SOROT 61

Ada Ongko di Balik Omni?

VIVAnews - Gedung mewah berlantai lima itu sepi dan lengang. Halaman parkir luas. Tapi mobil dan motor yang berbaris di sana cuma sedikit. Parkir di basemen juga terlihat sepi. Kendaraan bisa dihitung dengan jari. Para tetamu, Kamis pagi, 10 Desember itu juga cuma sedikit.

Ya. Ini Rumah Sakit (RS) Omni International, yang namanya melambung bersama cerita duka seorang Ibu beranak dua bernama Prita Mulyasari. Dulu rumah sakit ini ramai didatangi pasien. Menjadi rujukan jenis penyakit tertentu. Pernah menggondol penghargaan Super Brand sebagai rumah sakit dengan layanan terbaik.

Tapi perseteruan dengan Prita mengubahnya menjadi nyaris kelabu. Petinggi Omni yang mengugat Prita – dengan tuduhan pencemaran nama baik- dilawan publik dengan rupa-rupa cara. Belakangan, setelah pengadilan menghukum Prita degan denda Rp 204 juta, simpatisan Prita ramai-ramai mengumpulkan koin guna membayar denda itu.

Dan vonis publik itu bergerak ke arah yang berlawanan dengan vonis para hakim dari ruang pengadilan. Dalam sebuah pameran yang digelar di Komplek Ruko Boulevard, BSD City, Tangerang Selatan, Banten pada 10 – 13 Desember 2009, gerai pengobatan gratis RS Omni terlihat sepi. Sedang gerai RS Ichsan Medical Centre, yang berdiri diseberangnya  dijubeli pengunjung.

“Cerita soal RS Omni sudah beredar luas di masyarakat. Jadi takut-takut gitu periksa di situ,” kata Maya saat ditanya kenapa tak periksa di gerai Omni. Walau masih ada yang setia berobat ke sana, banyak pasien yang ragu-ragu seperti Maya.

Cerita tentang “kesepian” itu dibenarkan oleh Hadi, Sekretaris Manager RS Omni.  Gerakan “Koin untuk Prita” memang mempengaruhi kunjungan ke rumah sakit ini. Hal yang sama diakui oleh Promotion Communication, Ogi Anna. “Sejak kasus Prita mencuat memang ada penurunan signifikan. Kami harus berjuang keras meyakinkan masyarakat atas opini buruk ini.”

Omni tampaknya harus mulai dari bawah lagi untuk meyakinkan publik. Padahal dia bukan pemain baru dalam dunia kesehatan.  Omni di Serpong itu adalah pengembangan dari rumah sakit Omni Medical Center yang berlokasi di Pulomas Barat VI.

Pendahulunya di Jakarta Timur itu sudah berdiri sejak 1972 dengan nama Rumah Sakit Ongko Mulyo. Pada 2001, rumah sakit ini berganti nama menjadi Omni Medical Center.

Sedangkan, Omni International  di Tanggerang itu berdiri pada 30 April 2008. Dengan lokasi strategis, Omni berambisi menjaring pelanggan dari dalam dan luar negeri untuk berobat ke sini. Apalagi, akses jalan tol langsung menuju bandara Soekarno Hatta tengah dibangun.

Untuk mengantisipasi lonjakan pasien, Omni berniat membangun Hotel dan Mall di kawasan seluas 1,2 hektare tersebut. Rumah sakit ini memiliki 250 kamar yang terletak di lantai dua, tiga dan empat. Lantai satu digunakan untuk layanan unit gawat darurat, serta fasilitas pendukung lainnya.

Siapa pemilik rumah sakit ini belum banyak informasi yang didapat. Menurut sumber VIVAnews, rumah sakit ini diduga berada di bawah grup bisnis yang didirikan oleh pengusaha Kaharuddin Ongko. Diduga pengelolaannya sudah diwariskan kepada salah seorang putranya.

Kaharuddin Ongko merupakan salah satu pemilik Bank Umum Nasional (BUN) yang sudah dibekukan saat krisis ekonomi pada 1998. Ongko termasuk debitor Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Sekarang, bisnis Grup Ongko masih berkibar di Indonesia. Grup ini memiliki sejumlah properti di Sudirman dan pasar Senen Jakarta, pabrik keramik di Bogor, dan rumah sakit. Irsanto pernah pada 2007 lalu masih menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Keramika Indonesia Assosiasi.

Saat dikonfirmasi kabar ini, Marketing Communication Omni International dr Grace Hilza Yarlen Nela membantahnya. “Saya mengikuti proses pengadilan sejak awal, tidak ada yang ajaib, semuanya mengikuti prosedur,” kata Grace kepada VIVAnews, Jumat malam, 11 Desember 2009.

Soal kepemilikan OMNI itu, Grace mengaku tidak tahu siapa pemiliknya. Dia pernah mendengar nama salah seorang putra Kaharuddin , tetapi Grace tidak tahu apakah dia sebagai pemilik rumah sakit ini. “Yang saya tahu, rumah sakit ini dimiliki oleh konsorsium, tetapi detailnya siapa saya tidak tahu,” katanya.

Keluarga Ongko tidak berhasil dikonfirmasi. Ketika VIVANews menghubungi salah satu putra Kaharuddin yang bernama Irjanto Ongko, ponselnya dipegang oleh seorang bernama, Joni. “Maaf, saya tidak bisa memberikan penjelasan apapun,” ujar Joni yang mengaku sopir Irjanto.

Di tengah terjangan opini buruk itu, Direktur Omni International, Bina Ratna tengah berjuang agar kasus ini tidak berlanjut. Dia juga berharap aksi boikot diakhiri. “Kalau rumah sakit tutup, ada 1000 karyawan terancam PHK,” kata Bina saat jumpa pers, Jumat.

Harga BBM di SPBU Shell, Vivo dan BP Turun per 1 Juni, Ini Daftarnya

Laporan: Rukhyat Soheh | Tangerang

SPBU Shell

Harga BBM Shell, BP dan Vivo Turun Drastis Juni 2024

Kabar gembira bagi pengguna kendaraan bermotor di Indonesia, harga BBM Pertamina tidak mengalami perubahan di awal Juni 2024. Bahkan Shell, BP dan Vivo turun banderolnya.

img_title
VIVA.co.id
1 Juni 2024