Arab Saudi Harus Cepat Tanggap atas Tragedi Mina

Ilustrasi warga Arab Saudi.
Sumber :
  • .REUTERS/Directorate of the Saudi Civil Defense/Handout via Reuters
VIVA.co.id
Anggota DPR Ingatkan Pemerintah Soal Dana Haji
- Penyebab terjadinya peristiwa saling dorong  dan saling desak pada jemaah haji di Mina, Kamis, 24 September 2015 masih menjadi misteri. Pemerintah Saudi hingga Jumat malam, 25 September 2015, belum memberikan pernyataan resmi, mengenai penyebab peristiwa, juga berapa jumlah korban dan dari negara mana mereka berasal.

Tawaf dan Rahasianya

Sikap pemerintah Saudi yang masih belum memberikan kejelasan tentang penyebab  insiden dan data korban hingga lebih dari 24 jam setelah kejadian membuat sejumlah negara kecewa. Saudi dianggap menyembunyikan dan menutupi peristiwa yang sesungguhnya.
Calon Haji Ini Kesal Sambal Petisnya Disita


Iran, negara dengan korban terbanyak,  mengatakan pemerintah Saudi tak kompeten, dan mendesak agar penyelidikan mengenai penyebab kejadian segera dilakukan. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Kamis, 25 September 2015 menegaskan tragedi Mina terjadi karena mismanajemen dan ketidakmampuan mengelola sehingga ibadah berubah menjadi bencana.

Dari Indonesia, Wakil Ketua DPR RI, Hidayat Nur Wahid juga menyayangkan insiden tersebut. Menurut Hidayat,  sumber persoalan yang sebenarnya adalah pembenahan pelayanan haji pada pemerintah Saudi. Pasalnya, pemerintah Saudi dipandang sangat mampu secara finansial, tetapi belum banyak fasilitas penunjang yang memadai.


Tak hanya dari Iran dan Indonesia, pemerintah Nigeria juga menyesalkan sikap pemerintah Saudi yang tak kunjung memberi pernyataan resmi. Nigeria juga menolak pernyataan pejabat Saudi yang mengatakan jemaah haji tak mengikuti petunjuk sesuai instruksi sehingga insiden itu terjadi.


Sementara itu sejumlah konsulat dari negara asing masih terus mencari warga mereka yang kemungkinan menjadi korban dari tragedi tersebut.  Para konsulat yang berasal dari Pakistan, Iran, India, Indonesia dan sejumlah negara lain terus mencari tahu, berapa jumlah korban dari negara masing-masing. Konsulat turun tangan mendata dan mencari sendiri korban dari negara masing-masing karena pemerintah Saudi tak memberikan daftar resmi tentang korban.


Kelambanan dan ketertutupan pemerintah Saudi  diakui oleh pihak berwenang di Indonesia. Tim Pengawas Haji Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menyesalkan ketertutupan sikap pemerintah Saudi yang hanya menyampaikan jumlah total korban. Namun tidak memberikan rincian dari mana korban berasal.


"Sementara, negara-negara korban belum pernah diumumkan. Bahkan, jenis kelamin para korban saja pun tidak disampaikan," ujar Ketua Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, melalui pesan singkatnya pada Jumat, 25 September 2015, sebagaimana dikutip dari laman resmi Dpr.go.id.


Tak hanya soal jumlah korban yang belum terjawab. Asal muasal terjadinya peristiwa juga tak terjawab tuntas. Kementerian Kesehatan Saudi Arabia Khalid bin Abdulaziz Al-Falih menuding kesalahan ada pada jemaah haji yang tidak mematuhi aturan  yang diberlakukan pemerintah Saudi. Ia juga mengatakan , insiden tersebut terjadi atas kehendak Tuhan.


Pernyataan Kementerian Kesehatan diperkuat oleh Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi. Juru bicara Kementerian, Mayor Jenderal Mansour al-Turki mengatakan, kerusuhan disebabkan karena terjadinya pertemuan dua gelombang manusia dipersimpangan.  Akibat pertemuan saling berhadapan itulah terjadi saling desak dan saling dorong antar mereka.  Ia juga mengatakan, cuaca yang sedang panas tinggi dan sakit kepala yang diderita jemaah haji memicu terjadinya kerusuhan saat mereka berpapasan di persimpangan.


Namun pernyataan para pejabat Saudi justru dibantah oleh jemaah haji. Mereka yang berhasil selamat dari tragedi tersebut mengatakan, pemerintah Saudi tak becus mengatur jemaah. Polisi yang mereka kerahkan tak bisa berkomunikasi dengan baik pada jemaah yang datang dari berbagai negara.  Jemaah juga mengatakan polisi bersikap rasis dan melecehkan.


Ahmed Abu Bakar, seorang jemaah asal Libya yang berhasil selamat mengungkapkan kekecewaannya. “Ada kerumunan saat itu, polisi sudah menutup semua pintu masuk dan keluar kemah Jemaah, dan hanya membiarkan satu pintu yang terbuka. Saya melihat ada mayat di depan saya serta banyak orang lain yang terluka dan menderita,” kata pria berusia 45 tahun itu seperti dikutip dari
The Guardian
, 25 September 2015.


Menurut Ahmed, polisi yang  berada disana saat itu tidak berpengalaman, bahkan mereka tidak mengenal jalur jalanan dan tidak bisa mengatur kerumunan ribuan hingga jutaan orang yang saat itu berada disana


Saksi mata lainnya, Mohammed Hasan yang berasal dari Mesir mengaku marah dengan perlakuan petugas keamanan yang tak bisa apa-apa, namun berbicara dengan kalimat rasis. “Saya mendengar mereka mengatakan, ‘ayo angkat si Mesir ini.’ Kami datang untuk berziarah, kami tak meminta apa-apa,” kata Hasan yang mengaku takut untuk kembali lagi.


Saat kejadian, kurang lebih  dua juta jemaah haji berada di sekitar lokasi untuk melakukan salah satu prosesi ibadah haji, yaitu melontar jumrah. Saat itu, cuaca di Mekah dan sekitarnya memang sangat panas dan suhu mencapai 46’ Celsius.


Insiden ini bukan yang pertama terjadi. Namun sejak peristiwa kecelakaan jemaah haji sembilan tahun yang lalu, pemerintah Saudi terus melakukan pembenahan infrastruktur demi menyambut jutaan tamu Allah yang datang setiap tahun untuk menunaikan rukun Islam kelima. Setiap tahun, kedatangan tamu Allah ini juga mendatangkan keuntungan ekonomi hingga miliaran dolar bagi pemerintah Saudi.


Putra Mahkota Saudi Arabia Pangeran Muhammad bin Nayyaf, yang bertanggung jawab dalam urusan haji, mengatakan telah memulai penyelidikan. Seperti dikutip dari
BBC,
Jumat, 25 September 2015. Ia menjanjikan akan memberikan laporan secepatnya.


Pemimpin utama Saudi, Raja Salman, juga mengatakan telah memberikan instruksi pada pihak yang berwenang untuk melakukan evaluasi dan meninjau pelaksanaan ibadah haji sehingga bisa ditata lebih baik dan benar-benar aman bagi seluruh jemaah.


“Kami meminta pihak berwenang untuk melakukan pembenahan manajemen untuk memastikan, bahwa setiap tamu Allah yang datang, bisa melaksanakan ritual dengan kemudahan dan kenyamanan,” kata Raja Salman. (ren)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya