Bilal, Film Sahabat Nabi Muhammad SAW Dobrak Hollywood

Bilal: A New Breed of Hero
Sumber :
  • hollywoodreporter

VIVA – Sebuah film animasi Bilal: A New Breed of Hero yang diproduksi di Arab siap tayang di layar lebar Amerika Serikat pada 2 Februari 2018 mendatang.  Film yang disutradarai Ayman Jamal dan Khurram H Alavi itu menelan biaya produksi US$30 juta. Ini juga menjadi film termahal yang pernah diproduksi di wilayah tersebut.

Unicorn Wars Bukan Film Animasi Biasa, Sajikan Cerita Menarik

Dilansir dari cartoonbrew.com, Senin 22 Januari 2018, sebagian besar dana berasal dari investor ekuitas swasta, serta dukungan dari Doha Film Institute.  Menariknya, film animasi ini diangkat dari kisah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, Bilal Ibnu Rabah.

Namun film ini akan mencoba bukan menjadi film religi agar menjangkau penonton di luar Timur Tengah. Religius atau tidak film ini tetap menjadi tantangan besar saat tayang di Amerika Serikat pada bulan depan. 

Gak Cuma di Film, Karakter Riki Rhino Kini Ada di Dunia Nyata

Film animasi Dubai pertama ini menggunakan teknik seni tingkat tinggi mendesain cerita agar bisa menyampaikan sisi Islami kepada penonton muda, demikian dilansir dari variety.com, Senin 22 Januari 2018. 

Namun keputusan untuk memasukkan elemen pejuang (Islam), dalam lagu penutup hingga akhir film dinilai dari review tersebut bukanlah taktik yang tepat di era Islamphobia seperti sekarang, ketika kesalahpahaman sangat rawan terjadi.

Disney Tak Sengaja Casting Bintang Porno untuk Film The Little Mermaid

Bagi umat muslim, Bilal bisa menjadi penyeimbang soal pikiran negatif Islamphobia di Dunia Barat. Film animasi ini juga bisa membuat banyak orangtua untuk mengajak anak mereka menonton.  Orang lain akan merasa tidak nyaman dengan jumlah kekerasan yang diberikan dalam film,(apalagi ini adalah saat yang penuh kekerasan). Meski begitu, penonton potensial tetap besar.

Perjuangan Demi Kebebasan

Film animasi Bilal menceritakan tentang salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW.  Ini adalah cerita yang keras tentang perjuangan demi kebebasan.  Namun, pendekatan Bilal juga berlanjut ke adegan penyiksaan dan urutan pertempuran haus darah yang dapat mengurangi daya tarik demografis film tersebut, dan waktu durasi selama 114 menit mencerminkan narasi yang terlalu longgar.

Dilansir dari screendaily, Senin 22 Januari 2018, secara visual, Bilal jelas menawarkan daya tarik lokal yang kuat.  Namun dengan soundtrack yang berjudul Warrior yang dinyanyikan Akon dan RedOne,  berlirik: "Saya seorang pejuang, oh, mama, saya tidak takut," Bilal mengubah cerita tentang rasa sakit seorang anak menjadi sebuah film kekerasan penuh nafsu yang tidak cocok di atmosfer politik saat ini yang , bahkan jika kejadian itu sesuai kisah nyata.

Bilal: A New Breed of Hero

Bilal punya beberapa pekerjaan rumah untuk departemen animasi. Tapi secara umum bisa diatasi dengan estetika mengesankan. Bilal bermain dalam perdagangan ikonik Arab, seperti bukit pasir, seekor elang pemangsa, kuda jantan yang mewah, pasar abad pertengahan dan dukun dan tokoh berkerudung yang bisa dengan mudah menakut-nakuti kaum muda. Ini secara visual merupakan debut yang berani untuk Barajoun Entertainment.

Bilal, bagaimanapun, terlalu terang-terangan untuk menyampaikan kisah moralitas agama. Mereka yang tidak terbiasa dengan tokoh-tokoh Islam terkenal termasuk 'Lord of Merchants' masih harus tersapu oleh visual film tersebut. 

Namun, yang tidak begitu mudah, terutama bagi penonton muda, adalah rangkaian pertarungan klimaks yang tak henti-hentinya yang dipimpin oleh sutradara Khurram H. Alavi, yang beberapa di antara narasinya terlalu terkesan berulang-ulang. 

Diculik dan dijadikan budak

Pada akhir abad keenam, ibu Abyssinian yang penuh kasih dibantai oleh perampok jahat saat putra bungsunya yang bernama Bilal (disuarakan oleh Andre Robinson) dan Ghufaira melihat dari lemari. 

Perampok membawa anak-anak ke Mekah, di mana mereka diperbudak oleh penjual kapitalis / idola jahat bernama Umayya (Ian McShane), anaknya bernama Safwan (Sage Ryan) bahkan lebih jahat dari pada ayahnya.

Terlepas dari pelajaran yang diajarkan ibunya, tentang bagaimana hidup tanpa  kemarahan, dan pembalasan dendam, Bilal dewasa (Adewale Akinnuoye-Agbaje) terbiasa dengan keputusasaan sebagai tawanan.

Kemudian dia bertemu Hamza (Dave B. Mitchell), yang mengatakan kepadanya bahwa tidak ada yang terlahir sebagai budak. Terinspirasi oleh kata-kata ini, Bilal dapat memperoleh kembali martabatnya, dan karena ajaran kesetaraan, non-diskriminasi, Bilal bergabung dengan para pengikut Nabi untuk berperang melawan orang-orang jahat.

Lewat pertempuran yang mereka lakukan, dalam perkelahian berdarah dan keberingasan. Memang benar bahwa tahun-tahun awal Islam penuh dengan peperangan antar suku dan agama, jadi orang bisa berpendapat bahwa atmosfir yang ditampilkan film ini memiliki  kebenaran gambaran secara umum. 

Perlu diingat, ini bukan kartun keluaran Disney, meski memang memiliki jarak yang jauh dari film religi lainnya, seperti Ben-Hur dan Spartacus. Film ini mengisahkan perjuangan historis salah satu sahabat Nabi Muhammad untuk menaklukan tradisi lama yang korup dan mengganti dengan Islam yang penuh keadilan.

Hal ini bisa jadi angin segar mengingat masih banyaknya kasus ras dan kelas juga isu tentang teroris. Di sisi lain, film ini bisa jadi pembuka untuk memberi tempat lebih untuk animasi dari Timur Tengah, demikian dilansir laman hollywoodreporter, Senin 22 Januari 2018..

Dampingi anak-anak

Namun untuk ukuran film anak-anak (yang ditayangkan perdana di Ajyal Youth Film Fest Doha), jumlah pembunuhan tidak sesuai dengan pesan toleransi yang mendasarinya, kata variety.com dalam reviewnya.

Pesan anti-kapitalis memberikan sebuah twist yang menarik, yang menggambarkan pedagang-pedagang Mekah sebagai pemilik budak yang menjadikan uang sebagai berhala dan menyembah Dewa Mammon. 

Visual dirancang dengan sangat baik, sehingga membuat tokoh-tokoh tertentu (khususnya Bilal dan keluarga) seperti dimainkan oleh  aktor sungguhan alih-alih produk animasi. Kebangkitan Mekah era sebelum Islam, dengan patung dewa bertanduk di atap Kabah, dikerjakan dengan ciamik, meski beberapa kelompok garis keras mungkin tidak begitu bahagia. 

Komposisi musik Atli Orvarsson dipenuhi dengan tema gambar memberikan kesan emosional mendalam. Tetap saja, ini lebih masuk akal daripada lagu penutup, yang memuliakan para pejuang Tuhan.  Karakternya digambar dengan indah, terutama Bilal, dengan kulit cokelat dan mata emasnya yang bercahaya. 

Seseorang mengharapkan dia menjadi pahlawan aksi dengan tubuhnya yang tinggi dan kuat, dan dia ikut serta dalam rangkaian pertarungan, namun kehebatan fisiknya pada akhirnya diremehkan demi suaranya yang merdu. Dia dikenal, sebenarnya, sebagai muadzin pertama yang memanggil umat beriman untuk salat.

Di wilayah Timur Tengah seperti Irak, Bahrain, Lebanon, dan Yordania, film ini telah dirilis pada September 2016 lalu. Namun, film ini baru akan ditayangkan di Kanada dan Amerika Serikat pada 2 Februari mendatang.

Setelah itu, film ini rencananya juga akan diputar di  Filipina, Korea Selatan, Vietnam, Austria, Bangladesh, dan sejumlah negara Eropa. Hanya saja belum ada informasi apakah film ini akan ditayangkan di Indonesia atau tidak.

Apakah juga akan tayang di Indonesia? Saat dihubungi VIVA, Senin 22 Januari 2018, corporate secretary XXI, Cathrine Keng, belum bisa memastikan hal tersebut. Dalam daftar akan tayang, tak ada judul Bilal dalam waktu dekat.  "Dalam daftar film, tidak ada film Bilal, jadi enggak tayang," kata Cathrine. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya