Menelisik Manfaat Kunjungan Jokowi ke Amerika

Presiden Jokowi di KTT APEC 2014
Sumber :
VIVA.co.id
Obama: Trump Tak Layak Jadi Presiden
- Presiden Joko Widodo bertolak ke Amerika Serikat pada akhir pekan ini. Kunjungan mantan Gubernur DKI Jakarta terhitung penting, karena ini kali perdana ia menjejakkan kaki sebagai Presiden di Negeri Abang Sam.

Obama Siap Antar Hillary Jadi Presiden AS
Selain itu, Jokowi berharap bisa meraih manfaat yang besar dari kunjungan tersebut. Saking istimewanya kunjungan ke Negeri Paman Sam, persiapannya telah dilakukan beberapa bulan sebelumnya. Didahului dengan pertemuan Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi dengan Menlu John Kerry pada 21 September 2015 lalu.

Cinta Tanah Air, Diaspora Indonesia di Houston Galang Dana
Saat itu, kedua Menlu membahas mengenai finalisasi kunjungan Jokowi dan agenda yang akan dibawa ke AS.

"Presiden Jokowi dan Obama akan mendiskusikan masalah kerja sama dan tantangan global, termasuk menggaungkan toleransi beragama dan Islam moderat untuk melawan radikalisme dan kekerasan ekstrimisme," demikian kutipan keterangan resmi Kementerian Luar Negeri mengenai pertemuan kedua Menlu di Washington DC yang diterima VIVA.co.id

Retno dan Kerry juga membahas mengenai strategi menjadikan Indonesia sebagai pilihan utama investasi AS. Dari hasil pertemuan itu, ditetapkan jadwal kunjungan kenegaraan Jokowi ke AS dilakukan pada 26-28 Oktober 2015. 

Dalam kunjungan ini, Jokowi turut mengajak beberapa Menteri. Selain Menlu, Jokowi diketahui mengajak Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong. Ini belum termasuk rombongan Menteri yang ikut berangkat ke AS, namun tidak menumpang pesawat kepresidenan. Tercatat, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan Menteri PertahananR yamizard Ryacudu berangkat secara terpisah.

Sementara, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, mendampingi Jokowi karena harus fokus untuk melakukan penanganan bencana kabut asap di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Dalam pemaparannya di kantor Kementerian Luar Negeri RI di kawasan Pejambon pada Rabu kemarin, Retno membagi kunjungan Jokowi menjadi dua area yakni West Coast untuk ke Silicon Valley dan East Coast untuk di Washington DC.

"Untuk kunjungan ke East Coast, kami akan membawa tema membangun kemitraan strategis untuk perdamaian dan kesejahteraan. Ini menunjukkan kolaborasi antara kedua negara sangat penting. Posisi AS sebagai negara maju sudah diketahui, sedangkan RI yang menjadi anggota G-20 dan negara terbesar di kawasan ASEAN bisa berkolaborasi dengan AS," papar Retno. 

Jokowi tercatat akan berada di Washington DC hingga tanggal 27 Oktober 2015. Begitu tiba di sana, Jokowi akan bertemu dengan masyarakat Indonesia yang bermukim di Washington dan area sekitarnya di hari Minggu. 

resmi baru dimulai pada Senin, 26 Oktober 2015. Fokus utama dari kunjungan Jokowi di Washington sudah tentu bertemu dengan Presiden Barack Obama selaku pihak yang mengundang. Undangan disampaikan Obama saat menggelar pertemuan bilateral di sela KTT APEC di Beijing pada Oktober tahun 2014. 

Sebagai tuan rumah, Obama memperlakukan Jokowi sangat istimewa. Selain menyambut kedatangan Jokowi di Gedung Putih dan berbincang di ruang Oval, Obama menyiapkan Gedung Blair House sebagai tempat peristirahatan Jokowi.

Selain bertemu Obama, Jokowi juga akan menggelar pertemuan dengan 19 petinggi perusahaan yang dilakukan dalam konsep round table.

"Malamnya, Kamar Dagang AS menggelar makan malam yang dihadiri oleh sekitar 200 pengusaha," kata mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda itu.

Jokowi dijadwalkan juga akan memberikan pidato di Gedung Capitol Hill. Selanjutnya, Jokowi bergerak untuk menyambangi kawasan Silicon Valley, California pada tanggal 27 Oktober malam. 

Kemlu membawa tema "mengenalkan Indonesia sebagai perekonomian digital di kawasan Asia Tenggara". Selama berada di West Coast, Retno menjelaskan, Jokowi memiliki 7 kegiatan. Salah satunya bertemu dengan para pemimpin perusahaan raksasa teknologi seperti Microsoft, Apple, Google dan Facebook. 

Terdapat beberapa CEO perusahaan start up yang tengah naik daun dan ikut dalam rombongan Jokowi ke Lembah Silicon. Salah satu di antaranya adalah Banyak harapan besar tertumpu di kepala para pendiri perusahaan rintisan itu, karena mereka menginginkan ada investor global membenamkan dana di Indonesia.

Retno menekankan, saat melakukan kunjungan kenegaraan, akan diikuti oleh hasil-hasil yang sifatnya konkrit. Oleh sebab itu, dalam kunjungan Jokowi ke AS, akan ada penandatanganan empat nota kesepahaman (MoU). 

"Untuk kesepakatan antar pengusaha, sifatnya masih cukup dinamis. Tetapi, paling tidak sudah ada 15 kontrak bisnis yang dilakukan antara sektor swasta. Semuanya masih bersifat cair, digarap dari menit ke menit, sehingga komunikasi antara Jakarta dengan Washington akan terus dilakukan hingga mengkristal dan jelas," kata mantan Dubes RI untuk Kerajaan Norwegia itu. 

Selanjutnya fokus Amerika...


Fokus Amerika

Kunjungan Jokowi ke Negeri Abang Sam turut membuat pemerintah mereka ikut bahagia. Duta Besar AS untuk Indonesia, Robert O. Blake Jr, dalam pertemuan terbatas dengan media di gedung Kedutaan pada Rabu kemarin, menyebut Obama akan fokus dan antusias untuk membahas kemitraan strategis dan menyeluruh dengan Indonesia.

"Kedua pemimpin juga fokus pada upaya memperluas kerja sama dalam menghadapi tantangan global, seperti peranan Indonesia di ASEAN, konflik sengketa lahan di Laut Tiongkok Selatan, perubahan iklim dan menghadapi kekerasan ekstrimisme," papar Blake.

Bagi Negeri Paman Sam, Blake menjelaskan, Indonesia merupakan negara berkembang strategis yang penting. Bahkan, dia menambahkan Indonesia tidak saja penting bagi AS, tetapi juga bagi dunia. 

Hal tersebut, kata Blake tak mengherankan, karena Indonesia memiliki penduduk mayoritas Muslim, demokratis dan menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang masuk ke jajaran elit anggota G20.

AS menilai dukungan dari Indonesia penting demi bisa menyeimbangkan kekuatan Tiongkok yang kian membesar. 

Selain itu, Blake tanpa sungkan menyebut Pemerintah AS juga penasaran ingin mendengar pandangan Jokowi mengenai kerja sama perdagangan. Pada awal bulan ini, proses negosiasi TPP akhirnya disepakati di Atlanta, Amerika Serikat. Kesepakatan itu diperoleh setelah melalui proses 19 kali negosiasi selama 8 tahun.

Saat ini, total, sudah ada 12 negara yang bergabung, termasuk di dalamnya sebagian negara anggota ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam. 

"Kami berharap RI bisa bergabung di dalam TPP di masa depan. Saya sering kali mendengar Menteri Perdagangan Thomas Lembong yang secara terbuka mengatakan pendapatnya soal TPP. Oleh sebab itu, kami sangat menantikan pandangan Presiden Jokowi," ujar Blake.

Indonesia sudah sejak lama menolak tawaran AS untuk bergabung dengan TPP. Baru-baru ini Jokowi mengatakan Indonesia baru akan bergabung ketika kesepakatan TPP memberikan keuntungan yang jelas.

Dia mengaku tak ingin Indonesia hanya dijadikan sekedar pasar bagi produk negara lain. Saat ini, fokus Indonesia masih pada Kerja Sama Ekonomi Regional Komprehensif (RCEP) yang berisi 10 negara ASEAN dan 6 negara mitra yakni Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru dan India.

Kunjungan Jokowi ke AS juga menuai rumor yang tak sedap. Menurut pemberitaan yang beredar, kedatangan Jokowi ke Negeri Paman Sam dimanfaatkan oleh para petinggi PT Freeport McMoran untuk melanggengkan operasional mereka di Papua. Menurut rumor tersebut, sebelum bertemu Obama di Gedung Putih, Jokowi akan sarapan bersama para petinggi perusahaan yang mengeruk emas itu.

Berdasarkan ketentuan, kontrak PT Freeport baru akan berakhir tahun 2021. Perpanjangan kontrak baru bisa dibicarakan dua tahun sebelumnya atau tahun 2019. Namun, Freeport tak bisa menunggu dan membutuhkan kepastian dari Pemerintah Indonesia.

Menanggapi hal itu, Blake enggan menjelaskan lebih lanjut, apakah akan ada pertemuan antara Jokowi dengan perwakilan PT Freeport. Dia mengatakan hal tersebut akan diumumkan oleh kedua pemimpin. 

Blake turut meluruskan pemberitaan yang selama ini berkembang mengenai PT Freeport. Dia mengatakan, PT Freeport tidak pernah mendesak agar kontraknya diperpanjang.

"Kami hanya ingin memastikan kapan kontrak itu akan berakhir dan apakah kontrak itu akan diperpanjang. Sangat penting untuk memastikan kelangsungan kontrak itu, karena tidak banyak investor yang mau membangun tambang di bawah tanah di Papua," ujar Blake.

Sementara, Menlu Retno mengaku heran dengan isi pemberitaan yang beredar. Menurut dia, rumor tersebut tak berdasar.

"Saya yang merancang jadwal Presiden selama di AS. Sejauh ini, di jadwal yang saya miliki, agenda tersebut tidak ada," kata Retno. 

Tetapi, dia tidak menutup kemungkinan bisa saja petinggi PT Freeport akan bertemu dengan Jokowi, mengingat semua jadwal saat ini masih cair dan dinamis.

"Lagipula, Freeport telah lama beroperasi di Papua," Retno menambahkan.

Selanjutnya jangan hanya jualan...


Jangan Hanya Jualan

Lalu, bagaimana sebaiknya Jokowi memanfaatkan kunjungan kenegaraan ke AS? Pengamat hubungan internasional dari Universitas Paramadina, Dinna Wisnu yang dihubungi VIVA.co.id melalui telepon pada Jumat malam kemarin, menyarankan agar mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak fokus hanya "jualan" dan mempromosikan Indonesia, namun mengabaikan kebijakan luar negeri. 

Selama ini, dari pandangan internasional, negara-negara asing, kata Dinna, melihat Indonesia hanya mengedepankan kepentingan dalam negeri semata. 

"Memang bukan hal yang aneh memperjuangkan kepentingan domestik, tetapi semua negara di dunia bisa memformulasikan kebijakan tersebut dengan ikut meng-engage negara lain. Sementara, Indonesia terlihat hanya ingin mengambil semua keuntungan untuk dirinya sendiri," kata wanita yang juga menjabat sebagai Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Paramadina itu. 

Dinna mengambil contoh Tiongkok yang juga terlihat lebih fokus kepada kebijakan dalam negeri, tetapi mereka tidak menutup peluang dari luar. 

"Jadi, jika Jokowi ke AS dengan membawa rombongan Menteri, namun tidak bisa mengengage negara lain, maka hasil kunjungannya sama saja seperti ketika berkunjung ke negara lain," kata Dinna. 

Untuk bisa membuat kunjungan ini berhasil, Dinna menyarankan agar Jokowi menyampaikan sebuah pesan yang modern sehingga bisa dipersepsikan tidak hanya ingin meraih keuntungan sendiri.

"Indonesia justru jauh lebih penting dari itu (promosi.red)," Dinna menambahkan. 

Sementara, terkait dengan pemilihan Silicon Valley sebagai lokasi kunjungan kedua di AS, Dinna menilainya itu sesuatu yang wajar. Sebab, selama ini, Jokowi mengandalkan pemerintahannya harus berbasis elektronik. 

"Alasannya kan supaya ada transparansi. Jadi, kunjungan ke sana lebih kepada untuk bench-marking dan mencari standar," kata dia. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya