SOROT 567

Terpapar Polusi Jakarta

Pengendara sepeda motor mengenakan masker.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Anis Efizudin

VIVA – Ari bergegas berdiri di pinggir jalan sebuah kawasan industri di Jakarta Timur.  Siang itu, cuaca sangat terik. Matahari bersinar cerah.

Sesekali, pandangan matanya mengarah ke smartphone yang dipegangnya. Di layar tampak aplikasi sebuah ojek online. Gambar ilustrasi sepeda motor terlihat bergerak menuju ke arahnya.

Saat itu, ia sedang menunggu jasa ojek online pesanannya. Ari akan menuju halte bus TransJakarta terdekat sebelum melanjutkan ke kawasan Sudirman di Jakarta Selatan.

Driver ojek online pun tiba. Setelah memastikan pesanannya benar, sepeda motor bergerak ke Halte TU Gas, tak jauh dari kawasan industri itu. Karena tak membawa masker, sapu tangan pun dikeluarkan dari saku celananya untuk menutup mulut dan hidungnya. 

Wanita di Korea Selatan mengenakan maskerIlustrasi orang menggunakan masker karena polusi

Ya, sudah menjadi kebiasaan, banyak pengguna transportasi umum, termasuk ojek online kini menyiapkan masker untuk melindungi diri. Udara yang menghinggapi Ibu Kota Jakarta, dalam beberapa waktu belakangan, tidak cukup bersahabat. 

Inspeksi mendadak (sidak) pun telah dilakukan aparat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Petugas mendatangi beberapa industri di Jalan Raya Bekasi, Cakung, Jakarta Timur. 

Sasarannya melakukan pengukuran langsung cerobong asap pabrik-pabrik di kawasan tersebut. Pengukuran itu untuk mengetahui ketaatan industri terhadap batas baku mutu emisi. Kegiatan dilakukan dalam rangka menjalankan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara.

"Ini merupakan upaya paksa dari dinas lingkungan hidup kepada cerobong-cerobong pabrik, agar cerobong pabriknya bisa lebih bersih lagi, taat dan memenuhi baku mutu. Supaya kualitas udara Jakarta bisa lebih baik lagi ke depan untuk masyarakat Jakarta lebih sehat,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih di lokasi, Kamis, 8 Agustus 2019.

Kondisi udara di Ibukota DKI Jakarta dengan latar belakang Gelora Bung Karno (GBK) di JakartaKondisi udara Jakarta

Akhir-akhir ini, kondisi udara Jakarta tengah menjadi sorotan. AirVisual, sebuah lembaga yang memantau perkembangan udara kota besar di seluruh dunia, menempatkan Jakarta dalam posisi tiga besar kota paling polutif. 

Hal itu ditetapkan berdasarkan angka Air Quality Index (AQI). AQI merupakan indeks yang digunakan AirVisual untuk menggambarkan tingkat polusi udara di suatu daerah. 

AQI dihitung berdasarkan enam jenis polutan utama, yaitu PM 2,5, PM 10, karbon monoksida, asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah. Angka AQI dapat berubah sewaktu-waktu.

Namun, Jakarta beberapa kali bertengger di posisi atas sebagai kota dengan kualitas udara terburuk. Pada Minggu, 18 Agustus 2019, pukul 09.05 WIB, misalnya. 

Berdasarkan data AirVisual, AQI Jakarta berada di angka 172 alias kategori tidak sehat. Angka itu berada di bawah kota Kabul, Afghanistan, dan Krasnoyarsk, Rusia.

Dikeluhkan Warga

Kondisi udara Jakarta itu sangat dikeluhkan masyarakat. Roland, pegawai swasta, mengungkapkan udara Ibu Kota Jakarta tidak nyaman. “Udara terasanya seperti asap kendaraan,” katanya.

Jika dibandingkan era 90-an, menurut pria 32 tahun ini, kondisi Jakarta tidak seperti ini. Kendaraan pun tidak sebanyak sekarang. Ketika itu masih banyak pohon sehingga udara lebih segar.

Vino (25), pegawai swasta lainnya, mengungkapkan, risih dengan kondisi di jalan raya Jakarta yang banyak asap. “Udara di Jakarta menjadi semacam monster. Menjadi ketakutan yang kerap muncul, bersliweran, dan mengendap,” ujarnya.

Manajer Kampanye Urban dan Energi Walhi Nasional, Dwi Sawung, sependapat bahwa udara Jakarta tengah tidak sehat. Walhi telah melakukan pemantauan udara Jakarta sejak 90an. Namun, saat itu, menurut Dwi, sumber yang menyebabkan polusi di Jakarta berbeda. Dulu bahan bakar yang digunakan mengandung timbal sehingga menyebabkan emisi tidak sehat. 

Polusi yang disebabkan dari timbal itu bisa masuk ke dalam peredaran darah dan bisa menyebabkan penurunan IQ. Sekarang timbal sudah dilarang dan yang menjadi perhatian adalah partikel atau PM 2,5. 

“Dulu itu yang jadi perhatian kita timbal itu,” tuturnya.

Saat ini, secara visual bisa terlihat polusi udara di Ibu Kota Jakarta. “Orang bisa lihat dari ketinggian seperti di atas flyover saja, kalau kita lihat itu bahwa udara Jakarta itu kayak awan mendung, tapi itu bukan awan, itu polusi. Jelas sekali semua orang bisa lihat dengan kasat mata sekarang itu,” ujarnya kepada VIVAnews, di Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2019.

Kondisi udara di Ibukota DKI Jakarta dengan latar belakang gedung tinggi di JakartaUdara Jakarta

Ada banyak faktor penyebab polusi Jakarta. Sumber polusi dapat dari aktivitas manusia seperti transportasi, industri, hingga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Kemudian dari rumah tangga, misalnya pembakaran sampah. 

Jika dipersentase, transportasi sekitar 48 persen, industri 23 persen, sisanya dari yang lain-lain seperti pembakaran sampah, debu konstruksi, sekitar 10 persen. Selain itu, pertumbuhan industri kendaraan bermotor low cost and green car (LCGC) bertambah banyak, sepeda motor pun meningkat jumlahnya. Kemudian faktor cuaca.  "Kemarau itu juga mempengaruhi," kata Dwi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengakui, sejak musim kemarau udara di Jakarta tidak sehat. Namun, untuk kualitas udara yang berpengaruh terhadap kesehatan hanya 40 persen. Sisanya dari perilaku masyarakat, faktor genetika dan faktor pelayanan kesehatan.

Imbas Polusi

Dampak polusi bagi kesehatan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Di antaranya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma, stroke, hingga ISPA balita. 

Dari catatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, selama periode Januari-Mei 2019, kasus ISPA mencapai 905.270 kasus berdasarkan laporan fasilitas pelayanan kesehatan. Rinciannya, Januari kasus ISPA mencapai 178.501 kasus, Februari 232.403 kasus, Maret 202.034 kasus, April 165.105 kasus, dan Mei 127.227 kasus.

Keluarga pasien menonton debat Calon Presiden putaran keempat di Rumah Sakit Hermina, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu, 30 Maret 2019.Suasana orang berobat di rumah sakit

Untuk mengantisipasi agar tak terjadi lonjakan ISPA, Dwi mengajak masyarakat guna melakukan pencegahan. “Hindari asap rokok, jangan merokok. Jauhkan anak-anak dari asap rokok karena anak-anak dapat berisiko kena serangan asma, ISPA balita, sindrome kematian bayi secara mendadak,” ujarnya.

Adapun selama 2016 hingga 2018, menurut Dwi, kasus ISPA di ibu kota berturut-turut yaitu 1.801 juta kasus, 1.846 juta, dan 1.817 juta kasus.

Sementara itu, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, data penyakit yang berhubungan dengan polusi udara di DKI Jakarta itu ada asma kambuh sebesar 52,7 persen. Kemudian disusul ISPA balita 5,4 persen, stroke 12,2 persen, diabetes melitus lebih dari 15 3,4 persen, dan ISPA 2,7 persen.

Biasanya, menurut dr. Daniel Bramantyo, dokter dari Rumah Sakit Pertamina Jaya, dalam jangka pendek, penyakit yang paling sering terjadi akibat polusi antara lain alergi bagi beberapa orang sensitif terhadap pencemaran udara. Kemudian sesak, batuk, ISPA hingga bronkopneumonia.

Pada beberapa penyakit, menurut dia, bisa disembuhkan. Namun dampaknya untuk kualitas hidup menjadi berkurang. “Aktivitas jadi tidak maksimal dan fisik tubuh pun juga jadi menurun,” tuturnya saat dihubungi VIVAnews. 

Dalam jangka panjang, polusi dapat menyebabkan penyakit, di antaranya kanker paru. “Bisa (menimbulkan kematian) karena itu tadi kanker paru-paru,” ujarnya.

Agar masyarakat terhindar dari penyakit akibat polusi, Daniel menyarankan, untuk menggunakan pelindung tubuh seperti masker saat keluar rumah atau melakukan kegiatan outdoor. Kemudian, jangan membuka ventilasi rumah karena udara luar tidak lebih baik, gunakan air purifier jika ada untuk menetralisasi udara yang ada di sekitar ruangan. 

“Setop rokok untuk mengurangi dampak terhadap diri sendiri juga untuk lingkungan,” katanya.

Orang menggunakan masker.Ilustrasi orang menggunakan masker

Sementara itu, dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah mengambil sejumlah upaya untuk menurunkan polusi. Langkah-langkah itu, menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, membutuhkan kerja sama dari semua pihak. 

Viral Foto Polusi Udara Selimuti Gedung Pencakar Langit Jakarta Selasa Pagi Ini

“Karena kualitas udara di Jakarta bukan saja ditentukan oleh kegiatan pemerintahan, tapi juga oleh kegiatan ekonomi, kegiatan rumah tangga,” ujar Anies.

Lantaran itu, hal-hal yang akan diregulasi menyangkut pemerintah maupun komponen masyarakat. Pertama, mendorong lebih banyak lagi masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum massal.  

Ahli Kesehatan Soroti Urgensi Penanganan Polusi Udara di Indonesia

Kemudian, mendorong penggunaan kendaraan bebas emisi, mulai dari sepeda sampai kendaraan listrik. Ketiga, memfasilitasi penambahan jalur-jalur untuk pejalan kaki.

Mulai tahun ini, tidak ada lagi angkutan umum beroperasi di Jakarta yang berusia di atas 10 tahun dan tidak lulus uji emisi. Aturan itu akan diketatkan pada 2020. “Artinya, tahun ini adalah tahun terakhir di mana  kendaraan usia lebih dari 10 tahun secara umum bisa beroperasi di Jakarta,” kata mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Tips Merawat Kulit di Tengah Polusi Udara, Salah Satunya Pilih Skincare dengan Bahan Ini

Kendaraan pribadi juga akan mengalami hal yang sama, tetapi pada 2025. Masyarakat masih punya waktu enam tahun untuk  bersiap, kendaraan yang bisa beroperasi di Jakarta hanya kendaraan yang usianya di bawah 10 tahun.

Tak hanya itu, Pemprov DKI Jakarta juga melakukan perluasan rute-rute aturan pembatasan kendaraan berdasarkan pelat nomor ganjil genap. Juga ada rencana untuk menaikkan tarif parkir secara drastis, terutama di kawasan-kawasan yang sudah terlayani angkutan umum massal dengan baik. (art)

Ilustrasi serangan jantung

Termasuk Polusi Udara, Ini 10 Penyebab Penyakit Jantung yang Perlu Diketahui

Penyakit jantung menjadi salah satu masalah kesehatan utama di dunia, menyebabkan jutaan kematian setiap tahunnya.

img_title
VIVA.co.id
31 Maret 2024