Menghantarkan Para Tamu Allah

Jemaah haji
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Labbaik Allahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik, inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulk la syarika laka, kalimat talbiyah menggema mengiringi keberangkatan rombongan atau kelompok terbang (kloter) pertama jemaah haji Indonesia ke Tanah Suci.

Pemerintah Indonesia mulai Jumat pagi, 21 Agustus 2015, memberangkatkan kloter pertama jemaah haji ke Tanah Suci. Di hari itu sebanyak 4.458 jemaah calon haji Indonesia berangkat dari sembilan Embarkasi, yakni Medan, Padang, Bekasi, Solo, Mataram, Surabaya, Jakarta, Makassar dan Balikpapan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) No 32 Tahun 2015 tentang Penetapan Kuota Haji Tahun 1436H/2015M, kuota haji nasional tahun ini berjumlah 168.800 jemaah yang terdiri dari kuota haji reguler 155.200 jemaah dan kuota haji khusus 13.600 jemaah.

Kuota haji reguler terbagi menjadi dua, yaitu 154.049 untuk jemaah haji dan 1.151 untuk petugas haji daerah. Secara bergelombang, jemaah haji kloter pertama berangkat pada 21, Agustus 2015 hingga 3 September 2015 menuju Madinah. Selanjutnya, pada 4 September 2015 hingga 17 September 2015 menuju Jeddah

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin secara simbolis melepas keberangkatan 430 calon jemaah haji  (Sebelumnya disebut 450 jemaah, 20 diantaranya gagal berangkat) kloter pertama Embarkasi Jakarta dari Asrama Haji Pondok Gede menuju bandara Halim Perdanakusuma, untuk selanjutnya menempuh perjalanan  udara menuju bandara Amir Muhammad, Madinah.

Satu Jam di Masjid Nabawi

Sejumlah pejabat mendampingi Menag turut melepas keberangkatan jemaah haji ke Tanah Suci, diantaranya Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ledia Hanifa, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, Sekjen Kementerian Agama Nur Syam, Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Abdul Djamil dan Dirut PT Garuda Indonesia M. Arif Wibowo.

"Penerbangan gelombang pertama langsung ke Madinah, hari ini berangkat 11 kloter dari 9 embarkasi," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat pelepasan kloter pertama, Jumat pagi.

Pada pelaksanaan ibadah haji 2015 ini, Pemerintah Indonesia memberangkatkan 371 kloter jemaah haji Indonesia. Sebanyak 210 kloter akan berangkat menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Sedangkan sisanya menggunakan Saudi Airlines.

Sementara itu, untuk penginapan jemaah haji tahun ini di Madinah lokasinya lebih dekat dari Markaziya dibanding tahun sebelumnya. Untuk Madinah kata Lukman, paling jauh berada di radius 1 kilometer. Sedangkan di Makkah, relatif lebih jauh karena ada rehab Masjidil Haram, sehingga banyak hotel yang dibongkar. "Jadi (di Makkah) paling jauh 4 kilometer," kata Lukman.

Lukman mengklaim musim haji tahun ini lebih efisien dibanding tahun-tahun sebelumnya. Salah satu alasannya karena semua jemaah haji asal Indonesia diberangkatkan langsung ke Madinah, tak seperti tahun-tahun sebelumnya yang melalui Jeddah.

Menurut Menteri, rute itu meringkas jarak dan otomatis mengurangi ongkos transportasi dari Indonesia menuju Tanah Suci. Namun dia mengklaim juga bahwa efsiensi itu tak mengurangi fasilitas untuk para jemaah, bahkan lebih baik. Banyak fasilitas yang diperbaiki untuk menjamin kenyamanan dan kekhusyukan jemaah haji.

"Tahun ini pertama kali jemaah haji diberangkatkan langsung ke Madinah, sehingga itu lebih efisien," ujarnya.



Duta Bangsa

Selama pelaksanaan ibadah haji 2015, Lukman mengingatkan para jemaah haji Indonesia bahwa mereka adalah tamu Allah sekaligus duta bangsa. Sehingga segala tindak-tanduknya akan mencerminkan bangsa Indonesia, oleh karenanya para jemaah wajib menjaga nama baik Indonesia.

Jemaah haji Indonesia harus benar-benar berlaku baik dan mematuhi peraturan pemerintah Saudi. Para jemaah juga wajib menghormati adat dan tata krama di Saudi, karena tentu ada tradisi-tradisi yang berbeda dengan di Tanah Air.

Lukman mengatakan jemaah haji asal Indonesia selama ini dikenal terbaik, ramah, santun, tertib dan mematuhi segala peraturan di Arab Saudi dibanding jemaah dari negara lain. Citra baik itu harus terus dan selalu dipertahankan.

"Saya harap mohon bisa menjaga nama baik yang sudah kita dapatkan sejak lama itu. Tanah Suci adalah negara orang dengan tradisi budaya yang berbeda dengan kita. Karenanya, pandai-pandailah menempatkan diri. Mudah-mudahan kita bisa memahami itu dengan penuh kearifan," kata Menteri Lukman.

Hari Ini 15 Kloter Jemaah Berangkat ke Tanah Suci

(Baca juga: )

Selain itu, Lukman mengingatkan para calon jemaah haji tentang hakikat ibadah haji dan niat ke Tanah Suci. Puncak ibadah adalah wukuf di Arafah, dan karenanya tentu kloter  pertama akan memiliki waktu relatif lama menunggu tibanya waktu wukuf di Arafah dibanding jemaah berikutnya.

"Saya ingatkan jangan memforsir diri dengan ibadah umrah, Miqat berkali-kali tapi mengabaikan kondisi kita. Karena itu jaga kesehatan sampai dengan wukuf," kata Menag mengimbau.

Imbauan itu lanjut Lukman, bukan berarti membatasi para tamu Allah untuk melakukan ibadah di Tanah Suci dengan ganjaran pahala melimpah. Tapi agar para jemaah dapat mengukur kemampuan masing-masing, sehingga saat puncak ibadah haji dapat dilaksanakan dengan baik.

Menteri Agama menambahkan, kepada para jemaah calon haji diminta lebih banyak bersabar dan ikhlas, karena hal itu modal utama dan sangat pokok. Adapun kewajiban pemerintah melayani mereka agar khidmat beribadah, dan itu telah dibuktikan dengan berbagai perbaikan atau penyempurnaan sistem pelayanan.

"Khusus bagi yang muda-muda yang biasa dengan internet, petugas kloter, dan lain-lain, senantiasa mengakses haji kita. Kita (Pemerintah) sudah punya aplikasi yang idealnya dibutuhkan jemaah haji. Aplikasi itu membuka link haji kita. Di link itu ada data terbaru terkait haji," imbuhnya.

Waspada MERS


Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek, yang ikut mendamping Menteri Agama melepas jemaah haji kloter pertama, mengimbau kepada jemaah haji untuk waspada terhadap penularan virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang saat ini tengah menjangkit di beberapa wilayah di dunia.

Salah satunya adalah imbauan kepada jemaah haji untuk berhati-hati meminum susu unta. Apalagi, susu unta yang belum dimasak.

"Kami ingatkan betul soal virus dari unta atau MERS. Karena, khawatir virus, jangan minum susu unta yang belum dimasak. Kalau batuk, kami berikan masker dan desinfektan," kata Nila di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur, Jumat 21 Agustus 2015.

Nila juga meminta seluruh jemaah tak langsung meminta atau mendaftarkan diri ke rumah sakit di Mekkah maupun Madinah saat sakit. Sebab, penularan virus MERS yang ditakuti malah lebih banyak terjadi di rumah sakit.

Kementerian Kesehatan, lanjut dia, telah berupaya memastikan kesehatan para jemaah untuk meminimalisasi risiko sakit sejak sembilan bulan lalu. Bahkan, Kemenkes telah mengidentifikasi jemaah haji dengan beberapa kategori penyakit yang diderita.

"Kami bagi penyakit berat, sedang, dan sehat. Yang sakit berat kami kasih tanda gelang merah, sedang tanda kuning, biar nanti petugas selalu mengingatkan jemaah," ujarnya.

(Baca juga: )

Calon Haji Ini Kesal Sambal Petisnya Disita

Data saat ini, ada 37 jemaah sakit berat dan mengenakan gelang merah serta 173 sakit sedang dengan mengenakan gelang kuning. Sementara itu, sisanya dinyatakan sehat.

Nila menekankan kepada seluruh jemaah haji Indonesia untuk terus menjaga kesehatan dengan menjaga kebersihan saat beribadah. Karena kesehatan jemaah haji merupakan modal penting untuk menjamin kelancaran dan kekhusukan beribadah.

Menkes juga melarang petugas kesehatan jemaah haji untuk melakukan ibadah haji seperti jemaah lain. Katanya, petugas kesehatan harus fokus pada kesehatan jemaah. "Petugas haji tidak boleh ikut naik haji, jadi mereka fokus jaga jemaah, di tiap kloter ada lima petugas," kata dia.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Muhammad Subuh, sebelumnya mengatakan pada periode sebelum keberangkatan, jemaah haji akan diberi penyuluhan dan melewati tiga tahap pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan dilakukan dari tingkat puskesmas hingga di embarkasi

Untuk periode praembarkasi, lanjut dia, pemeriksaan akan dilakukan mencakup sanitasi asrama haji, pemeriksaan katering, dan pengendalian risiko lingkungan.

Sementara itu, pada saat operasional embarkasi/debarkasi, pemeriksaan meliputi kelengkapan dokumen, pemeriksaan makanan bawaan dan penanganan kasus jemaah sakit dan jenazah.

"Termasuk nanti pengawasan air dan makanan, serta pemeriksaan sanitasi pesawat dan pengawasan lingkungan," ujar Subuh.

Sedangkan pada saat kepulangan akan dilakukan pemeriksaan di bandara, asrama haji debarkasi, dan pemantauan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH).

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Abdul Djamil menegaskan, segala persiapan, termasuk mengantisipasi penyebaran virus MERS-CoV telah dipersiapkan dengan baik. "Kami telah menyediakan dokter dan petugas kesehatan. Katering dan transportasi di sana juga sudah on the track (siap bekerja melayani para jemaah calon haji)," tegas Djamil.



Gagal Berangkat

Keberangkatan calon jemaah haji kloter pertama ini sebenarnya tidak berjalan mulus. Sebab, ada sejumlah jemaah yang sudah terdaftar dalam kloter pertama justru gagal berangkat, karena terkendala masalah administrasi dan gangguan kesehatan.

Untuk Embarkasi Jakarta, dari 450 calon jemaah haji yang berangkat kloter pertama, hanya 430 yang berangkat. Sedangkan 20 calon jemaah haji gagal berangkat pada Jumat, 21 Agustus 2015, dengan berbagai alasan. "Bukan gagal, mereka akan diberangkatkan kloter berikutnya," ujar Abdul Jamil.

Djamil menyebut 20 calon jemaah haji kloter pertama Embarkasi Jakarta yang gagal berangkat ini, empat di antaranya karena sakit yang tidak dimungkinkan berangkat pada waktunya, sehingga perlu mendapat perawatan medis untuk diberangkatkan pada kloter berikutnya.

"Mereka harus dirawat dulu biar fit, dan siap perjalanan jauh. Kalau yang 16 itu belum beres visanya," terang dia.

Peristiwa serupa juga terjadi pada kloter pertama calon jemaah haji di Nusa Tenggara Barat. Sebanyak 41 jemaah dari 355 calon jemaah yang harusnya berangkat pada Jumat, 21 Agustus 2015. Mereka gagal berangkat juga lantaran belum memiliki visa.

Sementara itu, dari Embarkasi Medan tercatat sebanyak 7 calon jemaah batal berangkat dari 384 calon jemaah yang berangkat pada kloter pertama. Begitu juga di Embarkasi Solo yang gagal memberangkatkan 18 calon jamaah haji kloter pertama, gara-gara belum memiliki visa.

Atas kejadian ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta maaf kepada para jemaah yang belum memiliki visa. Dia menegaskan bahwa para jemaah yang batal berangkat pada kloter pertama, akan diprioritaskan berangkat pada kloter berikutnya.

Lukman mengakui bahwa sistem visa di Indonesia bermasalah. Menurut dia, hal ini terjadi karena pemerintah Arab Saudi menerapkan sistem baru. Di mana, sistem itu tak sepenuhnya bisa dilaksanakan di Indonesia.

"Memang harus diakui tahun ini ada perubahan proses pervisaan, itu implikasi e-Haji, sistem yang diterapkan oleh pemerintah Arab terkait pendataan haji secara elektronik," jelasnya.

Akibatnya, beberapa jamaah haji di Solo dan beberapa wilayah lain belum mendapatkan visa saat ini. Padahal mereka harus berangkat ke Tanah Suci pada kloter pertama.

Tapi, kata Lukman, perubahan sistem tersebut tak hanya berdampak pada Indonesia, tetapi juga negara lain yang akan memberangkatkan calon jamaah hajinya. "Karenanya tahun ini kita mengalami kenyataan bahwa ada bagian tertentu yang butuh waktu," lanjutnya.

Lukman berkomitmen tim Kemenag akan bekerja secara maksimal dan menjamin visa jamaah calon haji Indonesia yang akan diberangkatkan tahun ini bisa diselesaikan dengan baik, serta tepat pada waktunya.

"Petugas kita kerja 24 jam, kita berharap satu dua hari ke depan bisa rampung dan jemaah bisa berangkat sesuai jadwal," kata dia Lukman. (umi)

Jamaah haji sedang tawaf

Tawaf dan Rahasianya

Tawaf dimulai dan berakhir di sudut Hajar Aswad. Melawan arah jam.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016