Bom Sarinah, Bisnis Jalan Terus

Bom bunuh diri Sarinah
Sumber :
  • Path

VIVA.co.id - Setelah diguyur optimisme dengan dikeluarkannya berpaket-paket insentif dan kemudahan, dunia usaha di Indonesia kembali diembuskan sentimen negatif.  

Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi

Tidak hanya mengganggu stabilitas keamanan, ledakan bom di pusat kota Jakarta, Kamis 14 Januari 2016, dikhawatirkan mengguncang sendi-sendi perekonomian pada awal tahun ini. 

Nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank sesaat setelah bom itu menggelegar, langsung diperbaharui oleh beberapa bank. Dolar AS pun sempat menguat ke level psikologis Rp14.000.  
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global

Tidak hanya itu, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada transaksi sesi pertama kemarin, langsung anjlok 1,72 persen, atau 77,86 poin menjadi 4.459,32.
Aprindo: Pusat Belanja dan Mal Buka Seperti Biasa

Namun, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen mengembuskan kembali sentimen positif kepada investor pasar modal. Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus bergelut bangkit dari zona merah.  

Kepanikan investor yang merespons teror bom dan baku tembak di Sarinah tersebut mulai mereda. Meskipun, pada penutupan perdagangan saham, IHSG tetap bertengger di zona merah dan turun 23,99 poin atau 0,53 persen ke level 4.513,18.

Dari total keseluruhan saham yang aktif di bursa Indonesia, harga sebanyak 190 saham melemah, sedangkan yang merangkak naik 88 saham. Sementara itu, sebanyak 82 saham lainnya stagnan.

Saham yang turun, termasuk PT Mitra Adi Perkasa Tbk, yang merupakan pengelola jaringan ritel Starbucks di Indonesia. Sebagai informasi, Starbucks di kawasan Sarinah merupakan salah satu tempat terjadinya ledakan itu. 

Harga saham perusahaan ini turun 3,25 persen atau 130 poin ke posisi Rp3.870 dari Rp4.000 pada penutupan perdagangan kemarin. 

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, mengatakan, kejadian bom Sarinah merupakan tantangan baru bagi pemerintah di tengah upaya pembenahan dan penataan menata ekonomi Indonesia saat ini. 

"Ini dikhawatirkan bisa mengganggu, tidak hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga investasi," kata Enny, saat dihubungi VIVA.co.id.

Menurut Enny, goyahnya nilai tukar rupiah dan pasar saham merupakan indikator awal yang harus diantisipasi oleh pemerintah. Kepercayaan investor akan iklim investasi di Indonesia harus bisa dipulihkan dengan cepat.   

Karena itu, dia berharap, ada respons cepat dari aparat keamanan terkait untuk mengungkap dan menyelesaikan masalah ini hingga tuntas. Diharapkan, citra pemerintah sebagai pengendali keamanan dapat pulih kembali di mata investor. 

"Stabilitas politik dan keamanan memang sangat berhubungan dengan investasi dan pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
 


Respons pelaku usaha

Tidak hanya investasi, kejadian bom Sarinah dikhawatirkan membuat resah pelaku usaha. Sebab, keamanan menjadi salah satu faktor penentu kepastian usaha di suatu negara. 

Di sektor pariwisata, para pengusaha travel mengaku cemas, bisnis mereka akan terkena imbas usai teror tersebut. Kedatangan turis asing berwisata di Indonesia, terutama di Jakarta, terancam berkurang dengan signifikan.

Terlebih lagi, ada beberapa negara sudah mengeluarkan larangan bagi warga negaranya untuk bepergian ke Indonesia.

"Jelas ada pengaruhnya. Pariwisata itu kan, terkait sektor keamanan," kata Ketua Umum Association of the Indonesian Tours and Travel (Asita) Asnawi Bahar, ketika dihubungi VIVA.co.id di Jakarta, Kamis 14 Januari 2016.

Asnawi belum bisa menyebut berapa jumlah kerugian yang bakal ditimbulkan akibat ledakan bom tersebut. Pebisnis pariwisata tengah berkoordinasi dengan para anggota, seberapa besar dampak dari kejadian ini menghantam industri tersebut.

"Kami cek ada pembatalan tiket atau tidak. Mudah-mudahan (kerugiannya) tidak terlalu besar," kata dia.

Di sektor properti, dampaknya diperkirakan menggerus penjualan pada segmen tertentu. Ketua Housing Urban Development (HUD) Institute, Zulfi Syarif Koto menyatakan, penjualan properti mewah di perkotaan diperkirakan menurun, khususnya konsumen warga negara asing. 

"Mereka (pembeli asing) akan berpikir ulang kalau mau beli properti," kata Zulfi, saat dihubungi VIVA.co.id di Jakarta.

Apalagi, ledakannya terjadi di kawasan Sarinah, simbol bisnis di Jakarta. "Teror bom di jantung ibu kota. Dampak utama pasti ke politik, hukum, dan keamanan. Kedua ke ekonomi. Properti pun akan berdampak," ujarnya.

Namun, Zulfi belum bisa menghitung kerugian yang ditimbulkan dari teror bom terhadap bisnis properti mewah di Indonesia. "Yang paling berpengaruh ini nantinya ke properti di pusat-pusat kota Jakarta, bukan di pinggiran Jakarta atau kota lainnya," ujarnya.

Para pengusaha perhotelan juga mengungkapkan kegelisahaannya. Bahkan, setelah kejadian itu, dampaknya langsung terasa menghantam industri tersebut. 

"Pasti ada dampaknya. Enggak usah ngomongin tamu, yang seharusnya ada event malam ini pun harus di-reschedule," kata Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, ketika dihubungi VIVA.co.id.

Hariyadi menegaskan, teror ini akan terasa menghantam sektor ritel dan pariwisata, dengan hotel termasuk ke dalam sub sektor pariwisata.

"Yang paling banyak cancel itu hari ini. Kalau besok, belum ada pembatalan ruangan. Soalnya orang masih simpang siur pemberitaannya. Itu kan riweh (ramai) di media sosial, padahal kejadiannya hanya di Thamrin," keluhnya.

Hariyadi pun belum tahu berapa kerugian yang diderita perhotelan akibat ledakan di kawasan Sarinah, Thamrin. "Enggak tahu kerugiannya. Itu dilihat dari masing-masing event. Ada event yang besar dan kecil. Tapi, kami yakini efek teror bom ini bersifat sementara," tuturnya.



Kepanikan sesaat 

Direktur Eksekutif dan Kepala Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Juda Agung mengakui, dampak ledakan bom Sarinah, hanya sedikit mengguncang pasar valuta asing dalam negeri. Namun, saat ini, kondisi sudah kembali normal.

"Dampak kejadian hari ini (kemarin), memang dilihat di pasar valas sedikit ada gejolak. Tapi, sudah kembali. Tentu, sementara tergantung bagaimana kita," ujar Juda saat ditemui di kantornya, Kamis 14 Januari 2016.

Dia juga menegaskan, bank sentral akan tetap memonitor gejolak yang terjadi di pasar valas dalam negeri. Insiden bom Sarinah tidak terkait fundamental ekonomi domestik saat ini. Ia memastikan nilai tukar rupiah tidak berpotensi kembali melemah ke level yang tidak wajar.

"BI akan terus monitor apa yang terjadi di pasar. Ini tidak terkait dengan fundamental dalam negeri, karena cukup kondusif. Tidak ada alasan untuk terus mengalami pelemahan," tuturnya.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio mengakui, aksi jual saham secara massal dan mendadak, merupakan respons investor menanggapi teror yang terjadi. Namun, Tito meyakini aksi investor itu sifatnya hanya sesaat.

"Bom ini membuat panic selling, tapi hanya sementara. Kalau kami investasi, katakanlah di Bolivia, ada bom juga pasti dijual dulu," ujarnya saat ditemui di kantornya, Kamis, 14 Januari 2016.

Tito memperkirakan, kepanikan investor tersebut akan mereda setelah melihat upaya pemerintah, dan bergerak cepat menangkap semua pelaku peledakan bom yang tidak bertanggung jawab itu.

Bisnis harus terus jalan 

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memastikan kegiatan investasi harus tetap jalan usai terjadi peristiwa tersebut. Investor asing pun optimistis pemerintah bisa menyelesaikan permasalahan ini. 

"Bisnis jalan terus. Maksud saya, kami prihatin, tapi kehidupan harus jalan terus," kata Deputi Pengawasan dan Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis, di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis 14 Januari 2016.

Dia mengungkapkan, usai kejadian teror itu, BKPM tetap menerima dua investor Jepang membahas rencana investasi yang akan dilakukan. Salah satunya adalah Sumitomo, yang membahas pembangkit listrik Tanjung Jati yang nilai investasinya sebesar US$4 miliar. 

Hasilnya, investasi terus berjalan, bahkan telah disepakatinya perjanjian jual beli listrik antarkedua pihak. 

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, dalam kesempatan berbeda menegaskan hal yang sama. Dia tidak memungkiri bahwa keamanan merupakan salah satu hal penting sebagai daya tarik investasi di Indonesia, tapi ada faktor lain yang juga berpengaruh. 

"Kalau saya pikir, ini kejadian dampaknya temporer. Yang paling penting kita tetap punya fundamental makro yang kuat untuk bisa mengembalikan kondisi yang temporer ini menjadi normal," kata Bambang di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 14 Januari 2016.

Dia mengatakan, aksi bom di Sarinah di luar kendali pemerintah. Kementerian Keuangan hanya bisa berupaya agar pasar tidak terlalu panik terhadap aksi ini.

"Caranya, keamanan itu yang paling penting. Kalau bisa mengatasi itu, bisa menimbulkan kepercayaan," ujarnya.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, juga berpendapat, kejadian ini tidak akan menjadi pertimbangan utama regulator dalam menetapkan arah kebijakan fiskal dan moneter ke depan. 

Karena itu, ia meminta kepada seluruh elemen masyarakat agar tidak membesar-besarkan dan mengaitkan teror ini dengan perekonomian Indonesia.

"Fundamental kita sudah baik. Ini yang menjadi salah satu faktor utama," ungkapnya kepada VIVA.co.id. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya