Baru Bangkit, Nepal Dihajar Gempa Lagi

Kondisi Nepal usai diguncang gempa beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • REUTERS/Adnan Abidi
VIVA.co.id
Di Nepal, Pangeran Harry Disambut Lima Perawan
- Tampaknya Tuhan begitu menyayangi Nepal. Negara miskin di Asia Selatan ini baru saja porak-poranda diguncang gempa bumi berskala 7,8 skala Richter yang menewaskan lebih dari 8.000 jiwa, serta 17.800 orang terluka.

Ini Status Tiga Pendaki Indonesia yang Hilang di Nepal

Tepat dua minggu setelah itu, gempa dahsyat berkekuatan 7,4 SR kembali mengguncang bumi Nepal.
Antisipasi Krisis, Kemlu Latih Diplomat Muda


Dilansir dari Al Jazeera , gempa pada Selasa berlangsung sekitar 30 detik. "Semua orang berlari keluar ke jalan-jalan dan semua toko sekarang tutup," kata jurnalis Al Jazeera , Annete Ekin.

Jurnalis Al Jazeera di Kathmandu, Andrew Simmons, juga melaporkan gempa yang terasa begitu kuat, hingga membuat dia tergoncang seperti agar-agar.

Badan survei meteorologi Amerika Serikat (USGS), sebelumnya melaporkan gempa berkekuatan 7,1 SR, namun memperbarui keterangannya, menjadi 7,4 SR.

Pusat gempa


Charikot, sebuah resor pegunungan Himalaya mengalami titik terburuk sebagai pusat gempa.


Dilansir
Telegraph
, Kamis 14 Mei 2015, polisi menyatakan 34 orang dipastikan tewas terperangkap di bawah reruntuhan rumah yang roboh.


"Kemarin kami menyelamatkan tiga wanita dari gedung bank yang runtuh, tetapi mereka meninggal saat pengobatan. Ini tragis," kata Ram, polisi relawan yang mengkoordinasi penyelamatan lokal.


Resor indah tersebut didirikan oleh Top Thapa dan istrinya, Judith, seorang arsitek dari Swiss pada tahun 2000.


Resor itu menjadi tujuan akhir pekan yang sangat disenangi pengendara sepeda motor dan pejalan kaki untuk menikmati pemandangan indah di atas 23.000 kaki dari Gauri Shankar.


Dari atas bukit, Thapa menyaksikan orang-orang di bawah resor melarikan diri untuk bertahan hidup. "Bangunan-bangunan gemetar, orang-orang terkejut dan banyak yang mati. Mereka mencoba tempat-tempat tinggi untuk melarikan diri dari gempa," kata Thapa.


Lokasi terpencil yang berjarak lima jam perjalanan dari Kathmandu ini menjadi daerah yang paling parah terkena dampak gempa. Daerah ini kemudian menyisakan banyak tunawisma.


"Semua orang ingin menafkahi keluarga mereka sendiri, tidak ada yang peduli," kata salah seorang warga.


Seorang pekerja bantuan dari Amerika yang tidak menyebutkan namanya mengatakan, ia telah mendaki di luar Charikot saat gempa. "Saya melihat rumah hancur, tanah longsor berdebu. Aku takut," katanya.


Guncangan terasa hingga India


Dikutip oleh
Reuters
, guncangan kuat akibat gempa dahsyat kedua Nepal itu terasa juga di New Delhi, India, serta Dhaka yang merupakan ibu kota Bangladesh. Warga di kota Siliguri, India, melaporkan ada beberapa bangunan yang runtuh akibat gempa.


"Gempa terbaru membuat kami terguncang. Saya masih gemetar," kata pejabat Sindhupalchowk, Diwakar Koirala. Sementara itu, di Kathmandu orang-orang langsung berlarian ke luar ke jalan-jalan.


Para orangtua terlihat memeluk erat anak-anak mereka, tidak sedikit yang keluar tanpa sempat berpakaian karena panik. Sebagian besar langsung menelepon, untuk mencari kabar tentang keluarga mereka.


Bagian reaksi berantai


Gempa berkekuatan 7,4 SR tersebut disebut-sebut merupakan bagian dari reaksi berantai. "Gempa-gempa besar kerap kali diikuti dengan gempa berikutnya, kadang sama besar dengan yang pertama," kata Carmen Solana, vulkanologis dari Universitas Porthsmouth, Inggris.


Carmen, yang dikutip laman
Channel News Asia
, Rabu 13 Mei 2015, mengatakan gerakan yang dihasilkan gempa pertama, menambah tekanan pada patahan lain dan mengakibatkan ketidakstabilan.


"Itu reaksi berantai," kata Carmen. Gempa pada Selasa, terjadi pada 76 kilometer sebelah timur Ibu Kota Kathmandu, disusul dengan gempa berkekuatan lebih rendah setengah jam kemudian.


Sementara gempa 25 April, terjadi di sebelah barat Kathmandu. Namun, kedua peristiwa terjadi pada patahan yang sama, di mana lempeng India dan Eurasia bertemu, bertabrakan dan saling mendesak.


"Sejak gempa pertama, April, gempa susulan telah bermigrasi ke arah tenggara," kata Nigel Harris, profesor tektonik di Universitas Terbuka Inggris.


Ilmuwan mengatakan gempa pada 25 April dan 12 Mei terjadi dekat permukaan, yang mengakibatkan guncangan lebih besar daripada gempa di lokasi yang lebih dalam.


Tak ada WNI jadi korban

Menurut informasi dari Kementerian Luar Negeri RI yang diterima
VIVA.co.id
hari ini melalui pesan pendek, tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban dari gempa susulan tersebut. Data yang dimiliki Kemlu RI menyebut saat ini terdapat 23 warga Indonesia yang menetap di Nepal dan 15 orang WNI yang tengah berkunjung.


Pejabat dari Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia dari Kemlu RI, Hernawan Bagaskoro Abid, melalui pesan pendek mengatakan kepada
VIVA.co.id
tim gabungan SAR asal Indonesia juga aman.


"Sejauh ini, anggota tim aman. Kami pindah posko ke arah luar kota yang berjarak 20 menit dari Kathmandu Guest House (KGH). Aliran listrik di sini telah diputus," kata Hernawan.


Dia menjelaskan tim dari Kemlu yang berada di Nepal berjumlah 6 orang. BBC melaporkan akibat gempa kedua ini, setidaknya telah menewaskan empat orang. Namun, belum diketahui jumlah korban yang mengalami luka.


Mabes Polri kirim tim DVI


Kepolisian Republik Indonesia memberangkatkan Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri ke Nepal, guna melaksanakan misi kemanusian akibat gempa.


Menurut Divisi Hubungan Internasional Polri Kombes Pol Khrisna Murti, dua anggota Tim DVI Polri yang akan diberangkatkan ke Nepal ialah Kompol dr. Eko Yunianto, dan Kompol dr. M. Faizal.


Keduanya akan bergabung dengan Kemenlu dan tim DVI International untuk melakukan pencarian tiga pendaki Warga Negara Indonesia (WNI) yang hilang akibat gempa dahsyat di April.


"Kami akan melakukan pencarian prioritaskan WNI yang belum ditemukan," ujar Khrisna, di Gedung TNCC, Mabes Polri.


Dalam melakukan misi kemanusiaan tersebut, Krishna mengatakan, Tim DVI Polri dibekali dengan pelaratan dan data-data ante mortem tiga WNI atas nama Alma Parahita, Kadek Andana, dan Jeroen Hehuwat yang saat ini masih belum ditemukan keberadaannya.


"Tim dari DVI yang hadir di sana membawa data properti (pakaian), data medis dan sample DNA WNI itu," katanya.


Nantinya, Tim DVI Polri akan berkordinasi dan bekerja sama dengan tim forensik setempat dan Interpol guna melakukan identifikasi WNI tersebut.


Rencananya, kegiatan misi kemanusian ini akan dilakukan kurang lebih dua minggu di Nepal.


Tetapi, tidak menutup kemungkinan kegiatan ini bisa saja akan diperpanjang, tergantung situasi dan kondisi dari Kemenlu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya