Netflix Datang Menghibur, Tapi Indonesia Dapat Apa?

Sumber :
  • Digitaltrends

VIVA.co.id - Zaman dulu, untuk bisa menikmati tayangan film, kita harus datang ke bioskop atau tempat penyewaan. Namun kini, dengan adanya layanan internet, tayangan film bisa didapat di mana saja. Asalkan terhubung dengan dunia maya, maka film bisa ditonton dengan mudah.

Daftar Tiga Desa Jadi Percobaan Internet Terpadu

Berbagai konten hiburan berbentuk digital tersedia di internet, mulai dari musik, film, permainan, hingga buku. Semua ini disajikan melalui layanan internet, agar bisa diakses dengan mudah dan dari mana saja.

Beberapa konten disediakan secara gratis, sementara yang lain bisa didapat setelah konsumen melakukan transaksi pembelian atau penyewaan.

Dampak Positif Penertiban Facebook dan Netflix

Berbicara mengenai hiburan berbentuk digital, saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang menyediakan tayangan film dan serial televisi dalam wujud data.

Di antaranya adalah Netflix, Amazon, Google Play Store Movies, Hulu, dan Apple iTunes Movie. Semua layanan ini bisa dinikmati, asalkan konsumen memiliki akses internet yang cukup kencang.

Netflix Perpanjang Masa Gratis di Indonesia

Bandwith besar dibutuhkan, karena konten digital seperti film ukurannya sangat besar. Semakin tinggi kualitas gambar yang ingin dinikmati, maka semakin besar pula bandwith yang dibutuhkan.

Saat ini, layanan penyewaan dan penjualan film dari Google dan Apple sudah bisa diakses di Indonesia. Dan dalam waktu dekat, Netflix akan segera menyusul. Bos Netflix, Reed Hastings, menyampaikan kabar gembira tersebut, saat hadir di pameran teknologi Consumer Electronic Show (CES) 2016, Kamis 7 Januari 2016.

Bagi masyarakat Indonesia, memiliki pilihan baru dalam mendapatkan hiburan film, tentu menjadi hal yang menggembirakan. Selama ini, mereka hanya dibatasi dengan tayangan yang ada di televisi.

Jika ingin menonton film baru, maka harus rela mengantre di bioskop. Memang, film-film lama masih bisa ditonton dengan cara membeli keping DVD atau Blu-Ray, namun jumlah penjualnya saat ini sudah semakin berkurang.

Hal yang sama juga terjadi pada bisnis penyewaan atau rental film. Konsumen memilih untuk ke bioskop atau menunggu film tersebut tayang di televisi, ketimbang membeli atau menyewa dalam bentuk keping.

Keunggulan Netflix, Google Play Movies dan Apple iTunes Movie adalah jumlah konten yang mereka sediakan. Pengguna bisa memilih film yang hendak ditonton, tidak peduli apakah baru atau lawas.

Selain itu, tersedia juga tayangan serial televisi, yang dapat dinikmati dengan cara berlangganan maupun membeli atau menyewa satu per satu episodenya. Sama seperti rental, pengguna diberi waktu selama beberapa hari untuk menonton tayangan yang disewa.

Pembayaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari memotong pulsa (jika mengakses melalui smartphone) hingga ditagihkan ke kartu kredit. Biaya yang harus dikeluarkan memang cukup mahal, baik menyewa maupun membeli.

Namun, pengguna mendapat keuntungan, bisa menyaksikan tayangan yang disewa secara beramai-ramai melalui televisi. Cara ini tentu lebih murah dibanding harus membeli beberapa tiket bioskop.

Di balik semua keunggulan, tentu ada kekurangan. Layanan hiburan film berbasis konten digital butuh internet untuk mengaksesnya. Dan di Indonesia, layanan data masih tergolong mahal harganya.

Meski ada beberapa penyedia layanan internet yang memberi tarif menarik, namun penyebarannya belum merata. Jika harus mengandalkan layanan data melalui penyedia jasa telekomunikasi, maka siap-siap mengeluarkan uang banyak.

Beberapa netizen bahkan pesimis, layanan hiburan digital bisa sukses di Indonesia. Tak sedikit yang menyangsikan kekuatan infrastruktur internet di Indonesia, untuk menampung layanan streaming film dan pertunjukan TV tersebut.

"Buat apalah Netflix kalau masih struggling dengan speed internet," tulis akun @elwa di Twitter.

"Wahh.. Ada netflix nih.. Nonton pake kecepatan keong bisa gak ya ?," tulis @gungde.

"Netflix udah masuk Indonesia, gak cocok untuk yg langganan internetnya masih pake kuota atau kecepatan internetnya kembang kempis. :)," @blogdokter.

Terlepas dari kecepatan internet, pengguna juga harus mengeluarkan biaya tambahan, jika ingin bisa menonton film atau serial TV melalui dunia maya.

Netflix menetapkan biaya langganan untuk pengguna di Indonesia dalam sebulan mulai dari Rp109 ribu. Mereka menyediakan beberapa opsi berlangganan, versi Basic dengan biaya langganan Rp109 ribu, standard (Rp139 ribu) dan Premium (Rp169 ribu).

Kehadiran layanan hiburan digital semacam Netflix juga masih menjadi bahan perdebatan, terutama terkait konten yang ditayangkan serta praktik bisnis.

Beberapa netizen khawatir, konten dewasa akan mudah diakses melalui Netflix. Apalagi, Kementerian Kominfo saat ini sedang gencar-gencarnya menutup akses ke laman-laman yang mengandung pornografi.

Selain itu, meski di satu sisi layanan ini bisa membuat pengembangan teknologi 4G dipercepat, namun di sisi lain ada yang dirugikan, yakni penyedia layanan TV berbayar.

Bukan hanya masalah jumlah pelanggan dan konten, namun penyedia layanan TV berbayar wajib menyerahkan sejumlah biaya pada pemerintah, mulai dari izin hingga pajak penggunaan frekuensi.

Hal itu tidak perlu dilakukan oleh penyedia layanan hiburan berbasis internet, karena hingga kini, belum ada payung hukum yang mengharuskan mereka membayar sejumlah biaya pada pemerintah RI.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, merasa tak perlu mengkhawatirkan adanya Netflix di Tanah Air.

"Teknologi itu selalu mendobrak kemapanan. Sekarang, bagaimana kita deal dengan teknologi yang seperti Netflix ini. Kita harus lihat kemaslahatannya bagi masyarakat Indonesia lebih banyak atau tidak," ujarnya.

Adanya situs penyedia konten film secara online tersebut, kata Rudiantara, perlu disikapi dengan bijak. Jangan sampai aturan yang dilahirkan, malah menghalangi kemajuan dan perkembangan teknologi di Indonesia.

"Jangan sampai, yang namanya aturan menghalangi kemajuan atau manfaat bagi masyarakat. Tapi juga, jangan for the shake of masyarakat, teknologi juga dilarang," kata pejabat lulusan Universitas Padjajaran itu. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya