Sang "Pilot" Tak Lagi Kepakkan Sayap Garuda

Garuda Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVAnews - Tugas Emirsyah Satar sebagai komandan PT Garuda Indonesia Tbk harus terhenti di tengah jalan. Masa tugas, yang semestinya berakhir Maret 2015, "terputus" di era bos baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Namun, Emir sepertinya mengelak jika dibilang diberhentikan. Menurut Emir, justru dia yang mengajukan pengunduran diri. Pria kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959 ini beralasan tidak bisa memperpanjang masa jabatannya.

Alasan lain, kata Emir, pengunduran diri yang lebih awal ini, untuk memberi kesempatan dirut pengganti. Tujuannya, agar penggantinya bisa bekerja maksimal.

"Saya pikir ini momentum bagus. Tahun depan adalah tahun yang menantang. Sebaiknya ada manajemen yang masuk dulu, agar bisa menyiapkan 2015. Kalau (mundur) Maret, kan, hilang satu triwulan. Kalau sekarang ini, dia, kan, bisa bekerja full setahun," kata Emir, di basement Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis 11 Desember 2014.

Bahwa Emir mengundurkan diri, dikuatkan oleh pernyataan Direktur SDM dan Umum Garuda, Heriyanto A P. Lewat keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dia mengatakan, surat pengunduran diri Emir sudah dikirim ke Kementerian BUMN sejak 8 Desember 2014. Menteri sudah memberi persetujuan.

Pada kesempatan terpisah, Menteri BUMN, Rini Soemarno, juga menegaskan bahwa Emir mundur atas kemauan sendiri. Alasan yang dikemukakan Rini tak jauh beda dengan Emir.

"Beliau merasa lebih baik mengundurkan diri, sehingga direksi yang baru bisa mempersiapkan 2015," ujar Rini berdiplomasi.

Tentu saja, pengunduran Emir ini menjadi tanda tanya besar. Apakah ada kaitannya dengan upaya pembenahan BUMN. Sebab, belum lama ini, Rini sempat menyatakan ingin membenahi perusahaan BUMN yang tidak bagus.

Garuda Jadi Maskapai dengan Protokol Kesehatan Terbaik di Dunia

Niatan itu disampaikan saat menggelar rapat perdana di kementerian yang ia pimpin.

Dia mengungkapkan, ingin membenahi pelabuhan dan meningkatkan pelayanan transportasi publik seperti kereta api dan kapal laut. Program jangka pendek lainnya adalah mencari posisi direktur utama PT Telkom Indonesia, PT Pertamina (sudah dilakukan), dan PT Pindad serta dirut PT Kereta Api Indonesia.

Penggantian dirut Garuda Indonesia sama sekali tak masuk agenda Menteri Rini. Jelas, kabar berhentinya Emir cukup mengejutkan. Sebab, Emir merupakan orang yang dianggap berhasil memperbaiki kinerja Garuda Indonesia. Setidaknya, demikian yang diutarakan Pujobroto, Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia.

Saat Emir bergabung di Garuda pada 1998, "Si Burung Besi" menanggung utang US$1,8 miliar. Saat itu, Emir menempati posisi direktur keuangan di bawah Robby Djohan sebagai direktur utama.

"Waktu diangkat (jadi dirut) tahun 2005, utangnya kurang, jadi US$850 juta. Waktu itu, Garuda harusnya sudah bangkrut (waktu Pak Emir masuk). Produktivitasnya tidak bagus, operasionalnya lambat, dan karyawannya tidak produktif waktu itu," kata Pujobroto soal prestasi bosnya tersebut.

Menteri Rini justru enggan mengomentari kinerja Emir. Saat ditanyakan ihwal performa Emir selama jadi "joki" Garuda, Rini tak mau komentar banyak. Malah seperti menghindar.

Namun, dalam rangkaian pernyataannya, dia justru keceplosan dengan menyinggung kinerja Garuda pada kuartal III-2014. "Waktu itu performance Garuda Q-3 (kuartal III) itu sangat jelek. Manajemen diminta paparkan persoalan dan program-programnya. Juga ada pengunduran diri," katanya.

Bikin Garuda Rugi?
Apa pun alasan pengunduran diri itu, yang jelas, Emir bakal tak lagi menjadi "joki" di burung besi peliharaan BUMN itu. Yang patut ditunggu adalah siapa pengganti Emir. Sebab, pasar menanti siapa dirut maskapai yang punya kode saham GIAA di Bursa Efek Indonesia itu.

Teguh Hidayat, pengamat pasar modal, mengatakan, Emir mampu membawa perubahan berarti bagi Garuda. Banyak gebrakan yang dilakukan Emir. Contoh mudahnya, menjalin kerja sama sponsor dengan klub Liga Premier Inggris, Liverpool, membuka rute baru lokal dan internasional serta menambah unit pesawat.

Belum lagi, prestasi Emir dalam mentransformasi tubuh Garuda. Di bawah kepemimpinannya, kepak sayap Garuda telah menjangkau 1.000 destinasi di seluruh dunia. Garuda telah menjadi anggota aliansi SkyTeam.

"Jumlah pesawat meningkat dari 49 pesawat menjadi 160 pesawat, dan 160 penerbangan per hari menjadi 600 penerbangan per hari," timpal Pujobroto.

Hingga kuartal III-2014, Garuda Indonesia Group (Garuda dan Citilink) mengoperasikan 160 pesawat dengan rata-rata usia 4,7 tahun. Rinciannya, 127 pesawat dioperasikan Garuda, 33 sisanya Citilink, sebagai anak perusahaan.

Tetapi, banyaknya pesawat itu bukanlah jaminan kinerja Garuda bakal bagus. "Apabila pendapatan Garuda dalam satu tahun, katakanlah, Rp1 triliun. Maka untuk Rp800 miliar bisa habis hanya untuk bahan bakar. Belum termasuk untuk balik modal pembelian pesawat, biaya pramugari dan lain-lain," ujar Teguh.

Mantan Sekretaris Menteri BUMN, Said Didu, sepakat dengan Teguh. Permasalahan pokok Garuda saat ini, kata Said, adalah sektor operasional dan finansial.

"Garuda mengoperasionalkan pesawat terlalu banyak. Biaya operasionalnya membebani keuangan Garuda," kata Said saat dihubungi VIVAnews.

Benar saja, perusahaan merugi ratusan juta dolar. Hingga kuartal III-2014, kinerja maskapai ini menderita kerugian US$206,4 juta. Akibat kerugian ini, jumlah pasokan dividen "Si Burung Besi" ke Kementerian BUMN untuk disetor ke kas negara tak begitu maksimal.

Menteri Rini, pernah menyampaikan bahwa setoran dividen perusahaan-perusahaan BUMN tak capai target. Dari target dividen Rp40 triliun, setorannya bakal berkurang, kira-kira Rp1,5 triliun. Sebab, banyak perusahaan BUMN merugi.

Ia menjelaskan, kerugian itu lantaran membengkaknya biaya produksi dan pelemahan nilai tukar rupiah. Khusus Garuda, beban perusahaan bertambah dengan kenaikan harga minyak dunia pada awal 2014.

"Karena menghadapi depresiasi rupiah, dan itu semua yang membuat kami tidak bisa mencapai target dari dividen," ujar Rini.

Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) 2014

Laporan Keuangan
Mestinya, maskapai nasional Garuda Indonesia dapat mencatatkan rapor biru pada buku keuangannya kuartal III-2014. Tapi, harga minyak dunia kurang bersahabat. Industri ini cukup terpukul dengan gejolak harga minyak pada awal 2014.

"Garuda merupakan perusahaan yang sulit mendapatkan profit karena beban perusahaan paling besar di bahan bakar," ujar Teguh Hidayat.

Menurut laporan keuangan kuartal III-2014, Garuda mencatatkan berbagai pertumbuhan. Mulai dari pertumbuhan penumpang, peningkatan kargo, dan pangsa pasar.

Selama kurun waktu itu, penumpang Garuda tumbuh 20,9 juta. Capaian ini meningkat 15,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Seiring dengan itu, perseroan membukukan pendapatan operasi sebesar US$2.801,7 juta atau tumbuh 4,3 persen dibandingkan periode sama 2013.

Sementara itu, muatan kargo pada kuartal III-2014 meningkat sebesar 15,4 persen menjadi 292.888 ton.

Garuda juga mencatat kenaikan frekuensi penerbangan domestik dan internasional. Perusahaan mencatat kenaikan 15,4 persen dari 143.499 menjadi 165.642 penerbangan pada kuartal IV-2014.

Pertumbuhan kinerja positif juga dicatatkan entitas anak usaha Garuda yang bergerak di segmen low cost carrier, Citilink. Hingga periode triwulan ketiga tahun ini, Citilink mencatatkan pertumbuhan jumlah penumpang hingga 39,3 persen. Jumlah penumpang yang diangkut menjadi 5,3 juta dari 3,8 juta penumpang pada kuartal III-2013.

Meski tipis, Garuda berhasil meningkatkan pangsa pasar di pasar domestik. Pangsa pasar Garuda di penerbangan domestik naik dari 27,9 persen menjadi 29,4 persen pada kuartal III-2014.

Sementara itu, pasar penumpang domestik pesawat Garuda pada periode Januari-Agustus 2014 tumbuh sebesar 7,4 persen. Pangsa pasar Garuda di pasar internasional saat ini mencapai 22,8 persen.

Sayangnya, performa perusahaan belum mampu memberikan imbal-balik dalam jangka pendek. Label minus masih melekat pada catatan laba Garuda.

"Bisnis Garuda tetap sulit berkembang, karena ada hal yang sulit diatasi. Salah satunya adalah harga bahan bakar avtur yang tinggi," Teguh menandaskan.

Selain itu, katanya, rata-rata satu unit pesawat terbang milik Garuda harganya Rp800 miliar, sehingga untuk balik modal saja membutuhkan waktu cukup lama.

Kendati begitu, perusahaan ini bakal punya prospek cerah pada tahun depan, kata Emir, seperti ingin membantah. Investasi yang ditanam, bakal kelihatan hasilnya tahun depan.

"Tahun 2015 akan lebih bagus. Investasi yang kami lakukan sudah akan menghasilkan, harga avtur akan turun dan rupiah stabil," katanya.

Pengganti Emir
Sebagus apa pun bisnis Garuda tahun depan, Emir tak bisa lagi menikmati keberhasilan itu. Ia harus rela dirut penggantinya yang bakal menuai sukses tersebut. Emir mengaku tak tahu siapa nama calon penggantinya.

Yang jelas, penggantinya itu bukanlah orang yang dekat dengan dia. "Saya tidak tahu. Tanya saja Kementerian BUMN. Pokoknya, yang nggak berhubungan dengan saya, saya nggak tahu," kata dia.

Senada dengan Emir, Komisaris Garuda, Bambang Susantono juga enggan mengomentari siapa pengganti Emir. Saat disodorkan nama Arief Wibowo, Dirut Citilink sebagai kandidat, Bambang hanya melemparkan senyum.

Said Didu kembali urun rembug soal ini. Dia bilang, "Garuda membutuhkan orang yang bisa menstabilkan perusahaan. Bukan yang (hanya) menyemangatkan." Kalau perlu, kata dia, kandidat tersebut haruslah dari eksternal perusahaan.

Menurut dia, saat ini Garuda sedang bermasalah. Dengan masuknya orang luar, diharapkan bisa lebih jernih dan tak ada kesungkanan kala menata kebijakan di Garuda. "Kalau orang dalam, yang ada dia malah bertahan terus (dengan kondisi itu). Itu kalau pengalaman saya," kata dia.

"Akan tetapi, kalau seorang Emirsyah Satar saja belum bisa memberikan Garuda keuntungan, bagaimana penggantinya?" Teguh menimpali.

Mengenai siapa pengganti yang cocok untuk mendongkrak kinerja perseroan, Teguh menilai, siapa saja yang menggantikan, bukan suatu hal mudah untuk perusahaan sebesar Garuda Indonesia.

"Yang jelas, diharapkan penggantinya harus punya track record baik di BUMN dan pernah membawa perusahaan sebelumnya untung, agar menjadi katalis positif yang cukup kuat untuk mendongkrak saham lebih tinggi," tegas pengamat saham itu.

Hingga Kamis malam, belum ada yang tahu siapa pengganti Emir. Mencari tahu nama kandidat ke Menteri Rini, hanya menemukan jawaban hambar. Rini, tak mau membocorkan kandidat dirut Garuda yang ada di kantongnya. "Besok (hari ini) saja," ujarnya ringan.

Sama halnya dengan Emir. Dia mengaku tak mau berspekulasi soal siapa penggantinya. Padahal, Emir mengklaim sudah menyiapkan proses suksesi kepemimpinan sejak lama.

Sebab, Emir bilang, niatan pengunduran dirinya sudah ia sampaikan sejak era Dahlan Iskan menjabat Menteri BUMN. Tak heran bila lantas ia mengaku sudah mempersiapkan manajemen Garuda sebelum ia mundur. Perlunya, agar organisasi bisa terus berjalan usai ia tinggalkan.

Pejabat yang Rangkap Jabatan di BUMN Diminta Buat LHKPN

Namun, lagi-lagi, Emir enggan mengungkap siapa penggantinya. "Pilot dan cabin crew sudah tersedia," kata Emir seraya melenggang pergi. (art)

Baca Fokus VIVAnews lainnya dengan klik

Erick Thohir Klaim Temukan 53 Kasus Korupsi di BUMN
Visualisasi pengembangan organisasi BRI melalui BRIVolution 2.0

Pengembangan Organisasi di Masa Pandemi: BRI Jalankan BRIVolution 2.0

Manfaatkan momentum pandemi sebagai stimulus terjadinya pengembangan organisasi, BRI dorong implementasi BRIVolution 2.0

img_title
VIVA.co.id
24 Desember 2021