Mobil Lokal di Ajang Internasional

IIMS 2015
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin

VIVA.co.id - Akhir Agustus 2015 menjadi ajang "perang" antarpara pelaku bisnis otomotif. Alasannya, pada 20-30 Agustus, digelar dua perhelatan berskala internasional, yakni Indonesia International Motor Show (IIMS) 2015 dan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2015.

Empat Mobil Ferrari Curi Perhatian Pengunjung IIMS 2016

Momen ini dianggap sangat tepat oleh beberapa agen pemegang merek (APM), karena sejak awal tahun, penjualan produk otomotif tidaklah segemilang seperti yang diharapkan. Melemahnya perekonomian membuat daya beli masyarakat menurun. Belum lagi harga bahan bakar minyak (BBM) yang masih tak menentu angkanya.

Dengan adanya pameran, diharapkan keinginan untuk memiliki kendaraan baru akan berkembang. Apalagi, pada ajang ini hadir puluhan kendaraan tipe terbaru, yang diharapkan bisa memikat hati pengunjung untuk mengeluarkan uang tabungan mereka dan membawa pulang mobil impian.

Mobil-mobil Hollywood 'Mejeng' di IIMS 2016

Sayangnya, meski jumlah peserta yang mengikuti kedua acara pameran tersebut sangat banyak, hanya sedikit yang memajang produk kendaraan, yang dirancang, dirakit dan menggunakan komponen buatan Indonesia. Hal ini tentu mengundang tanda tanya, kapan Indonesia bisa punya mobil nasional?

Pameran GIIAS 2015 yang digelar di Bumi Serpong Damai, Tangerang, hanya diikuti oleh merek-merek asal luar negeri. Hal ini sebenarnya tidak begitu mengherankan, karena penyelenggaranya adalah Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), yang anggotanya didominasi oleh perusahaan asal Jepang dan Jerman.

Kini di Mobil Bisa Nonton Siaran TV Berbayar

Sekretaris Jenderal Gaikindo, Noegardjito, menyatakan, sebenarnya GIIAS terbuka untuk semua merek otomotif. "Event organizer sudah menawarkan ke merek nasional. Seperti merek mobil lainnya," ujarnya.

Tak hanya merek otomotif nasional, lanjut Noegardjito, pihak penyelenggara pun telah membuka jalan pada pihak universitas yang telah berhasil mengembangkan "mobil nasional (mobnas)", salah satunya pembuat mobil Matahari.

Sementara itu, menurut Project Director GIIAS 2015, Lia Indriasari, Gaikindo pernah mengusulkan jika merek nasional diberikan tempat yang khusus, karena tidak bisa disamakan dengan merek-merek lain. "Tapi, konotasi diberikan tempat khusus itu (ditanggapi) masing-masing orang berbeda-beda," ucap Lia.

Lebih lanjut, Lia menegaskan, pihaknya selaku penyelenggara telah memberikan penawaran kepada para "pembuat mobil nasional", sama seperti produsen mobil lain. "Tapi belum ada jawaban langsung dari mereka," tutur Lia.

Mobil Komodo

Sementara itu, suasana yang sedikit berbeda tampak pada gelaran IIMS 2015 yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta. Dalam pameran yang sebagian besar pesertanya adalah diler dan komunitas, baik roda dua maupun empat, ini, ada beberapa produk anak negeri yang turut dipamerkan.

Salah satunya adalah PT Fin Komodo Teknologi, produsen otomotif Indonesia yang membuat mobil buggy Komodo. Terdapat dua unit mobil Komodo bergaya off-road yang mejeng di IIMS. Satu tampil dengan wujud awal, satunya lagi hadir dengan sentuhan perubahan bergaya ambulans, khusus digunakan untuk melakukan pertolongan.

Mobil Komodo

Mobil buggy Komodo (Foto: Rendra Saputra/VIVA.co.id)

Menurut President Director PT FIN Komodo Teknologi, Ibnu Susilo, pihaknya sengaja datang menyemarakkan IIMS, untuk mengedukasi masyarakat, jika Indonesia memiliki mobil sendiri yang patut dibanggakan.

"Keistimewaan mobil Komodo ini sudah dipatenkan, dan ini sepenuhnya buatan Cimahi, Jawa Barat. Kita patut berbangga hati dengan mobil Komodo ini," kata Ibnu.

Ibnu menambahkan, mobil ini cukup diminati. Tak hanya di Tanah Air, namun juga di luar negeri seperti Afrika. Kata dia, mobil ini memang memiliki karakter yang berbeda dengan umumnya. Sebab, bergaya buggy dan cocok digunakan di wilayah yang belum banyak dibangun infrastruktur dan jalan beraspal.

"Harga mobil ini standar mulai Rp88 juta, kalau yang sudah medical hingga Rp130 juta. Khusus untuk IIMS, kami akan berikan diskon sebesar Rp5 juta," ujarnya.

Komodo rupanya belum berpuas diri. Ke depan, pabrikan nasional ini akan mengembangkan kendaraan versi listrik. Modelnya pun disebut tidak berbeda dari Komodo yang sudah dibuat, yakni buggy off-road dua penumpang.

Saat ini, mesin atau motor listriknya sudah siap, dan mereka dalam tahap pengembangan baterai. Motor listrik yang dimaksud pun disebut diproduksi di dalam negeri. Adapun baterainya masih diusahakan untuk dibuat sendiri, dan mobil ini kemungkinan besar siap diperlihatkan tahun depan.

Pamer Mobil Listrik

"Demam" kendaraan yang digerakkan oleh motor listrik rupanya tidak hanya terjadi di Jawa Barat, akan tetapi juga meluas hingga Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejumlah mahasiswa yang sedang menempuh studi di Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, hadir di IIMS 2015 untuk memamerkan mobil listrik buatan mereka.

Mobil listrik ini diberi nama Kaliurang UNISI. Menurut Kristamayu, salah seorang penggawa tim mobil listrik tersebut, Kaliurang UNISI merupakan mobil yang menggabungkan tren yang tengah berkembang, yakni motor listrik dan sistem infotainment digital.

Mobil listrik Kaliurang UNISI.

Mobil listrik Kaliurang UNISI (Foto: Rendra Saputra/VIVA.co.id)

"Mobil ini keistimewaannya adalah mampu dikendalikan dengan Android, namun bisa juga dikendarai manual. Meskipun terdengar, sederhana, pada praktiknya tidak demikian. Android kami gunakan karena bisa menjadi otak dari beragam fungsi mobil," kata Kristamayu.

Kristamayu menjelaskan, tablet Android ini juga berfungsi sebagai sistem infotainment yang komplet, meliputi sistem hiburan, navigasi dan komunikasi, lewat aplikasi-aplikasi hasil pengembangan mereka sendiri. Penggunaan aplikasi ini tentunya dapat terus dikembangkan, guna menambahkan fungsi-fungsi baru dari mobil listrik tersebut.

"Roda-rodanya kami pakai dari motor Yamaha Mio, shockbreaker pakai YSS. Kalau controller, sepenuhnya kami yang buat sendiri. Di masa percobaan, sempat terbakar hingga 18 kali," katanya.

Terkait biaya, para mahasiswa yang kini menginjak semester tujuh ini mengaku hanya menghabiskan uang sekitar Rp50 juta. Sejumlah pameran dan kompetisi bergengsi pun pernah mereka ikuti. Terakhir, kompetisi di Poltek Bandung, November 2014.

"Mobil ini memang kami buat bukan untuk kecepatan, tetapi mengandalkan teknologi. Ke depan, kami berusaha akan meriset motornya sendiri, karena sejauh ini kami masih pakai buatan China," katanya.

Mimpi Mobnas

Dari dua produk hasil karya anak bangsa yang dipamerkan di IIMS 2015, jelas terlihat bahwa sebenarnya keinginan masyarakat untuk bisa memiliki mobil nasional masih sangat besar.

Bahkan, saat membuka pameran GIIAS 2015, Wakil Presiden, Jusuf Kalla, meminta kepada para produsen mobil, untuk melokalisasikan atau memilih menggunakan komponen dalam negeri.

Tak hanya itu, Kalla menyatakan, dengan adanya sebuah merek mobil buatan dalam negeri, ini bisa dijadikan sebagai sebuah lambang atau identitas suatu negara.

“Lihat saja Jerman, mobil mewah dan kuat, BMW dan Mercy (Mercedes-Benz),” kata Kalla di hadapan para peserta, tamu undangan dan pewarta di ICE BSD City Tangerang.

Tak ketinggalan, Kalla juga menyebut, Jepang merupakan sebuah negara yang mampu membuat mobil efisien dan dapat memenuhi kebutuhan banyak orang. Demikian juga dengan Inggris dan Italia, yang memiliki mobil kecil serta cepat, di mana mobil yang dimiliki menjadi identitas suatu negara.

Sayangnya, hingga saat ini, di Indonesia masih belum ada aturan yang jelas mengenai kriteria dari mobil nasional, sehingga membuat beberapa perintis mobil nasional patah semangat.

Bahkan, kata Kalla, naik turunnya pamor mobnas karena masih "mengambangnya" aturan yang diberlakukan, apakah mobil harus dibuat di Indonesia atau sekadar komponen yang hanya diproduksi di Tanah Air.

Hal serupa juga diutarakan Ibnu Susilo, proyek mobil nasional merupakan tantangan yang perlu dijawab oleh pemerintah, mengingat daya beli masyarakat yang tinggi terhadap kendaraan. Namun sayang, porsi besar itu hanya dinikmati para produsen asing.

"Jika pemerintah hanya mendorong produsen otomotif asing untuk buka pabrik di sini (Indonesia) itu tidak akan menjawab persoalan. Kita tidak akan pernah punya mobil nasional," kata Ibnu.

Pemerintah, kata dia, seharusnya mendorong agar mobil nasional itu terus berdiri, tidak hanya di depan publik. Namun, sejalan dengan apa yang disampaikan.

"Karena, saat ini terlihat setengah-setengah, support gitu-gitu saja," ujar Ibnu.

Menurutnya, bila itu yang terus dilakukan, tidak akan mungkin embrio-embrio mobil nasional akan tumbuh. Terlebih, minat pasar sudah terbentuk dengan produk-produk mobil keluaran raksasa produsen otomotif yang ada saat ini.

Artinya kian sulit mobil-mobil nasional untuk bersaing merebut konsumen. Apalagi, stigma sudah terbentuk jika kualitas lokal diragukan ketimbang luar negeri.

Menurut Ibnu, meski membuka pabrik sekalipun di Indonesia, produsen mobil asing tidak akan membiarkan Indonesia mempunyai mobil nasional. Sebab, hal tersebut tentu berpotensi mengancam keberlangsungan bisnis mereka.

Kondisi serupa berbeda dengan yang terjadi di Malaysia, serta India. Di mana pemerintah mendukung penuh keberadaan mobil nasional.

"Maka itu, pemerintah harus membantu melakukan pengembangan industri otomotif yang mandiri. Sebab, teknologi asing apapun tidak bisa ditransfer ke kita. Pemerintah harus budayakan teknologi, manfaatkan banyak insinyur-insinyur kita," ujarnya.

"Jangan bicara mahalnya biaya riset, pengembangan teknologi dan sebagainya. Tetapi bicara ke depannya. Ibarat istri atau anak, apakah kita harus sayang dengan istri atau anak orang lain sedangkan keluarga kita belum terurus. Toh, tujuannya untuk membahagiakan mereka," kata Ibnu. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya