Janji Manis Internet Gratis

Sumber :
  • REUTERS/Dado Ruvic

VIVA.co.id - Memasuki 2013, Facebook menginginkan misi mulia. Situs jejaring sosial terbesar di dunia itu ingin menghubungkan orang di seluruh dunia dengan internet. Saat ini sekitar dua per tiga penduduk dunia belum menikmati layanan online.

Guna mewujudkan itu, Facebook terus memutar otak. Hingga akhirnya tercetus gagasan Internet.org. Layanan itu akhirnya diluncurkan pada 20 Agustus 2013. Facebook pun menggalang perusahaan teknologi dan telekomunikasi di dunia untuk bergabung mendukung inisiasi tersebut. Seiring waktu, program ini kian bergulir.

Dalam setahun belakangan ini, Chief Executive Officer (CEO) Facebook, Mark Zuckerberg juga gencar berkeliling dunia, bertemu pemimpin negara, untuk mengampanyekan program Internet.org. Mulai dari Kolombia, India sampai Indonesia disambangi Zuckerberg.

Bos Facebook itu ingin Internet.org benar-benar menghubungkan orang seluruh dunia, terutama menyasar pada pengguna ponsel yang masih berbasis 2G.

Sesuai misi mulianya, Internet.org mengusung internet bebas pulsa alias gratis kepada para pengguna ponsel 2G di seluruh dunia. Untuk menggelar internet gratis itu, Facebook menggandeng operator telekomunikasi lokal di masing-masing negara yang disinggahinya. Setelah singgah, beberapa waktu kemudian ditindaklanjuti dengan peluncuran Internet.org pada masing-masing negara.

Tapi niatan mulia itu mulai menimbulkan kritikan dari beberapa perusahaan rintisan (startup), publisher, pengembang aplikasi. dan para aktivis internet.

Operator Berbagi Infrastruktur, Internet Murah Tercapai

Riak protes

Gejolak mulai dari India, yang mana para insan teknologi di negeri Hindustan ini gencar menolak Internet.org. Gelombang protes tercatat muncul sejak Februari 2015. Hanya beberapa hari begitu Internet.org diluncurkan di India pada 10 Februari 2015, protes di India ini bahkan memunculkan gerakan saingan "Save The Internet".

Penolakan komunitas teknologi India tegas. Mereka menilai Internet.org melanggar prinsip netralitas jaringan, sebuah prinsip internet yang menjamin semua konten di internet berjalan tanpa diskriminasi. Semua konten harus mendapatkan perlakuan yang sama. 

Ini Tiga Strategi Facebook Kuasai Dunia



Internet.org dianggap mendiskriminasi karena menggratiskan layanan, aplikasi tertentu. Skema ini kemudian dikenal zero-rating. Untuk menggratiskan akses ke layanan, Facebook menggandeng operator telekomunikasi lokal.

Skenario zero-rating, kata komunitas teknologi India, dianggap mengancam para pengembang aplikasi yang tidak masuk dalam Internet.org. Mereka terancam kalah bersaing, sebab mereka berbayar, sedangkan aplikasi di Internet.org tak dipungut biaya pulsa internet.

"Proyek ambisi Zuckerberg memusingkan ratusan juta pengguna di pasar negara berkembang, yang mana mengarahkan untuk berpikir Facebook dan internet adalah satu dan sama," ujar pengkritik yang tergabung dalam koalisi Save the Internet.

Merespons protes yang menyeruak, Mark Zuckerberg pun angkat bicara, melalui akun Facebooknya.

Ia menggarisbawahi bahwa salah satu tujuan Internet.org adalah untuk memangkas kesenjangan bagi warga dunia yang belum bisa mengakses internet. Dengan akses internet, kata dia, adalah salah satu alat yang paling kuat untuk kemajuan ekonomi dan sosial.

"Internet memberikan orang akses ke pekerjaan, pengetahuan, dan peluang. Ini memberikan suara kepada kalangan yang tak bisa bersuara dalam masyarakat, dan menghubungkan orang-orang dengan sumber daya vital bagi kesehatan serta pendidikan. Saya percaya semua orang di dunia layak akses peluang tersebut," tulis Zuckerberg.

Bos Facebook juga membantah tuduhan soal jebakan zero-rating yang dituduh akan menyulitkan pengembang aplikasi dan para publisher terancam kehilangan trafik.

Ia menjelaskan, Internet.org tak menimbulkan diskriminasi dengan zero rating. Platform itu terbuka dengan publisher manapun. Mereka, kata bos Facebook, boleh mendaftar ke Internet.org secara gratis.

"Kami terbuka pada semua operator mobile dan kami berhenti untuk siapa pun yang bergabung. Kami ingin sebanyak mungkin penyedia internet bergabung seperti banyaknya orang yang bisa terkoneksi," kata dia.

Facebook Siapkan Satelit Internet untuk Afrika

Internet.org menyesatkan

Meski bos Facebook sudah menjelaskan detail maksud "baik" dari Internet.org. Protes tak redam. Justru gelombang kritikan makin meluas.

Bahkan pada 18 Mei 2015, 67 organisasi pegiat digital dari 31 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia mengirimkan protes keras ke Zuckerberg.

Kelompok yang menamakan diri mereka Access Now, mengirim surat terbuka yang ditujukan ke Mark Zuckerberg melalui halaman Facebook. Kelompok ini menyuarakan protes yang sama dengan penolakan yang muncul di India, soal netralitas jaringan.

Internet.org dianggap program yang menyesatkan. Bahkan Access Now mengatakan Internet.org berdampak ganda.

"Kami sangat prihatin akses bagi orang miskin yang ditafsirkan sebagai pembenaran atas pelanggatan netralitas jaringan," tulis Access Now.

Ditambahkan, Access Now berpendapat Internet.org sangat menyesatkan masyarakat dunia, dengan gembar-gembor menyediakan akses ke internet secara penuh.

"Padahal, sebenarnya itu hanya menyediakan akses ke sejumlah layanan yang terhubung internet yang hanya disetujui oleh Facebook dan mitra penyedia layanan internet lokal," kritik Access Now.

Dengan demikian, konsep Internet.org dianggap melanggar prinsip netralitas jaringan, mengancam kebebasan berekspresi, kesetaraan kesempatan di internet, keamanan, privasi, dan inovasi.

Meski demikian, Acces Now menegaskan mendukung program akses internet terjangkau bukan internet gratis, bagi dua pertiga masyarakat dunia yang saat ini kekurangan akses ke internet.

"Kami selalu berusaha menyediakan akses non diskriminatif ke internet terbuka, tanpa mengistimewakan aplikasi atau layanan tertentu atas orang lain dan tanpa mengorbankan privasi serta keamanan pengguna," kata Access Now.

Soal tudingan internet gratis bertentangan dengan prinsip netralitas jaringan, Zuckeberg tak sepakat.

Facebook, kata Zuckerberg dalam postingan akunnya, justru mendukung netralitas jaringan dengan jalan memberikan internet gratis.

"Kami ingin menjaga internet terbuka. Netralitas jaringan memastikan operator jaringan tidak diskriminatif dengan membatasi akses ke layanan yang ingin Anda gunakan. Ini merupakan bagian penting dari internet terbuka, dan kami berkomitmen penuh untuk itu," ujar Zuckerberg dalam postingan di Facebook.

Menurut dia, netralitas jaringan tak bertentangan dengan upaya untuk menghubungkan pada pengguna secara lebih banyak atau disebut prinsip konektivitas universal.

"Konektivitas universal dan netralitas jaringan harus hidup berdampingan," ujar dia.

Makanya, untuk menghubungkan ke makin banyak warga dunia, Facebook menggelar internet gratis tersebut. Bos Facebook itu pun mengingatkan agar argumen tentang netralitas jaringan jangan mencegah orang yang belum terkoneksi untuk mendapatkan akses internet.

"Menghilangkan program yang akan membawa orang banyak makin online tidak akan meningkatkan inklusi sosial dan ini tak akan menutup kesenjangan digital," kata dia.

Zuckerberg juga menolak mentah soal tudingan Internet.org mengancam kebebasan ekspresi, keamanan, dan privasi. Kritikan ini muncul karena Internet.org tak menggunakan teknologi HTPS, TLS atau SSL. Oleh Access Now, hal ini memungkinkan Facebook bisa merekam trafik pengguna.

"Dan ini menimbulkan kerawanan serangan aplikasi berbahaya dan penyadapan pemerintah," ujar Acces Now dalam surat terbuka.

Terkait hal ini, bos Facebook itu mengakuinya. Namun ia berjanji Internet.org segera mendukung teknologi keamanan HTTPS. Zuckerberg berdalih, teknologi itu belum diterapkan karena masih dikembangkan situsnya.

"Kami butuh waktu untuk mengerjakan itu pada semua ponsel dan browser. Kami pastikan Internet.org akan mendukung itu, itu pasti kami lakukan," kata dia.

Internet Nusantara

Kontroversi Internet.org juga menggema di Tanah Air. Mitra program internet gratis Facebook di Indonesia, Indosat, pun turut bersuara.

Operator telekomunikasi itu membela program Facebook itu. Menurut Indosat, program itu malah memberikan keuntungan, khususnya bagi pengguan seluler yang belum tersentuh internet.

"Kami beranggapan itu tak merugikan," kata Chief Executive Officer (CEO) Indosat, Alexander Rusli di kantornya, Jakarta, Rabu 20 Mei 2015.

Alex mengajukan data bahwa untuk pasar pengguna ponsel di Indonesia baru 30 persen yang menggunakan ponsel pintar. Maka untuk mencapai 70 persen pengguna lain yang belum akrab dengan internet, program Internet.org dianggap sangat pas. Terlebih dengan tawaran akses internet gratis.

Menurut Alex, Internet.org bisa benar-benar memberikan pengalaman yang menarik bagi pengguna seluler. Sebab, aplikasi-aplikasi yang ada dijamin tidak akan "lapar" jaringan dan bandwidth.

Untuk itu, aplikasi apa saja bisa dimasukkan dalam Internet.org, asal pengembang mau berkomitmen dalam mengubah platformnya, sehingga tidak "lapar" bandwidth. Saat ini, setidaknya ada 16 aplikasi yang mendukung Internet.org.

Sementara itu, mengenai isu Internet.org tidak mendukung netralitas jaringan, Alex mengatakan bahwa operator memang tidak mendukung netralitas jaringan. Pelanggan dianggap sebagai milik operator.

"Operator memang tidak mendukung net neutrality, karena bagi kami, pelanggan adalah pelanggan kami. Namun, itu harusnya saya berbicara sebagai ketua ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia). Makanya, nanti kami akan keluarkan pernyataan sebagai ATSI," katanya.

Dijelaskannya, untuk Internet.org, Indosat memiliki kontrak selama dua tahun.

Kritikan dari Tanah Air juga meluncur dari Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel). Ketua Umum Mastel, Kristiono, menyayangkan sikap para operator seluler yang "saling berebut" menghadirkan internet tanpa pulsa melalui Internet.org dari Facebook.

Dia berpandangan Internet.org adalah cara Facebook mengakali Indonesia sebagai pasar.

Menurut dia, internet bebas pulsa itu hanya akan dinikmati oleh negara asal Facebook dan tidak berdampak ke Indonesia. Artinya, Indonesia sekali lagi hanya dijadikan sebagai pasar bagi Facebook.

"Sah-sah saja kalau mereka mau menggratiskan internet tapi jangan untuk kepentingan bisnis. Seperti, belanjanya ke luar, tapi market-nya ada di sini (Indonesia). Semua layanan dan devisanya keluar," ujar dia ketika dihubungi VIVA.co.id, Rabu, 6 Mei 2015.

Kristiono menjelaskan, dengan mengatakan hal ini bukan berarti dirinya anti asing. Namun diakui, para pemain Over The Top (OTT), seperti Facebook, memang belum membangun infrastruktur pusat data di Indonesia. Data penggunanya tersimpan di negara asal perusahaan teknologi tersebut.

"Pokoknya mereka harus bangun infrastruktur di sini. Komunikasinya dengan teman-teman di sini tapi bandwith-nya sampai ke Amerika. Selain itu, data pengguna e-commerce masih di luar tapi jualan di sini," kata dia.

Dia mengatakan, alangkah baiknya jika para operator seluler bekerja sama menghadirkan internet nusantara. Layanan tersebut dimaksudkan untuk digunakan masyarakat Indonesia yang data serta kontennya berasal dari lokal.

"Kalau internet nusantara kan market-nya di Indonesia. Layanan datanya dan trafiknya juga di Indonesia," ucap dia.

Bikin ketagihan

Meski tumbuh protes di sana-sini, Facebook tetap menghadap ke depan dan optimis Internet.org bisa makin meluas dan bermanfaat bagi warga dunia.

Juru bicara Facebook, dikutip BBC, Rabu 20 Mei 2015 menyebutkan Internet.org justru akan memberi manfaat bagi pengguna yang belum tersentuh internet. Facebook yakin program internet gratis ini akan memicu ketagihan pengguna.

"Kami yakin dengan makin banyak orang yang mendapatkan akses internet, mereka akan menemukan manfaat dan ingin lebih menggunakan layanan lebih banyak," ujar juru bicara Facebook itu.

Juru bicara tersebut menambahkan, untuk membantu para pengguna tersebut, Facebook optimistis. Sebab situs jejaring sosial terbesar di dunia itu sudah menjalin beberapa mitra di berbagai negara.

"Kami sangat percaya dengan ini, kami telah bekerja dengan para operator untuk menawarkan layanan dasar kepada orang tanpa biaya," kata dia.

Ditambahkan, Facebook juga yakin para pengguna baru yang mengakses Internet.org akan cepat merasa puas dengan layanan tersebut dan ketagihan untuk mengakses layanan internet yang lain.

"Pengguna baru akan ingin cepat bergerak di luar layanan dasar dan mau untuk membayar layanan lain yang beragam dan layanan yang berharga," dalih juru bicara tersebut.

Facebook boleh saja optimistis. Sebab pengguna Internet.org, sampai sejauh ini jumlah pengguna telah menembus 9 juta di seluruh dunia. Untuk di Indoneisa, Indosat mengatakan pengguna dalam kisaran ratusan ribu.

Sebagai informasi, sejak diperkenalkan pada 2014, Internet.org sudah diluncurkan di Zambia, India, Kolombia, Guatelama, Tanzania, kenya, Ghana, Filipina, Indonesia, Malawi, dan Bangladesh.

Menarik ditunggu nasib internet gratis Facebook. Hanya janji manis atau berakhir manis. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya