPM. Baku tembak itu terjadi saat Hari Ulang Tahun (HUT) OPM.

Seorang anggota brimob ditembak orang tak dikenal saat melaksanakan patroli rutin di areal Freeport tepatnya di Pos Mile 41,5, Sabtu siang 23 Juni 2012. Beruntung dia selamat dari maut itu.  Sebelumnya, Markas Polsek Angkaisera, Kabupaten Yapen Papua, Kamis 7 Juni sekitar pukul 01.00 WIT ditembak oleh kelompok tidak dikenal. Akibatnya salah seorang anggota Polsek tertembak. Pelaku berhasil melarikan diri. Aksi penembakan oleh kelompok orang tak dikenal juga terjadi di Jayapura, Selasa 5 Juni 2012. Kali ini, tiga warga menjadi korban.

Seorang remaja bernama Gilbert Febrian Madika (16) ditembak orang tak di kenal di Skyline Jalan Raya Jayapura-Abepura. Peristiwa penembakan itu terjadi Senin 4 Juni 2012. 

Jika semuanya dicatat, daftar ini akan semakin panjang.  Dan entah sampai kapan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya