SOROT 60

"Tak Ada Wacana Menaikkan Hatta"

VIVAnews – Silih berganti tamu masuk ke rumah berwarna krem dekat masjid di Taman Gandaria, Jakarta Selatan. Ada yang mengenakan jas biru berlogo matahari, lambang Partai Amanat Nasional (PAN). Ada pula orang berpakaian dengan pin DPR di bajunya. “Sudah tiga hari saya di sini,” kata tuan rumah, Amien Rais, pendiri PAN.
 
Bukan karena kebetulan, Amien ‘turun gunung’ dari Yogyakarta, tempatnya beraktifitas sebagai dosen di Universitas Gajah Mada. Salah satu alasannya, persiapan untuk musyarawah di PAN akan berlangsung dalam waktu dekat.
 
Alasan lain, dia tergerak menyoal kasus Bank Century karena melihat ada yang tak beres. “Ini adalah ‘BLBI’ jilid dua,” kata Amein kepada Nurlis E. Meuko dan Suryanta Bakti Susila, wartawan VIVAnews, usai salat Jumat, 4 Desember 2009. Berikut petikannya:
 
Perkara Bank Century menggoda Anda turun gunung kembali ke gelanggang politik?
Saya mula-mula pasif, termasuk dalam kasus perseteruan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Polri dan Kejaksaan Agung. Tetapi dalam kasus ini, saya melihatnya memang betul-betul ada skandal. Ini membuat saya tersentak. Saya lantang dalam kasus Bank Century ini, karena saya melihat ini sebagai model BLBI jilid berikutnya, sekalipun skala keuangannya lebih kecil.
 
Ini sebuah skandal yang menghina bangsa Indonesia. Mengelola negeri ini kok seperti mengelola warung tegal. Ini betul-betul tak bisa saya terima. Sedari awal kasus Bank Century memang sudah mencurigakan. Ada suatu misteri di dalamnya. Ada kolusi dengan pengusaha hitam.
 
Menurut saya, soal Bank Century bukanlah kegagalan yang berdampak sistemik. Karena itu saya minta KPK, Polisi dan Kejaksaan Agung ditambah Pansus DPR (Panitia Angket Skandal Century) untuk bekerjasama. Sebaiknya, Boediono (Wakil Presiden yang mantan Gubernur BI) dan Sri Mulyani (Menteri Keuangan) nonaktif lebih dulu. Andaikata ternyata kedua beliau ini memang bersih, maka silakan kembali lagi. Saya kira ini adalah etika bernegara yang masuk akal .
 
Gerakan-gerakan itu juga membidik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono?
Oh..no..no.. Kalau soal pemakzulan, saya memang orang yang paling tahu caranya soal itu. Saya tidak melihat ada pintu, jendela atau celah untuk memakzulkan SBY. Dia tidak ada kaitannya sama sekali, dia bersih. Jadi paling banter, kalau ada sanksi pun hanya sampai Sri Mulyani dan Boediono saja. Saya tidak tahu sanksi hukumnya apa, apakah kalau terbukti dia harus mundur, dan kemudian diganti lewat MPR.
 
Syukur-syukur kalau bersih dia kembali lagi. Nanti setelah diusut apa adanya, akan ketahuan siapa sesungguhnya yang menerima kucuran dana itu. Sah apa tidak. Ini perlu dibuka secara terang, agar kita jangan terpasung dengan kasus ini terus menerus. Jangan sampai menjadi kasus yang berketiak ular. Sekarang, muncul aktivis Bendera yang mengangkat nama-nama dan angka-angka perolehan dana Bank Century, saya kira itu tak jelas narasumbernya.
 
Saya setuju dengan Boediono yang menyatakan sudah tak sabar untuk diproses. Itu sikap seorang yang ksatria.
 
Upaya menggoyang Boediono dan Sri Mulyani ini terkait dengan ketidakpuasan partai-partai saat pemilihan presiden lalu, terutama soal kursi Wakil Presiden?
Itu sudah selesai. Waktu itu sudah ada kesepakatan untuk memilih dan mengusung pasangan SBY-Boediono. Itu sudah berlalu ya berlalu. Saya kira tak mungkin lagi diungkit-ungkit.
 
Bagaimana dengan ambisi partai-partai yang ingin mengusung lagi tokoh-tokoh partainya?
Saya kira itu imajinasi sangat liar. Untuk mengganti Boediono, misalnya Golkar menyiapkan Ical (Aburizal Bakrie, Ketua Umum Golkar), lalu Partai Amanat Nasional menyiapkan Hatta Radjasa, dan Partai Keadilan Sejahtera akan menyorong Hidayat Nur Wahid. Saya kira itu imajinasi yang sangat liar.
 
Yang jelas tidak tertutup kemungkinan, nantinya pengadilan melihat argumen-argumen Boediono dan Sri Mulyani yang mungkin begitu meyakinkan, bahwa itu suatu kebijakan mungkin diambil secara salah tetapi tidak bermaksud pidana. Jadi nanti diputuskan mereka tidak bersalah. Saya kira sekarang ini persoalan ini harus segera diselesaikan.
 
Tetapi, bukankah dalam kasus seperti ini selalu saja ada kepentingan politik yang bermain?
Oh, itu pasti. Tapi begini, untuk mematahkan kepentingan politik itu maka masalah ini jangan dibiarkan bertele-tele dan berlarut-larut. Dalam rumus kepemimpinan, kalau ada api yang nampaknya mau membesar, padamkanlah sedari kecil. Api (kasus Bank Century) ini kelihatannya sudah agak membesar, tetapi masih bisa dipadamkan. Aparat penegak hukum bersama Pansus bekerja sama, tanpa ada dusta di antara mereka, ini akan selesai. Kemudian apa keputusan yang terbaik itu yang kita ambil.
 
Jadi begini Mas, saya sekarang ini sudah ada di luar gelanggang politik, tidak seperti zaman dulu. Sekarang saya sudah kembali ke kampus. Saya masih memiliki beban moral politik untuk mengatakan sesuatu hal. Tetapi bukan berarti saya memiliki kepentingan. Dulu ketika saya meneriakkan Soeharto, apa kepentingan saya di situ? Sekarang apa kepentingan saya dalam persoalan ini?
 
Barangkali untuk memuluskan Hatta Radjasa ke kursi wakil presiden?
Itu perkataan orang yang tak paham politik. Kalau paham politik tidak akan sampai ke sana. Karena SBY seorang pemimpin yang perhitungannya itu selalu komperehensif, sehingga terkesan kadang-kadang lamban. Kalaulah mengharapkannya untuk mengambil Hatta menggantikan Boediono, itu tidak sesuai kenyataan objektif publik. Bahkan juga tidak sesuai dengan kenyataan politik di istana. Jadi saya agak pahamlah dalam masalah ini.
 
Jadi saya kira sekarang kita berlomba dengan waktu. Ada dua bisul yaitu Boediono dan Sri Mulyani. Bisulnya ini bisa diselesaikan dengan manis, lewat kerja pansus DPR dengan cepat, bekerjasama dengan penegak hukum. Kalau perlu langsung SBY memimpin langsung dan memberi pengarahan. Dan setelah ketahuan hasilnya segera disimpulkan. Tak usah membentuk tim lagi.
 
Sekarang bergantung dari niatnya. Kalau ingin diselesaikan, mari bismillah menyelesaiakan dengan baik, muaranya akan enak dan selesai. Jika belum apa-apa sudah saling curiga, saling intip, masalah ini akan semakin ruwet dan bisulnya akan makin membesar.
 
Ada wacana di PAN agar Hatta menuju Wapres?
No...no..no.. Tidak ada wacana sama sekali. Bahkan wacana hanya dalam guyon-guyonan saja itu tidak mungkin. Masalah yang kita hadapi sekarang ini digulirkan perlu digelarkan dulu, baru muncul berbagai kemungkinan. Tapi kalau belum apa-apa, orang membayangkan yang hebat-hebat itu imajinasinya terlalu luas.
 
Jangan sampai seperti khayalan petani penjual madu. Si petani berkhayal jika madunya laku, dia akan membeli ayam betina, setelah ayamnya banyak dia akan beternak kambing, lalu beternak kuda. Dia berasa naik kuda. Lalu, berjingkrak-jingkrat dan madunya yang belum laku itu jatuh, buyarlah khayalannya itu.

Budi Waseso dan Kwarda Pramuka Se-Indonesia Minta Nadiem Revisi Permendikbud No 12
PlayStation 5 (PS5).

PlayStation 5 bikin Sony Semringah

Sony Indonesia memaparkan sejumlah pencapaian yang diraih PlayStation sepanjang 2023, di antaranya konsol PlayStation 5 yang terjual secara global sebanyak 54,8 juta unit

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024