Kanker Serviks, Ancaman Serius Perempuan Indonesia

Kasus kanker serviks masih menjadi penyebab kematian tertinggi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Belakangan ramai diberitakan di media massa, tentang artis Julia Perez (Jupe) yang terbaring di Rumah Sakit karena menderita kanker serviks stadium 4. Bukan hanya kondisi Jupe yang mengundang simpati banyak orang, namun kenyataan bahwa setiap wanita bisa terkena kanker serviks sungguh menjadi ancaman besar bagi perempuan.

Ini Jenis Kanker yang Paling Bisa Dicegah dan Disembuhkan

Ya, tak hanya isu, kanker serviks kini sudah menjadi ancaman bagi perempuan Indonesia. Kanker yang menyerang mulut rahim ini menjadi satu-satunya kanker yang dapat menular dan merupakan penyakit paling mematikan nomor tiga di Indonesia.

Prof Dr dr Andrijono, SpOG(K) selaku Ketua Umum Indonesian Working Group on HPV kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa kanker serviks jadi satu-satunya kanker yang dapat menular dan merupakan penyakit paling mematikan nomor tiga di Indonesia. Karenanya Perempuan Indonesia saat ini sedang dalam situasi genting terkena kanker serviks.

Perdarahan Usai Bercinta, Awas Gejala Kanker Mengintai

Menurut data Globocan yang dirilis oleh WHO/ICO Information Centre on HPV and Cervical Cancer tahun 2012, dalam satu jam, minimal ada satu orang meninggal akibat kanker serviks. Diprediksi ada 58 kasus baru setiap harinya.

Fakta tersebut didukung oleh temuan baru Dinas Kesehatan terhadap puluhan wanita di Solok, Sumatera Barat, yang positif terkena kanker serviks.

Rutin Berhubungan Seks, Pakar Sarankan Pap Smear

Berdasarkan hasil pemeriksaan tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, sejak Februari hingga April 2017, tercatat sedikitnya 72 wanita setempat positif terkena kanker serviks.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan, Novirman, mengatakan, ke 72 wanita yang positif terkena kanker serviks rata-rata berusia 30 hingga 50 tahun.

"Dari 72 Wanita itu, paling banyak ditemukan di Kecamatan Pauh Duo, dengan jumlah 24 orang, sisanya ditemukan di Kecamatan Sungai Pagu, Sangir Balai Janggo, Sangir dan Sangir Batang Hari," kata, Novirman kepada VIVA.co.id.

Selanjutnya... 99 Persen akibat HPV

99 Persen akibat HPV

Kanker serviks terjadi akibat suatu perubahan sel yang mengarah kepada keganasan yang terjadi pada organ serviks atau mulut rahim. Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan perempuan terkena kanker serviks. Namun penelitian menemukan bahkan 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV. HPV adalah satu golongan virus, di mana terdapat lebih dari 100 jenis HPV.

Hal tersebut juga dibenarkan spesialis Kandungan, dr. Ferdhy Suryadi, SpOG (K-FER). Menurutnya kurangnya pemahaman masyarakat soal deteksi dini juga menjadi salah satu pemicu berkembangnya kanker ini.

"99 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV. Jadi, virus HPV ini berbahaya jika tidak dideteksi dini," ujarnya kepada VIVA.co.id.

Dilanjutkan Ferdhy, faktanya terdapat delapan dari 10 pria dan wanita yang terinfeksi HPV. Proses HPV berkembang menjadi kanker serviks, dimulai saat imunitas tubuh diserang sehingga antibodi tubuh secara perlahan menurun dan mengakibatkan infeksi HPV semakin berkembang bebas.

"Virus bisa masuk ke dalam sel dan dia tumbuh lebih cepat. Kalau sudah menembus membran basal dan masuk pembuluh darah maka bisa menyebar ke seluruh tubuh," lanjutnya.

Meski sudah memasuki tubuh, virus HPV tidak serta merta berubah menjadi sel kanker. Sebab, butuh belasan tahun untuk perubahan menjadi kanker serviks.

Dilansir Web MD, virus HPV pada umumnya tersebar melalui hubungan seksual, di mana terjadi kontak langsung antara kulit kelamin, membran mukosa, atau pertukaran cairan tubuh, dan melalui seks oral. Setelah memulai hubungan seksual, beberapa jenis HPV tidak menimbulkan gejala yang jelas, dan infeksi bisa hilang tanpa penanganan medis.

Namun terdapat jenis HPV lainnya yang bisa menyebabkan kutil pada alat kelamin. Jenis HPV penyebab kutil kelamin ini tidak menyebabkan kanker serviks. Ada sekitar 15 jenis HPV yang berpotensi menyebabkan kanker serviks. Dua jenis yang paling umum adalah HPV 16 dan HPV 18. Jenis ini menjadi penyebab kanker serviks pada 70 persen wanita.


Selanjutnya... Tidak Selalu karena Hubungan Seksual

Tidak Selalu karena Hubungan Seksual

Kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang menular. Karena menyerang mulut rahim maka banyak anggapan bahwa kanker serviks hanya bisa menular melalui hubungan seksual. Padahal, menurut dr Andrijono, penularan HPV juga bisa disebabkan oleh cara lain.

"Penularan HPV bukan hanya seksual, tapi skin to skin," ungkapnya kepada VIVA.co.id.

Dia mencontohkan, dalam sebuah kasus, pernah ditemukan seorang perempuan yang terkena HPV di mulut. Hal ini menurutnya, disebabkan oleh kontak kulit dari serviks yang berpindah ke daerah mulut.

"Sekarang penelitian di seluruh dunia itu sepakat ada penularan (HPV lewat) skin contact," kata dia menambahkan.

Tidak hanya itu, dia juga mengatakan, penelitian lain juga telah menemukan bahwa HPV juga bersarang di celana dalam. Hal ini, lanjut dia, bisa tertular apabila seorang mengenakan celana dalam tersebut. Bahkan, ketika celana tersebut sudah dicuci.

"Ada beberapa dari pants sharing, itu tukar-tukaran karena virusnya bisa menyelip dan segala macam, jadi virusnya bisa mengalir. Dicuci bisa saja hilang, tapi juga bisa bersarang di lipatan-lipatan. Karena virus ini tumbuh di tempat lembap," kata dia.

Untuk itu, dia mengingatkan selain melakukan vaksin untuk pencegahan dan skrining untuk mendeteksi, pola hidup yang bersih juga menjadi kunci untuk memutus mata rantai penularan HPV.

"Makanya kalau ke toilet-toilet umum, atau jenguk penderita kanker, kita juga harus pastikan tangan kita steril dengan alkohol sebelum dan sesudahnya," kata dia.

Sementara itu, dr Fara Vitantri, SpOG (K) Onk, dokter dari rumah sakit Siloam TB Simatupang, berpendapat sama. Ia menjelaskan bahwa kanker serviks juga bisa menular melalui rute nonseksual.

"Memang paling banyak melalui hubungan seksual baik normal, maupun (yang lainnya), artinya semua yang melibatkan alat kelamin, tapi juga ada rute nonseksual," ujarnya.

Dia menjelaskan misalnya seorang ibu hamil yang memiliki penyakit kutil pada dinding rahimnya, juga bisa menimbulkan risiko penularan HPV pada anak yang dilahirkannya.

Risiko lainnya yang juga bisa menularkan HPV yakni pada peralatan kerja dokter saat operasi yang tidak steril dan tidak bersih sehingga virus tadi menetap dan berpotensi menular.

"Kemudian yang kedua rutenya itu lewat gloves (sarung tangan), HPV itu mengenai serviks itu kan harus ada yang mengantarkan sekarang, intinya adalah apapun yang bisa mengantarkan ke situ," ungkap dia.

Namun dia menegaskan bahwa hal ini sangat jarang sekali ditemukan. Karena dalam melakukan kerjanya, dokter di rumah sakit juga memiliki standar khusus, sehingga risiko terjadinya hal ini sangat kecil, tetapi kemungkinannya tetap ada.

Selain nonseksual, ada beberapa hal pemicu kanker serviks yang harus diwaspadai. Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker serviks antara lain aktivitas seksual terlalu dini, berganti-ganti pasangan seksual, merokok, sistem kekebalan tubuh yang lemah, melahirkan anak (makin banyak anak yang dilahirkan seorang wanita, maka risiko mengidap kanker serviks semakin tinggi), dan minum pil kontrasepsi atau KB lebih dari lima tahun.


Selanjutnya... Vaksin HPV Cegah hingga 100 Persen

Vaksin HPV Cegah hingga 100 Persen

Penelitian yang berkembang hingga saat ini belum menemukan obat yang mampu menyembuhkan virus HPV. Namun penularannya dapat dicegah dengan melakukan vaksin.

Hal tersebut juga diungkapkan dr Andi Darma Putra, SpOG(K)onk, di mana ada dua metode pencegahan yang bisa dilakukan yakni screening dan vaksin. Kepada VIVA.co.id ia mengungkapkan bahwa tidak ada obat yang mengatasi infeksi virus ini. Hal yang bisa dilakukan adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh setiap orang.

"Satu-satunya cara adalah meningkatkan sistem imun, atau pertahanan tubuh dengan antibodi. Kalau sudah jadi lesi prakanker, diangkat. Dibuang lesi prakankernya, kemudian dites 3-6 bulan kemudian," kata Andri.

Andi pun menambahkan, 95 persen virus HPV sebenarnya akan hilang sendiri. Namun, yang jadi masalah adalah lima persen yang timbul punya risiko tinggi. Selain itu, virus HPV bersarang di mana saja, namun tipe 16 yang menyebabkan kutil kelamin menyukai tumbuh di kelamin.

Untuk pencegahan, vaksinasi menjadi cara yang menjadi pencegahan primer yang direkomendasikan oleh WHO. Vaksinasi sebaiknya lakukan sedini mungkin, setelah anak mengalami pubertas.

"Maksimal umur 45 tahun itu, karena semakin tua akan semakin sedikit antibodinya. Setelah 55 tahun, antibodi tidak memberikan efek untuk proteksi tubuh," tambah Andri.

Ia menyarankan agar vaksin HPV diberikan pada usia 9-13 tahun karena di usia ini sistem imun remaja masih bagus. Vaksinasi juga hanya dilakukan dua kali saja. Sementara untuk usia di atas 13 tahun, vaksin dilakukan sebanyak tiga kali dalam rentang waktu dua hingga enam bulan.

Selain vaksin, metode pencegahan bisa dilakukan dengan skrining melalui serangkaian tes. "Setelah vaksin kemudian diperkuat dengan melakukan tes IVA dan pap smear. Usulan dari WHO vaksin dilakukan pada usia 11 dan 12 tahun. Beberapa negara di dunia juga sudah banyak memberikan vaksin ini," kata Andri.

Dengan melakukan skrining melalui tes pap atau Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) serta Papsmear, wanita bisa mengetahui secara dini adanya penyakit mematikan tersebut. Namun, kapan waktu yang tepat untuk melakukan tes ini?

“Bagi mereka yang pernah melakukan hubungan seks memang sangat dianjurkan melakukan tes pap dan dilanjutkan dengan vaksin sebagai perlindungan,” kata Andri. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya