SOROT 589

Muslihat Kerajaan Abal - abal

Raja Keraton Agung Sejagat, Toto Susanto dan permaisurinya, Fanni Aminadia.
Sumber :
  • VIVAnews/Dwi Royanto

VIVA – Raut ekspresi penyesalan tampak di wajah Teguh (46), seorang mantan pengikut Keraton Agung Sejagat (KAS) yang belakangan ramai diperbincangkan publik. Sore itu, matanya menerawang jauh. Ia tampak lesu mengingat pengalaman pahit menjadi korban penipuan si Raja dan Ratu palsu KAS yakni Toto Santoso (42) dan Fanni Aminadia (41) di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Kilas Balik Perjalanan Hidup Lord Rangga, Dikenal Berkat Jadi Petinggi Sunda Empire

Warga Desa Kedung Kamal, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo itu mengaku sangat terpukul dan malu karena harus terseret kasus dan sempat diperiksa polisi. Bahkan ia sempat dirundung stres berat terkait stigma masyarakat yang menganggap dirinya menjadi pengikut orang gila. Itu karena dia tergiur akan iming-iming pangkat dan harta.

"Saya terbebani, apalagi ditambah saya menjadi korban penipuan. Mau nggak mau, ikhlas nggak ikhlas saya harus terpaksa merelakan uang yang saya berikan pada KAS," ujar Teguh kepada VIVAnews, Rabu 22 Januari 2020.

Harta Berjalan Lord Rangga Sunda Empire, dan Pemilik Mobil Toyota Tak Perlu Risau

Kirab Keraton Agung sejagatKirab Keraton Agung Sejagat

Lebih dari Rp10 juta uang yang telah dikeluarkan Teguh selama mengikuti KAS sejak ia bergabung pada tahun 2018 silam. Dalam jangka waktu sekitar dua tahun tersebut, awalnya ia tergiur dengan gaji bulanan yang besar.

Sebelum Meninggal, Lord Rangga Beri Pesan ke Calon Presiden 2024

"Ya awal ketertarikan karena ajakan teman, tapi saya tidak mau menyebutkan siapa dia. Saya dikenalkan ke Toto dan Fanni, meyakinkan cara bicaranya," ujarnya menjelaskan.

Toto sebagai raja KAS pernah mengatakan pada Teguh bahwa dengan membayar sejumlah uang, dirinya bisa mendapatkan gelar punggawa keraton berbintang tiga di istana. Ia juga diiming-imingi bakal mendapatkan gaji dalam nominal besar dalam bentuk mata uang dollar Amerika Serikat.

Menurut Teguh, sebelum KAS mendeklarasikan diri pada tanggal 10 Januari 2020, kegiatan KAS sudah ada sejak tahun 2018. Kegiatan tersebut di antaranya kirab budaya di Gunung Tidar, Magelang, kemudian ada penobatan raja dan ratu di daerah dataran tinggi Dieng, Wonosobo pada bulan Juni 2019.

"Mulai aktifitas di Purworejo sekitar bulan Agustus 2019. Ya kita sering ada ritual, seperti ada peresmian batu prasasti hingga ritual penyucian diri, pokoknya ya kegiatannya itu seputar ritual-ritual kerajaan, itu masih tahap wajar bagi saya kayak ritual-ritual Jawa pada umumnya," ujarnya.

Keanehan dan kejanggalan KAS muncul setelah ia dan pengikut lainnya dijanjikan ada pencairan uang saat tanggal 10-12 Januari 2020 kemarin. Namun bukannya uang atau benda berharga lainnya, justru ia disuruh mengenakan seragam KAS komplit untuk acara Wilujengan dan Kirab Budaya.

"Ya kan saya berangkat saja waktu itu karena ada janji pencairan gaji, tapi kami malah disuruh ikut menjadi prajurit saat Wilujengan dan Kirab budaya. Di sana juga ada dideklarasikan berdirinya KAS," ujar Teguh.

Raja Keraton Agung Sejagat, Toto Susanto dan permaisurinya, Fanni Aminadia.Keraton Agung Sejagat

Hal serupa juga dialami mantan pengikut lainnya, Setyono Eko Pratolo. Pria berusia 58 tahun yang berprofesi sebagai perangkat desa Pogung Jurutengah itu merasa menjadi korban tipu-tipu KAS. Ia bahkan mengaku sempat stres karena terbebani embel-embel pengikut KAS. Apalagi  sering dihubungi oleh kerabat dari luar daerah serta para jurnalis yang tak pernah absen ingin mewancarainya.

"Saya sangat susah untuk tidur dan malu untuk keluar rumah. Saya juga sempat stres apabila perilaku saya ini akan terus diingat oleh lingkungan sekitar, termasuk teman-teman saya di jajaran Pemerintah Desa Pogung Jurutengah," ujar Eko.

Eko secara gamblang menyatakan bahwa dirinya adalah korban tipu-tipu. Uang sebesar Rp8,7 juta harus hilang untuk membayar iuran KAS. Salah satunya harus membayar seragam kebesaran senilai Rp3 juta, serta membayar gelar kepangkatan yang didapat disesuaikan dengan nilai uang yang disetorkan. 

Apalagi istri Eko, Muntahana (50), kata dia, selama ini tidak menyetujui keinginan Eko bergabung dalam KAS. Terlebih lagi dengan kewajiban membayar uang. Namun, karena berkeinginan kuat untuk bergabung, Eko terus memaksa istrinya untuk berutang.

"Saat ini ya saya harus menanggung utang sebesar Rp2,5 juta. Sebab waktu itu saya benar-benar tergiur dengan semakin tinggi pangkatnya semakin tinggi uang iurannya, semakin gede juga penghasilannya," tutur Eko. 

Muncul Sejak Lama

Kepala Desa Pogung Jurutengah, Slamet Purwadi mengatakan keberadaan Keraton Agung Sejagat di wilayahnya sudah cukup lama. Namun, baru tanggal 10  Januari 2020 kemarin, mereka mendeklarasikan diri secara terang-terangan. ”Itu KAS sudah tahunan di desa kami. Sekitar tahun 2009-2010 sudah beraktifitas di sini (Desa Pogung Jurutengah)," ujar Slamet.

Awalnya Slamet mengira kalau KAS tersebut seperti organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hal tersebut dilihat saat ada acara pada bulan Agustus 2019  diadakan pertemuan, acara tersebut mengatasnamakan Laskar Merah Putih.

Kala itu, ketika acara berlangsung menuai keanehan. Slamet menceritakan saat itu pakaian yang dikenakan oleh peserta tak lazim. Mereka mengenakan pakaian ala kerajaan. "Pesertanya banyak ada 300 an orang. Tapi pakaiannya enggak lazim. Itu baru awal mula kami merasa heran dengan adanya kegiatan tersebut," ujarnya.

Batu prasasti yang dibuat Keraton Agung Sejagat.Batu prasasti yang dibuat KAS 

Keanehan lain muncul, pada bulan Oktober 2019, KAS mendatangkan sebuah batu cukup besar dari tetangga kecamatan. Saat batu tersebut sampai di lokasi ada semacam ritual-ritual. Kemudian disusul pada tanggal 29 Desember 2019, ada peresmian keraton serta puncaknya tanggal 10-12 Januari 2020.

Menurut Slamet, saat ada ritual-ritual tersebutlah warga sudah mulai resah. Slamet sering mendapatkan keluhan dari warga yang pemukimannya dekat dengan markas KAS. "Warga mulai resah karena sering ada ritual disitu apalagi sampai ada bau kemenyan yang menyengat. Itu membuat warga takut, juga anak-anak merasa takut," tuturnya. 

Terkait izin kegiatan, KAS sering memberikan surat pemberitahuan ke pemerintah desa. Namun bukan bentuk izin kegiatan, mereka hanya melakukan komunikasi dan meminta surat pengantar keramaian. Kemudian untuk surat izin kegiatan KAS sering meminta izin ke Polres Purworejo, namun pihak Polres tak pernah menerbitkan izin untuk kegiatan KAS.

"Kalau ditanya soal kegiatannya apa, mereka ya hanya menjawab kegiatan-kegiatan tersebut hanya pertemuan lintas budaya dan karnaval. Kami memaklumi saat itu."

Kerajaan Baru di Abad Milenial

Menurut klaim Toto dan Fanni, Kerajaan Agung Sejagat muncul karena perjanjian yang dibuat antara Portugis dan Majapahit pada 500 tahun lalu telah berakhir. Menurut mereka, perjanjian yang dibuat pada tahun 1518 itu diteken oleh penguasa Majapahit, Prabhu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, dengan Portugis sebagai wakil orang barat.

Perjanjian berakhir tahun lalu, artinya dominasi barat dalam mengontrol dunia, yang saat ini dipimpin oleh Amerika Serikat juga berakhir. Maka kekuasaan tertinggi harus dikembalikan pada penerus Majapahit, yaitu Keraton Agung Sejagat. Toto mengklaim kerajaannya menguasai seluruh dunia. Lembaga internasional, termasuk PBB, adalah kelengkapan kerajaan.

Toto Santoso, pria yang mengklaim sebagai Raja Keraton Agung Sejagat.Toto Santoso

Terungkapnya Keraton Agung Sejagat seolah menjadi pemicu. Satu per satu kerajaan baru muncul ke publik. Salah satunya adalah Sunda Empire, yang didirikan oleh Rangga Sasana. Mirip Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire juga mengklaim menguasai dunia.

"Sunda Empire berdiri dirintis oleh Alexander The Great dari tahun 324 sebelum masehi diteruskan oleh Depawarman, kemudian oleh Tarumanegara, diteruskan ke Prabu Siliwangi dalam hal ini Padjajaran. Maka Dinasti Padjajaran itu lah yang mulai dan diteruskan lagi hingga kini," ujar Rangga kepada VIVAnews.

Rangga juga mengatakan, Sunda Empire memiliki satu tujuan yaitu kesadaran atas umat dan menyatukan seluruh umat dalam tatanan bumi, juga menyejahterakan seluruh umat tanpa terkecuali. Sunda Empire juga bertujuan untuk menciptakan perdamaian dunia sesegera mungkin. Menurut Rangga, fase 75 tahun akan berakhir, dan pada tanggal 15 Agustus 2020 kita memasuki fase dunia ketiga. Pada fase dunia ketiga, tidak boleh ada perang, tidak ada senjata yang bunyi, tidak ada lagi nuklir yang diledakkan.

"Hanya Sunda Empire yang bisa menghentikan perang mereka," ujar Rangga penuh keyakinan.

Rangga juga menjelaskan, lokasi kerajaan ini ada di seluruh bumi karena anggotanya adalah negara dan pemerintahan yang sekarang berdiri, termasuk Jepang dan Inggris. Sunda Empire juga mengatur seluruh tatanan bumi dan mengklaim seluruh lembaga yang ada di dunia berada di bawah kekuasaan mereka, termasuk PBB, Bank Dunia, dan Mahkamah Internasional.

Petinggi Sunda Empire Raden Rangga SasanaRangga Sasana

Ia menegaskan, bahwa kerajaan Sunda Empire bukanlah kekaisaran Sunda, tapi kekaisaran matahari, makanya menguasai seluruh bumi. Ia mempersilakan jika ada golongan atau pemerintahan yang tidak pas atau tidak menyukai Sunda Empire, mereka boleh hengkang dari bumi. "Sebab, artinya mereka mengkhianati ibunya. Karena bumi adalah ibu kandung kita. Makanya kekaisaran ini adalah pemilik bumi tadi," ujarnya menegaskan.

Kerajaan lain yang ikut muncul adalah Kesultanan Selacau Tunggul Rahayu. Kerajaan ini dipimpin oleh Ketua Majelis Tinggi Kesultanan Selacau, Bambang Utomo. Namun Bambang mengaku dirinya bukan raja, melainkan penerus pelestarian cagar budaya Kesultanan Selacau.

"Kalau masalah raja dan sultan biar masyarakat yang menentukan. Kalau kesultanan Selacau Tunggul Rahayu itu berdiri tahun 1548-1589 Masehi, hanya 40 tahun. Setelah itu karena terjadinya kudeta ke Padjadjaran yang terjadi penguasaan, saat itu berdirinya para kekuasaan Mataram dan Cirebon. Jadi wilayah kami ini sempat mengadakan perjanjian dengan Sultan Agung bahwa wilayah Pamijahan dijadikan Daerah Istimewa oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, dari situ kami hanya mengurus cagar budayanya saja makam-makam leluhur," ujar Bambang kepada VIVAnews.

Bambang Utomo, Ketua Majelis Tinggi Kesultanan Selacau.Bambang Utomo

Lokasi cagar budaya yang diklaim Bambang adalah di Kampung Nagara Tengah, Desa Cibungur, Kecamatan Parung Ponteng, Kabupaten Tasikmalaya. Agar tidak mengundang fitnah tapi bisa tetap aktif merawat cagar budaya, Kesultanan Selacau sudah mendaftarkan lembaganya ke Kemenkumham.

"Karena kami ingin perlindungan hukum takutnya jadi fitnah, kami bikin akta notaris cagar budaya Kesultanan Selacau Tunggul Rahayu. Jadi, aktanya ini ada di pembuatnya Heri Hendriyana di Kota Tasikmalaya. Dalam hal ini, saya ini bukan seorang raja tapi pelestari sejarah Kesultanan Selacau Tunggul Rahayu, kalau raja itu di Cirebon, Demak. Kalau kami pengurus cagar budaya sesuai akta yang ada," ujarnya menegaskan.

Modus Operandi dan Motif Ekonomi

Munculnya sejumlah kerajaan baru ini menimbulkan keresahan publik. Terbongkarnya Keraton Agung Sejagat tak lepas dari keresahan warga yang tinggal di sekitar aktivitas 'keraton' yang merasa aneh dan tak bisa terima dengan kegiatan mereka.

Karo Penmas DivHumas Polri, Brigjen Pol Argo Yuwono mengatakan, untuk kasus Keraton Agung Sejagat, Toto dan Fanni sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat pasal 378 tentang penipuan. Kasusnya ditangani oleh Polda Jawa Tengah. Tapi Argo memastikan bahwa motif pelaku adalah ekonomi. Bagi Argo, hal sederhana yang bisa disangkakan pada para pendiri kerajaan baru tersebut adalah jika aktivitas mereka sudah merugikan publik, atau merugikan negara, maka polisi akan menindaknya. Sejauh ini, polisi memastikan bahwa kondisi kejiwaan Toto dan Fanni sehat. Artinya mereka melakukan aktivitasnya dengan kesadaran penuh, bukan karena ada gangguan kejiwaan.

Sosiolog serta Direktur Program dan Riset The Habibie Centre, Hasan Ansori, mengatakan secara sosiologis hal seperti itu seringkali bergandengan antara aspek-aspek persoalan sosial ekonomi yang bertemu dengan memori sejarah.

"Jadi kondisi riil yang men-drive orang munculnya keraton seperti itu adalah persoalan paling mendasar persoalan sosial ekonomi. yaitu kemiskinan, lack of education, kualitas pendidikan yang berkurang, kemudian aspek berbagai fasilitas sosial ekonomi yang berkurang," ujarnya.

Sendang Keraton Agung SejagatSendang Keraton Agung Sejagat

Sebagai sosiolog, Hasan Anshori melihat berdirinya kerajaan dengan ratusan pengikut itu tak bisa dihilangkan dari kondisi sosial ekonomi masyarakat, Hal semacam itu laku dijual di tempat-tempat dengan kondisi masyarakat yang termarjinalisasi, terbelakang, terisolir diikuti dengan pendidikan yang rendah. Ia merujuk para pengikut kerajaan yang kebanyakan berasal dari kelompok menengah ke bawah.

"Dalam kondisi masyarakat yang seperti itu, orang-orang seperti itu Toto yang masuk dengan menciptakan dan menawarkan janji-janji penyelamatan atau salvation, maka dia seakan-akan datang ingin melihatkan sebagai seorang penyelamat," ujar Hasan.

Hal senada disampaikan Rissawan Lubis. Sosiolog ini juga mengakui, motif ekonomi menjadi alasan mengapa banyak orang memunculkan kerajaan baru dan berhasil mendapatkan pengikut. "Orang  semacam Toto melihat celah untuk menipu, maka dia melakukan itu," ujarnya.

Baik Rissawan maupun Hasan Anshori menolak faktor kejiwaan berpengaruh dalam kasus ini. Menurut keduanya, Toto adalah orang yang sehat jasmani dan rohani. Dalam kasus Kesultanan Agung Sejagat, pasangan Toto dan Fanni justru saling melengkapi. Idenya adalah Toto, tapi manajer dan sutradaranya adalah Fanni, sang ratu.

Rissawan melihat celah yang dimanfaatkan oleh para pendiri kerajaan baru adalah karena lemahnya catatan sejarah negeri ini. Ada dua hal yang menurut Rissawan menjadi celah. Pertama, tidak ada catatan sejarah yang fix, yang dikeluarkan oleh negara sebagai otoritas, yang menyebutkan bahwa catatan sejarah tentang kerajaan tertentu itu apa saja. Kedua adalah korban atau pengikut yang percaya dengan cerita kerajaan yang berkuasa seperti yang disampaikan oleh pelaku.

Pengalihan Isu

Hasan Anshori menolak bahwa kerajaan-kerajaan yang muncul adalah pengalihan isu dari permasalahan negara yang lebih besar yang saat ini sedang dihadapi. "Saya kira terlalu jauh untuk mengaitkannya ke sana. Sebab kita harus punya bukti yang valid yang menunjukkan memang ini ada kaitannya dengan upaya pengalihan isu." ujar Hasan.

Sementara Rissawan membuka opini tersebut. "Bisa jadi, saya bilang bisa jadi seperti itu. Tapi kan harus dibuktikan. Tapi kalau menurut saya permasalahannya bukan masalah korban, bukan masalah fenomenanya. tapi masalah tanggung jawab negara," ujar Rissawan. 

Meski demikian Rissawan mengakui jika memang isu kerajaan digunakan untuk menghilangkan isu yang lain, jelas tidak sebanding. Sebab kehilangan materi yang terjadi akibat kerajaan hanya senilai miliaran, sementara kasus Jiwasraya atau Asabri kehilangannya mencapai ratusan miliar.

Roy Suryo laporkan Sunda Empire ke polisiRoy Suryo melaporkan Sunda Empire ke polisi

Politisi Parta Demokrat yang juga anggota Forum Keraton Seluruh Nusantara (FKSN), Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Roy Suryo Notodiprojo curiga, munculnya kerajaan baru yang berbarengan saat ini sebagai sebuah upaya pengalihan isu besar yang saat ini sedang ramai. Ia mencontohkan kasus Asabri, Jiwasraya dan KPK sebagai kasus besar yang sedang menyita perhatian publik.

"Karena saya melihatnya ini tidak hanya satu kerajaan saja yang muncul secara tiba-tiba belakangan ini. Mungkin kalau yang muncul hanya  Keraton Sejagat yang ada Purworejo, satu itu saja yang muncul mungkin okelah bisa dikatakan itu memiliki motif kriminal atau ekonomi semata. Tapi kan belakangan muncul juga kerajaan-kerajaan yang lain. Kemudian misalkan seperti Sunda Empire, itu kan katanya sejak tahun 2004, kemudian Selacau juga itu kan sudah cukup lama juga," ujarnya.

Roy Suryo juga mempertanyakan BIN yang mengaku sudah mendeteksi sejak lama, tapi tidak memproteksi. "Artinya ada sesuatu dan saya harus katakan seperti itu, karena perhatian orang itu kan tidak mungkin bisa fokus kalau banyak sekali persoalan. Dan saya melihat bahwa persoalan ini seperti dimunculkan-dimunculkan. Makanya saya juga mendukung penuh apa yang disampaikan Prof Salim Said juga, yang menyatakan harus dicari siapa dalang di balik ini semua," ujar Roy menegaskan.

Ketua Umum Forum Keraton Seluruh Nusantara (FKSN), Sultan Kasepuhan XIV PRA. Arief Natadiningrat mengaku prihatin dengan kemunculan kerajaan-kerajaan baru ini. Sebab, hal itu tersebut merupakan krisis budaya dan juga krisis sosial, dan mungkin juga krisis kemanusiaan. Sebab, menurut Arief, pembicaraannya terlalu jauh menyimpang dari realita yang ada.

"Padahal kondisi kita ini sekarang sudah sangat berat dalam melestarikan adat, menjaga tradisi, pusaka dan budaya yang ada di keraton-keraton seluruh Indonesia ini. Dan dengan ditambahnya muncul kerajaan-kerajaan yang baru-baru ini, sehingga masyarakat atau mungkin juga sebagian dari tokoh-tokoh pejabat atau tokoh yang lainnya melihat bahwa keraton-keraton yang benar-benar ada dan memang peninggalan raja-raja di seluruh Nusantara ini disamakan dengan keraton-keraton yang baru muncul ini," ujarnya.

Arief Natadiningrat berharap, pemerintah bertindak tegas terhadap hal-hal seperti ini, agar kegiatan melestarikan adat, menjaga tradisi, pusaka dan budaya yang sudah dilakukan oleh berbagai keraton di seluruh Indonesia bisa tetap berjalan tanpa ada kisah kerajaan abal-abal.

Teguh mengaku bersyukur dengan penangkapan Toto dan Fanni serta terkuaknya tipu muslihat keduanya. Ia berharap, aparat memberikan hukuman setimpal kepada dua tokoh kerajaan abal-abal yang banyak menipu warga tersebut.

"Saya bersyukur dan sangat terima kasih kepada jajaran Kepolisian karena telah menangkap dan membongkar kedok pimpinan KAS," ujar pria yang kesehariannya menjadi penjual es dawet ini menutup wawancara. [mus]

Baca Juga

Nasib Keraton 'Pelat Merah'

Kerajaan Resmi Vs Kerajaan Abal Abal

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya