El Nino Datang, Suhu Ekstrem Mengancam

Kaleidoskop 2014
Sumber :
  • ANTARA FOTO/FB Anggoro
VIVA.co.id
Kebakaran di Portugal, Nasib WNI Terus Dipantau
- Suhu di sejumlah daerah di Indonesia dilaporkan meningkat di dalam beberapa hari terakhir. Misalnya, Riau yang berkisar 35 derajat celsius dan Sumatera Utara yang mencapai 36 derajat celsius. Temperatur Jakarta dan sekitarnya pun mencapai 34 derajat celsius dari suhu normal 31 derajat celsius hingga 33 derajat Celsius.

BMKG: Jabodetabek Hujan Mulai Siang sampai Malam

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa peningkatan suhu itu pertanda musim kemarau telah datang. Memang wajar kalau terjadi peningkatan suhu kala memasuki musim kemarau.
Kebakaran Besar Melanda Portugal


Suhu panas dengan tingkat bervariasi di masing-masing daerah diprakirakan berlangsung hingga November 2015. Musim hujan berikutnya bahkan diramalkan mundur di beberapa daerah sampai awal 2016. Misalnya, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Artinya pula, Indonesia akan mengalami cuaca minim hujan sampai awal 2016.

El Nino

Salah satu sebab dari panasnya suhu adalah fenomena alam El Nino di Samudera Pasifik yang membuat curah hujan di daerah tropis. El Nino adalah fenomena penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, sekitar ekuator, khususnya di bagian tengah dan timur.


Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Yunus Subagyo Swarinoto, El Nino hingga November 2015 itu berjenis El Nino moderat yang membuat uap air yang mengalir dari Indonesia menuju Pasifik membentuk awan hujan menjadi minim di Indonesia.


Indonesia pernah mengelami El Nino kuat atau parah pada tahun 1997. Kala itu terjadi kebakaran hutan yang luas di Sumatera dan Kalimantan. Dampaknya ialah asap tebal menyelimuti wilayah-wilayah itu, bahkan beberapa negara tetangga. Bahkan akibat el nino tahun 1997, sempat muncul berita bahwa Indonesia adalah penghasil karbon nomor tiga di dunia, akibat kebakaran gambut yang luas di Kalimatan.


El Nino kala itu juga berdampak pada banyak bidang, mulai kehutanan, pertanian, kelautan dan kesehatan maupun perkenomian negara. Hutan kebakaran. Lahan pertanian mengering. Cuaca ekstrem di laut sehingga mengganggu aktivitas nelayan melaut. Kerugian negara akibat bencana itu, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, mencapai 9,5 juta dolar Amerika Serikat.


BMKG memprakirakan El Nino tahun ini masih dalam tingkat lemah sampai moderat atau secara sederhana tak akan separah pada tahun 1997. "Tapi, fenomena ini tetap harus diwaspadai," ujar Yunus Subagyo Swarinoto. Soalnya kondisi itu mengindikasikan bahwa pasokan uap air ke bagian Indonesia timur berkurang.


Bagi sebagian wilayah Indonesia, kemarau hampir tak berdampak banyak, kecuali tak lebih dari kepanasan. Tetapi di sebagian wilayah lain, itu dapat menjadi pemicu kekeringan yang berefek pada ketahanan pangan.


Kebakaran hutan


Bagi sebagian wilayah lain tak kalah gawat, karena kemarau dapat memicu kebakaran hutan seperti rutin terjadi setiap tahun. BMKG telah menandai daerah-daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terjadi kebakaran hutan, terutama hutan gambut. Paling banyak adalah Sumatera dan sebagian Kalimantan. Di antaranya, Aceh, Riau, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.


BMKG bahkan sudah mendeteksi ada 38 titik api atau hotspot di wilayah Sumatera, tetapi paling banyak di Riau yang mencapai 20 titik. Sebagian besar berada di Rokan Hilir yang mencapai 11 titik, di Bengkalis sebanyak tiga titik, Rokan Hulu dua titik, serta Dumai, Kampar, Pelalawan dan Siak masing-masing satu titik.


Menurut Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Kukuh Ribudiyanto, pada dasarnya faktor alam berkontribusi tak sampai satu persen pada kebakaran hutan. Sebagian besar biang kebakaran itu justru manusia, yaitu warga membakar perkebunan gambut untuk membuka lahan baru.


Api sulit dipadamkan karena sumber api atau bara berada di bawah permukaan tanah. Akibatnya pemadaman biasa seperti disiram atau menjatuhkan air dari udara
(water bombing)
tak banyak membantu. Soalnya teknik itu cuma memadamkan api di permukaan, tak sampai ke dalam. Bara di bawah permukaan dapat sewaktu-waktu memicu kebakaran lagi.


Hanya hujan lebat yang dapat memadamkan api sampai ke bawah permukaan tanah. Masalahnya adalah warga membakar lahan mereka pasti saat musim kemarau, karena waktu itu dianggap paling efektif dan efisien untuk membuka lahan baru.


Ada yang memiliki standard operasional prosedur membakar lahan hanya, misalnya, sekian jam dan kemudian segera dipadamkan. Tetapi prosedur itu meleset dan api menjadi tak terkendali karena cepat merembet. Kebakaran meluas dan semakin sulit dipadamkan.


"(Membakar lahan) memang lebih murah dan efektif tetapi dampak buruknya jauh lebih besar. Kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran itu sangat berbahaya bagi manusia. Bahkan, menurut penelitian WHO (Badan Kesehatan Dunia), kabut asap dapat berpengaruh pada ibu hamil, anaknya kelak dapat mengalami penurunan tingkat kecerdasan," kata Kukuh Ribudiyanto.


BMKG dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta semua unsur terkait tak henti-henti menyosialisasikan atau mengimbau masyarakat agar tak membakar hutan. Begitu juga sosialisasi dan imbauan kepada perusahaan-perusahaan perkebunan. Soalnya sebagian titik api kebakaran ditemukan di lahan-lahan gambut milik perusahaan perkebunan sawit swasta maupun BUMN (Badan Usaha Milik Negara).


Sosialisasi dan imbauan itu belum maksimal meski tetap ada hasilnya. Lagi pula, penindakan yang dilakukan aparat penegak hukum terhadap oknum pembakar hutan cukup dirasakan manfaatnya walau belum optimal. Pemerintah daerah pun telah memiliki kesadaran tentang dampak buruk pembakaran hutan.


Tak ekstrem


Kukuh mengoreksi pendapat sebagian kalangan atau istilah yang digunakan sebagian media tentang peningkatan temperatur di sebagian wilayah di Indonesia. Menurutnya, secara umum peningkatan itu masih di ambang wajar, yakni 1-2 derajat Celsius. Artinya, peningkatan itu belum dapat disebut sebagai suhu ekstrem.


Dia menjelaskan, peningkatan suhu dapat disebut ekstrem manakala mencapai atau melebih tiga derajat Celsius dari suhu maksimum atau minimum dalam kondisi normal. Misalnya, suhu maksimum Jakarta pada kondisi normal adalah 33 derajat Celsius. Kalau sudah mencapai 36 derajat Celsius, dapat disebut ekstrem. Begitu pula sebaliknya pada suhu minimum, dapat disebut ekstrem kalau menurun tiga derajat Celsius dari suhu paling rendah dalam kondisi normal.


Namun Kukuh mengingatkan bahwa peningkatan suhu 1-2 derajat Celsius bukan berarti tak berbahaya. Dampak buruk paling sedikit bagi kesehatan adalah sinar ultraviolet yang menyengat, terutama saat siang.


Suhu panas juga dapat mempercepat penyerapan air dalam tubuh sehingga berpotensi besar mengalami dehidrasi, terutama bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa yang tak makan dan tak minum sepanjang hari.


"Tidak ada saran khusus untuk suhu panas ini. Tapi minimal hindari aktivitas di luar ruang yang bersentuhan langsung dengan sinar matahari. Bagi yang berpuasa, seperti kata banyak dokter, banyak-banyak minum saat sahur dan berbuka puasa," kata Kukuh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya