Printer 3D, Andalan Baru Peradaban Manusia

Ultimaker 3D printer
Sumber :
  • REUTERS/Elijah Nouvelage
VIVA.co.id
Bagian Tubuh yang Hilang Segera Bisa ‘Diganti’
- Bintang pop Amerika dari grup Black Eyed Peas, Will.i.am, tengah kagum dengan perkembangan teknologi percetakan. Will menyoroti kecanggihan mesin pencetak tiga dimensi.

Berkat Printer 3D, Kerangka Bigfoot Berhasil Dicetak

Objek pembicaraan yang disampaikan Will memang kini tengah menjadi tren. Pencetak tiga dimensi menjamur dan mampu mencetak benda yang selama ini tak bisa dilakukan pencetak dua dimensi.

Printer 3D bisa mencetak bagian mesin, peralatan rumah tangga, sampai organ manusia.

Saking mampunya printer 3D mencetak semua hal, Will mengatakan sebagian orang berpendapat jika alat itu bisa berlaku layaknya tuhan, yang mampu menciptakan manusia.

Tak heran, jika kemudian penyanyi rap itu menyematkan printer 3D seperti halnya 'perangkat tuhan', yang mana bisa digunakan untuk menciptakan kehidupan, bahkan memungkinkan menghadirkan teleportasi di masa depan.

"Pada akhirnya, teknologi pencetakan 3D akan mampu mencetak manusia. Saya tidak menyatakan bahwa saya setuju dengan ini, hanya saja harus ada hal yang bisa menekan pertumbuhan teknologi," ujar Will pada acara peluncuran produk daur ulang, dikutip Daily Mail, Rabu 11 Maret 2015.

Kekaguman printer 3D nyatanya tak berhenti pada Will saja.

Tren printer 3D bisa dilihat dari beragam produk yang dicetak, mulai objek yang kecil hingga besar yang rumit dan sebelumnya tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Printer 3D bisa mencetak replika Menara Eiffel yang berukuran puluhan sentimeter hingga mampu mencetak mobil dan apartemen lima tingkat. Dan itu dicetak dengan printer.

Meskipun sangat canggih, ternyata untuk mencetak Menara Eiffel yang mempunyai ukuran sekitar tinggi 50 cm dan lebar 25 cm ini, printer 3D MarkerBot butuh waktu hingga tujuh hari.

Maka untuk mencetak objek sebesar apartemen, printer perlu upaya yang lebih maksimal.

Sebuah perusahaan Tiongkok, WinSun dilansir Cnet, pertengahan Januari 2015 dilaporkan telah berhasil mencetak bangunan apartemen lima tingkat dengan menggunakan printer 3D.
 
Apartemen dengan total luas 1100 meter persegi itu dicetak dengan menggunakan printer 3D yang berukuran lebar 10 meter, panjang 40 dan tinggi 6,6 meter.

Bermodalkan printer 3D, membawa sekelompok mahasiswa di Singapura menghasilkan karya yang mengesankan. Tim mahasiswa teknik Nanyang Technological University (NTU) akhirnya mampu mencetak mobil bertenaga surya.

Tim tersebut tak ingin hanya memajang mobil cetakan mereka yang dinamai NTU Venture 8 (NV8).

Disebutkan awalnya mereka hanya ingin mencetak desain supercar, namun kemudian memutuskan mencetak mobil mini dengan pintu vertikal saat dibuka. Jangan anggap enteng, soal kemampuan laju mobil mini itu mampu melaju hingga 60 Km per jam.

Mahasiswa mengklaim mobil karya mereka merupakan mobil konsep cetak 3D pertama di Singapura dan mungkin yang pertama di Asia.

Kekaguman hasil cetakan printer 3D juga tak hanya 'laku' di belahan dunia saja. Cetakan printer 3D telah menembus luar angkasa.

Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) memasok printer 3D ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Printer 3D bernama Zero-G printer itu akan dimanfaatkan sebagai salah satu perlengkapan yang akan menunjang kegiatan di ruang angkasa.

"Memenuhi permintaan kebutuhan di ruang angkasa dapat merevolusi pasokan peralatan kita yang terbatas dan ini (Zero-G printer) penting untuk misi eksplorasi ruang angkasa (ke depannya)," kata Niki Werkheiser seorang manajer NASA dilansir Mashable, Senin, 22 September 2014.

Dan akhirnya pada akhir November 2014, printer 3D kiriman NASA dilaporkan  berhasil mencetak produk pertama di antariksa. Sebulan berikutnya, astronot NASA melaporkan telah berhasil mencetak kunci Inggris lewat pencetak 3D itu.

Keberhasilan itu berpotensi memudahkan astronot untuk mencetak komponen pesawat yang mungkin dibutuhkan.

Diketahui, Zero-G printer itu menjadi jawaban dari permasalahan untuk mengatasi limbah plastik yang banyak digunakan para astronaut dalam menjalankan misinya. Dengan adanya printer 3D, para astronaut bisa mendaur ulang limbah itu untuk dimanfaatkan kembali. Jadi lebih efisien.

Nilai plus printer 3D juga diakui perusahaan pencetak apartemen di Tiongkok.

Perusahaan itu mengaku percetakan 3D lebih efisien dibandingkan membangun apartemen menggunakan material konvensional. Secara waktu, pencetakan 3D lebih cepat 50 hingga 70 persen. Sementara dari sisi limbah kontruksi yang digunakan, pencetakan ini lebih hemat 30 hingga 60 persen. Efisiensi juga bisa didapatkan dari biaya tenaga kerja yang hemat 50 hingga 80 persen.

Seluruh biaya total untuk membangun apartemen hasil cetakan 3D itu yaitu US$161.000 (Rp2,03 miliar).

WinSun juga menegaskan metode percetakan 3D juga lebih 'hijau'. Dengan menggunakan bahan limbah konstruksi, apartemen itu lebih hemat dalam penggunaan batu galian serta material lainnya. Metode percetakan 3D juga diklaim sebagai metode konstruksi yang hemat biaya serta ramah lingkungan.

WinSun mengklaim telah berhasil membuat 10 bangunan rumah dengan printer 3D dalam waktu singkat, hanya dalam waktu 24 jam saja.

Kelebihan lain printer 3D lebih mudah dibanding percetakan objek dengan menggunakan mekanisme molding.

Antonius, Teknisi dan Distributor MakerBot Indonesia mengatakan printer 3D memiliki keunggulan kemudahan produksi. Mesin produksi printer 3D mudah dibawa, compact, dan tak butuh perlu beban listrik sebanyak percetakan molding.

"Printer 3D itu compact, bisa ditaruh di rumah. Sementara molding butuh tarikan listrik yang kuat, dan ukurannya biasanya besar," jelas Toni.

Bicara soal kekurangan, printer 3D masih harus menghadapai tantangan waktu percetakan. Secara umum butuh waktu tak singkat untuk mencetak sebuah onjek. Belum lahi jika objek memigiki tingkat kerumitan tinggi, maka waktu untuk mencetaknya makin lama.

Ciptakan bisnis baru?

Kecanggihan yang ditawarkan printer 3D juga membuat semua orang bisa menjadi layaknya desainer dan insinyur handal.

Antononius mengatakan dengan printer 3D, orang makin dimudahkan untuk mencetak sebuah produk atau objek. Seorang tak perlu menjadi ahli untuk mencetak objek tertentu.

"Jadi lihat desain di website, download terus print, nggak harus jago gambar, nggak harus expert, dan nggak harus arsitek," kata dia.

Kehadiran printer 3D juga bakal menumbuhkan peluang pada bisnis objek prototipe, untuk action figure display, spare part peralatan listrik, desain produk dan membantu jasa percetakan.

Antonius juga tak sepakat printer 3D bakal mematikan atau mengancam bisnis handi craft atau kerajinan tangan. Justru sebaliknya bisnis kerajinan tangan bakal terbantu dengan adanya printer 3D.

"Jadi produk handy craft bisa dibuat lebih mini," katanya.

Namun demikian, mesin printer 3D masih menyimpan kelemahan.

"Nggak semua gamba 2D bisa diimplementasikan dalam versi 3D. Kalau objek nggak bisa dibuat software 3D maka nggak akan tervisualisasi," kata dia.


Denyut printer 3D

Meski belum booming, sudah ada beberapa lembaga dan perusahaan di Indonesia bahkan kalangan individual yang sudah menggunakan printer 3D.

Antonius mengatakan printer 3D di Indonesia digunakan oleh institusi pendidikan. Untuk kalangan indivual ia mengakui sudah ada yang menggunakannya, yakni orang yang hobi dengan 3D.

"Kalaupun ada invidual (yang beli) itu diputer lagi untuk jadi mesin jasa printing 3D," ujarnya.

Antonius mengaku kalangan yang telah menggunakan produk MakerBot di antaranya yaitu Universitas Pelita Harapan dan beberapa universitas di jakarta.

Perusahaan lain, sebut Antoninius juga sudah produksi massal produk cetakan 3D. Ia menyebutkan PT Proko sudah memproduksi massal instalansi listrik sampai adaptor listrik.

"Colokan, action figur spare part, tools peralatan listrik yang bisa digambar, bisa diprinting Proko," katanya.

Belum booming Indonesia

Sementara di dunia tren printer 3D tengah booming, 'virus' itu belum begitu menular di Indonesia.

Kendalanya adalah soal edukasi atas manfaat printer 3D yang belum begitu disadari. Printer 3D perlu waktu di Indonesia.

Andreas Pakasi, Manager Marketing PT. Datascrip, distributor peralatan kantor, mengungkapkan meski printer 3D sudah mulai masuk ke pasar Indonesia, tapi masih harus meningkatkan pasarnya di Indonesia.

"Di Indonesia sudah mulai tapi perlu edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari printer 3D," ujar Andreas dalam peluncuran printer format besar dari Canon di Jakarta Convention Center (JCC), akhir tahun lalu.

VIDEO: Pembuluh Darah Kini Bisa Dibuat

Andreas melanjutkan edukasi yang dimaksud seperti kegunaan printer 3D dalam mendukung pelajaran desain produk atau desain komunikasi visual.

Senada dengan Andreas, Antonius juga mengatakan perlunya edukasi ke pengguna. Menurutnya saat ini orang masih belum banyak yang mengetahui kecanggihan printer 3D.

"Jadi lebih banyak pengenalan printer 3D, bagaimana prosesnya dan banyak sharing karya di website," kata dia.

Vendor perangkat pencetak di Indonesia juga belum semangat menyambut tren tersebut. Misalnya Astragraphia Xprins Indonesia (AXI), perusahaan jasa cetak dan dokumentasi.

AXI menilai printer 3D masih belum mempunyai nilai pasar yang menguntungkan di Indonesia.

"Karena (printer 3D) lebih ke media untuk promosi suatu produk saja. Jadi, kami tidak masuk ke sana," ungkap Presiden Direktur AXI, Sahat M. Sihombing kepada VIVA.co.id di kantornya, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu 15 Oktober 2014.

Meskipun ada permintaan tinggi dari pasar, Sahat mengungkapkan AXI tidak membangun sektor tersebut.

Meski masih ada kendala  pengenalan produk. Namun, mengenai peluang printer 3D dikatakan bakal muncul dalam beberapa tahun lagi.

Andreas mengatakan setidaknya dalam beberapa tahun kedepan, printer 3D akan mulai booming di Indonesia.

"Sekitar tiga tahun kedepan," kata Andreas.

Kategori printer 3D juga masih belum tren di Indonesia sepanjang tahun ini. Meskipun di luar negeri, printer 3D tengah booming karena membantu perusahaan memproduksi barang yang diinginkan.

"Sebetulnya printer 3D sudah ada di Indonesia tiga atau empat tahun yang lalu, digunakan sampel produk," ujarnya.

Menurut Lutfi Avianto Husein, Senior Market Analyst PT IDC Indonesia, meski sudah ada sejak ada beberapa tahun lalu, IDC memprediksikan perangkat printer 3D sulit untuk dikembangkan pangsa pasarnya di Indonesia. Alasannya masih ada kekhawatiran disalahgunakan untuk hal yang tidak baik.

"Sangat sulit karena (pemerintah) dikhawatirkan printer 3D digunakan seperti membuat hand gun (senjata)," ucap Lutfi.

Untuk itulah, kekaguman sekaligus kewaspadaan yang dilontarkan Will bisa dipertimbangkan.  Dengan adanya kecanggihan printer 3D, maka menurutnya perlu ada sebuah pembatasan agar teknologi tak menajdi bumerang.  

"Manusia harus dipaksa untuk bertanggung jawab terhadap penemuannya sehingga harus ada aturan yang bisa melindungi manusia dan memaksa mereka untuk melakukan hal yang benar," ujar Will.

Untuk mengatisipasi bumerang itu, maka kata Will, otoritas harus mulai memuat pengetatan.

Menurut Will, meningkatnya tren teknologi pencetakan harus diimbangi dengan adanya 'aturan baru, moral baru, dan kode baru' untuk mengatur teknologi yang kian berkembang.

Terlepas dari kekurangan dan tantangan yang dihadapi printer 3D,
Will sempat mengatakan jika teknologi pencetakan tiga dimensi akan merevolusi manusia. Dalam 10 tahun ke depan, kata Will, semua rumah di dunia akan memiliki printer 3D.

"Suatu saat, ketika teman meminta anda untuk bergegas, Anda akan berkata, 'tunggu dulu, sepatu saya belum selesai dicetak'," kata Will. (ren)

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya