Menang Pemilu dengan Banjir Hoax

- Twitter.com/@jairbolsonaro
VIVA – Hanya beberapa jam setelah Jair Bolsonaro memenangkan pemilihan presiden di Brazil, Carolina Zannata dan pasangannya segera mengontak notaris publik terdekat. Keduanya langsung mengatur tanggal untuk pernikahan mereka.Â
Carolina Zannata dan Aline Foguel adalah pasangan sesama jenis di Brazil. Pernikahan sejenis di Brazil dilegalkan sejak tahun 2013, di masa pemerintahan Dilma Roussef. Zannata mengatakan, sebenarnya ia dan Aline Foguel pasangannya tak ingin terburu-buru menikah.
Tapi kemenangan Bolsonaro, seorang politisi sayap kanan yang terkenal konservatif, membuat mereka khawatir dan segera mengubah rencana mereka. Sebab, ujar Zannata, Bolsonaro pernah mendeklarasikan, "Dengan bangga saya sampaikan, saya adalah seorang homophobia."
"Kami sangat ketakutan," ujar Zannata. "Kami harus cepat mengambil kesempatan atas hak yang pernah begitu keras kita perjuangkan, karena bisa jadi setelah ini kita tak akan memilikinya lagi," ujarnya menambahkan.Â
Bagi komunitas LGBT di Brazil, ketakutan terbesar mereka saat ini adalah karena retorika berapi-api yang ditampilkan Bolsonaro telah memicu era baru intoleransi dan intimidasi yang berpotensi menimbulkan kekerasan pada mereka.Â
"Orang-orang sekarang memiliki wacana homofobia secara terbuka, padahal sebelum ini mereka akan malu menyampaikannya," kata Foguel. "Saya sangat takut mengenang masa lalu yang saya kira sudah kita sudah taklukkan. Dan sekarang saya mengalami rasa panik," ujarnya seperti disampaikannya pada The New York Times, November 2018.
Awalnya, Zannata, Foguel dan kelompok LGBT lainnya tak menyadari bahwa homophobia yang disampaikan Bolsonaro akan membahayakan mereka. Tapi sebuah video rekaman pidato Bolsonaro yang dengan berapi-api mengatakan akan membunuh kelompok LGBT menyadarkan mereka. Bolsonaro sedang menghidupkan kebencian.Â
Jair Bolsonaro, seorang politisi dari Rio de Jenairo, calon presiden yang dijagokan oleh Partai Liberal Sosial berhasil memenangkan pemilu. Ia menyisihkan wakil Partai Buruh, Fernando Haddad dan Manuel d’Avila. Selama 26 tahun menjadi politisi, ia teguh pada jalur konservatif. Ia menentang legalisasi pernikahan sesama jenis, ia seorang yang anti aborsi, sangat membenci gay, dan menolak reformasi agraria.