SOROT EDISI 71

Hipnotis Anand Krishna

VIVAnews - Musik itu mengalun sayup. Kadang terdengar, kadang senyap. Pelan. Lembut. Inilah instrumen musik khas India, negeri yang dipercaya sebagai asal muasal para dewa. Aroma dupa dan rupa-rupa wewangian herbal aromatik menusuk hidung.

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho ke Dewas, Ada Apa?

Di ruangan itu tidak ada lampu yang benderang. Cuma temaran dari lampu-lampu kecil. Dipasangi Air Conditioner (AC), hawa terasa begitu sejuk. Alunan musik, aroma herbal, suasana yang sejuk dengan lampu temaram itu, bisa membuat  orang mudah terlelap.

Inilah L’Ayurveda, sebuah ruangan di pusat spa dan meditasi Yayasan Anand Ashram, di kawasan pertokoan D’Best Fatmawati, di Jakarta Selatan. VIVAnews yang masuk ke sana, Kamis 18 Februari 2010, merasakan betapa sejuk dan damainya suasana.

Di Tengah Pertempuran Rusia-Ukraina, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditangkap Karena Terima Suap

Yayasan Anand Ashram itu milik Anand Krishna, tokoh karismatis yang belakangan ini jadi berita, justru karena hal-hal yang bertentangan dengan kata dan ajarannya. Anand dituduh melakukan pelecehan seksual.

Adalah Tara, seorang bekas muridnya, yang membuka kisah itu ke publik dan menyeret sang guru ke polisi. Dan setelah kesaksian Tara itu, sejumlah mantan muridnya juga turut membuka kisah serupa. Dan segala jenis praktek yang berlangsung dalam yayasan Anand Ashram.

Hasil Pertandingan Persik Kediri Vs PSS Sleman, 8 Gol dan 1 Kartu Merah

Anand Ashram itu berdiri di sejumlah kota di Indonesia. Menjadi pusat kesehatan holistik dan meditasi. Selain membuka sejumlah tempat meditasi, Anand juga mengajari pengikutnya lewat buku.

Buku-buku itu  dipasarkan di sejumlah toko, juga lewat Yayasan Anand Ashram. Di ruangan di Jakarta Selatan itu, misalnya, tampak belasan buku karangan Anand Krishna. Buku-buku itu dipajang di atas meja.

Selain buku, yayasan itu menjual sejumlah patung. Di sisi kiri ruangan di Fatmawati itu, misalnya, berdiri rak panjang setinggi 3 meter. Di situ dipajang beberapa patung dengan rupa-rupa jenis dan ukuran.

Patung-patung itu dilabeli harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Di sisi kanan ruang tersedia meja panjang ala bar dan beberapa kursi tanpa sandaran.

Di lantai dua, terdapat ruang terapi dan pantry. Ruang terapi itu dibagi tiga. Masing-masing berukuran 3,5 x 4 meter. Tiap ruang ada ranjang seprai putih. Ada meja dengan pajangan patung mini. Ada juga lemari kecil. Di lantai ini pula, ada kamar khusus Anand Krishna.

Di basement, ada ruang meditasi dan yoga. Luasnya 5x5 meter. Ruang meditasi ini dihiasi simbol banyak agama. Ada salib, kaligrafi dan ada pula patung dewa. Ada pemutar compact disc musik meditasi, juga bantal-bantal alas duduk.

Yang paling memukau adalah sebuah patung yang berdiri tegak.  Patung itu berupa tiga bongkah batu berbentuk lonjong panjang seperti kelamin pria. Batu yang  di tengah setinggi 2,5 meter. Dua batu di kanan dan kiri berukuran separohnya.

“Itu adalah patung lingga,” ujar Sumidah, salah seorang mantan murid Anand. Sepuluh tahun mengabdi di Anand Krishna, Sumidah paham betul bahwa patung itu memang menyedot perhatian banyak orang.

Bersama suaminya yang bernama Candra, Sumidah cukup lama bekerja di L’Ayurveda, Fatmawati itu. Sehari-hari dia bertugas membersihkan 'lingga,' kamar dan toilet. Pasangan suami istri itu sudah keluar dari yayasan itu dan bersama Tara, mereka melaporkan Anand ke polisi.

Beragam jenis patung, beragam simbol agama, alunan musik instrumen khas India, suara gemerincing air, bau wewangian aroma terapi, serta ruang meditasi adalah ciri khas tempat pengobatan dan pengajaran Anand Krishna.

Suasana seperti di Fatmawati itu  juga terasa di padepokan Sunter Jakarta Utara, desa Gunung Geulis di Bogor, Jawa Barat hingga di tempat meditas di Kuta, Bali.

Dalam suasana  tenang dan sejuk seperti itu, ratusan murid Anand Krishna belajar mengelola stress dan keluar dari aneka kemelut jiwa. Maklum, orang-orang yang datang ke yayasan Anand Ashram itu punya rupa-rupa keluhan--dari stress ringan hingga berat, bahkan banyak yang depresi dan hampir bunuh diri.

Tamu dan murid yayasan ini datang dari beragam profesi. Dari orang biasa, pecandu narkoba, dokter, eksekutif, artis hingga tokoh masyarakat.

Stress adalah sampah dalam diri kita, seperti gelisah, marah, benci, hingga depresi,” ujar fasilitator Anand Krishna Center di Bali, dr. Wayan Sayoga. Dengan mengikuti program dan ajaran Anand Krishna yang punya semboyan 'love, peace, and harmony,' mereka bisa melenyapkan stress dan lebih berdaya.  

Menurut Wayan Sayoga, ajaran Anand Krishna ini memetik nilai universal semua agama. Seperti bersikap adil, sabar dan cinta kasih. Ada lima latihan yang dijalankan, yaitu mengelola fisik, emosi, mental, intelektual, serta intelegensia.

Jadwal kegiatan berbeda-beda. Di Jakarta misalnya, ada kelas tiga kali seminggu mulai pukul 21.00 WIB. Di Bali, ada kelas meditasi setiap Selasa pukul 19.00 Wita. Setiap Sabtu, dua pekan sekali juga digelar open house bagi pendatang baru.

Kegiatan yang berlangsung sejak 1991, diakui sejumlah muridnya memberi dampak positif. Salah satunya dirasakan oleh Ayu Mayani (30). Ayu mengaku bahwa sebelumnya dia seorang  pendiam dan tidak percaya diri. Tapi sekarang dia berani memandu acara di hadapan banyak orang. “Ini perubahan luar biasa," tegas Ayu kepada VIVAnews.

Memang harus diakui bahwa ribuan orang tertolong dengan program 'cinta kasih' Anand Krishna itu. Pengikut dan pemujanya bertebaran di sejumlah kota dan desa. Baik di Jawa, Sumatra hingga Bali.

Program pengajaran dan pelatihan juga berjalan rutin. Anand dipuji sebagai tokoh perdamaian dunia dan cinta Tanah Air. Buku-buku karangannya juga dicari banyak orang di berbagai negara.

Lalu datanglah Tara dan Sumidah. Yang membuka sisi gelap sang guru. Mereka menuduh Anand telah melakukan pelecehan seksual.  Dan bukan cuma dua perempuan itu, lima korban lain akan membuka suara.  

Para wanita yang mengaku telah dilecehkan secara seksual oleh Anand itu, melapor ke Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Jumat 12 Februari 2010. Tara dan Sumidah, blak-blakan bicara ke khayalak ramai tentang modus pelecahan seksual yang dilakukan Anand.

Desti Murdijana, anggota Komnas Perempuan, mendesak polisi mengusut tuntas kasus ini. Desti menambahkan bahwa  kasus pelecehan seksual yang dialami perempuan seperti Tara dan Sumaidah itu, juga menimpa banyak wanita.  Para pelaku biasanya tokoh masyarakat.

Komnas Perempuan meminta Tara dan Sumidah melapor ke polisi “Agar ini diusut, kami minta dilaporkan kepada polisi,” ujar Desti. Mengikuti saran Komnas Perempuan, mereka melapor ke Polda Metro Jaya.

Dan, Anand Krishna tampaknya bakal dihujani “pukulan” beruntun dari para mantan pengikutnya. Dari penelusuran VIVAnews,  banyak mantan muridnya yang mengaku sebagai korban segera bergabung dengan Tara dan Sumidah. Bukan cuma eksploitasi seks, tetapi  ada juga yang mengaku telah dieksploitasi tenaga dan hartanya.

Salah satunya adalah Demi Baruno, seorang eksekutif Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di DKI Jakarta. Hebatnya, walau Demi seorang eksekutif, dia rela dan ikhlas menjadi sopir pribadi Anand Krishna.

Dia menjadi pengikut “guruji” sejak 1997 - 2005 setelah terpesona membaca buku-buku Anand Krishna. Dia rela pekerjaannya di BUMD konstruksi berantakan demi mengejar mimpi sebagai orang pilihan Anand.

“Dulu saya bangga sekali terpilih jadi sopir pribadi Anand. Bahkan, saya seperti kerbau dicocok hidungnya, siap mati memenuhi titah sang guru,” kata Demi. Suatu ketika, saat mendengar Padepokan Gunung Geulis di Bogor dikepung massa, Demi dengan cepat bergegas ke sana. Dia sigap menjaga tempat itu.

Sampai suatu ketika di tahun  2005, Demi melihat perilaku Anand yang tidak sesuai dengan ajarannya. “Merasa tertipu harta dan tenaga, akhirnya saya keluar.”

Para korban mengungkap lika-liku bagaimana ajaran Anand itu bisa membuat mereka terlena. Eksploitasi, kata mereka, biasanya dilakukan terhadap pengikut yang sudah masuk ke lingkaran dalam. Mereka yang masuk lingkaran dalam itu disebut Kelas Athisa.

Untuk mencapai kelas tertinggi ini bukan pekerjaan gampang. Ada sembilan tingkat yang harus dilewati. Yang lolos cuma orang-orang terpilih. Pada 2005 yang masuk kelas ini  sekitar 70-an orang. Dari jumlah itu, 12 orang masuk di lingkaran paling dalam.

Untuk menuju kelas itu, mereka harus melalui proses pembersihan. Pada tahap awal, di kelas 1 dan 2, pelajaran lebih banyak seputar  membuang “sampah” di pikiran. Di sini dikenal ajaran neo zen reiki. Saat bermeditasi mereka mengucapkan kata: “Siapa aku, siapa aku, siapa aku, ...” secara terus menerus dan berulang-ulang, hingga tak ada lagi keraguan tentang “siapa aku”.

Pada kelas Athisa, ajaran bakti kepada sang guru sudah jauh lebih mendalam dan intensif. Diiringi instrumen musik India, ruangan gelap, aroma dupa, meditasi digelar plus penetrasi mantra yang kian menusuk jiwa.

Sembari olah nafas, ditanamkan ajaran-ajaran seperti, “Lepaskan konsep lama, lepas ketergantungan pada orang tua, bayangkan jiwa melayang, bayangkan ada saya. Ini guru, Tuhan yang berwujud di hadapanmu ....,” ujar seorang murid yang pernah menjadi pemuja setia Anand Krishna.

Di level ini pula, mereka diperkenalkan ajaran hubungan dengan Tuhan lewat seks yang dikenal dengan 'Kriya Yoga'. Ajaran utama yang ditonjolkan adalah pengenalan Krishna sebagai tokoh karismatik dan 'Tuhan' yang dikagumi banyak wanita yang disebut gopi-gopi. Jumlah gopi 156, umumnya wanita bersuami.

“Di antara gopi-gopi, ada satu gopi setia yang dipilih mendampingi Krishna bernama Radha," kata Titi, seorang korban lainnya.

Pada tahap pendekatan diri kepada Tuhan ini, para murid sudah berserah total. Mereka rela sepenuh hati menyerahkan jiwa raga kepada sang guru; bagaikan robot yang remote control-nya dipegang sang guru. Pada fase ini, para wanita berlomba dekat.

Seperti dituturkan Tara, kendati mengaku baru tahap diraba-raba, dia merasa menjadi gopi yang cinta mati kepada Anand Krishna. Bahkan, dia berontak dan ingin bunuh diri ketika ibunya memisahkan dirinya dari Anand.” Ke mana-mana dia selalu memegang patung kecil dan gelang hadiah dari Anand.

Begitu pula dengan Sumidah, pemijat Anand yang juga mengaku pernah digerayangi dan selalu terbayang Anand saat berhubungan intim dengan suaminya, Chandra. Sumidah juga sering melihat asisten keluar dari kamar Anand Krishna menuju kamar mandi. Saat membersihkan kamar mandi, dia menemukan tissue basah yang berbau sperma.

Sebagai bakti kepada guru, Maya Safira Muchtar, orang kepercayaan Anand, juga sampai menulis buku yang menunjukkan betapa kesetiaanya sudah demikian tinggi. Judul buku karangan Maya yang beredar di kalangan pengikut, menurut Demi Baruno yang juga pernah sangat dekat dengan Maya adalah “Kupenggal Kepalaku dan Kuserahkan kepada Guru.”

Sikap setia mati itu, juga membuat mereka yang berada di lingkaran dalam itu, rela bercerai dari istri atau suami mereka. Demi Baruno sesungguhnya termasuk yang nyaris bercerai dengan istrinya, namun dia terburu sadar dan keluar dari kelompok ini. “Ada juga teman saya yang hampir cerai, tapi cepat-cepat keluar,” katanya. Dari 12 orang yang berada di lingkaran dalam, sebanyak 7 orang sudah hengkang.
            

Untuk mengobati para korban yang terhipnotis sedemikian dalam itu tidaklah mudah. Tara Laksmi yang dipaksa pisah dari Anand, harus dicengkram tiga orang anggota keluarganya saat dibawa ke psikiater Dewi Yogo Pratomo. “Dia selalu berontak, ingin kabur, mimik muka mirip zombie, tatapan mata kosong, badan kaku, dan anti sosial,” kata Dewi Yogo, Kamis, 18 Februari.  

Setelah melalui pengobatan selama 45 kali dalam empat bulan, Tara sudah sembuh total, meski masih ada trauma. Dewi Yogo heran dengan tudingan kelompok Anand yang menyatakan Tara bohong. “Saya jadi psikiater hipnoterapi sudah 20 tahun dan sudah mengobati ratusan orang, tahu mana yang bohong dan jujur. Tara adalah gadis yang polos dan jujur,” katanya. Bahkan, Dewi mengingatkan bukan cuma menyembuhkan Tara, tetapi juga tujuh korban Anand lainnya.

Keyakinan atas pernyataan Tara juga disampaikan pembaca yang mengaku sebagai mantan guru Tara. Dalam pernyataan dukungannya, guru ini mengatakan Tara adalah anak yang normal, tidak sakit jiwa, cerdas dan patuh pada orang tua.


Atas berbagai cerita miring itu, Anand Krishna yang mengaku sempat kaget jelas-jelas membantahnya. Dalam wawancara dengan VIVanews dan dua televisi swasta di Bali pada Sabtu, 13 Februari 2010, dengan tenang dan tertawa dia membantah semua tudingan pelecehan seksual tersebut. “Semua tuduhan itu tidak benar,” kata dia. “Kalau saya menghipnotis, mereka akan tetap bersama saya.”

Menurut dia, terapi yang digunakannya adalah untuk mengobati diri dari ketakutan dan memberdayakan diri. Dia juga tidak pernah menangani seseorang secara langsung sejak enam tahun lalu, termasuk mengajar secara privat. Dia menduga yang terjadi mungkin salah paham dan orang tak senang karena merasa disakiti. “Satu-satunya solusi adalah cinta kasih.”  

Bantahan juga disampaikan oleh Kuasa hukum Anand Krishna, Darwin Aritonang. Menurut dia, kliennya sangat menyayangkan laporan pelecehan seksual dari beberapa mantan pengikutnya. Dia menilai laporan itu adalah fitnah dan penganiayaan sehingga Anand perlu perlindungan hukum.

Menurut dia, laporan itu justru menunjukkan kesalahan murid-muridnya. Karena itu, sebagai guru atau ayah, kalau murid terpeleset, Anand akan memaafkannya. "Kalau anak salah tidak harus ditangkap atau ditampar, tetapi dimaafkan."

Soal tisu berbau sperma, menurut Darwin, itu harus dibuktikan. “Kita tak tahu, apakah itu ingus atau sperma, kecuali bisa dibuktikan pihak kedokteran,” katanya saat jumpa pers bersama Juru Bicara Anand Krishna, Maya Safira Muchtar di Jakarta, Sabtu, 20 Februari 2010.

Sedangkan, Maya menegaskan bahwa sudah lima tahun Anand tidak pernah memberi pelatihan meditasi. Yang memberi pelatihan, katanya adalah tim fasilitator.

Maya juga membantah keras bahwa Anand mempunyai kemampuan meditasi. Pelecehan seksual yang dilaporkan Tara dan Sumidah, katanya, adalah fitnah belaka. Meditasi dalam Anand Asrham dilakukan secara bersama-sama. Motedenya juga dibukukan dan disebarkan ke mana-mana. “Jadi tidak ada hal-hal yang menyimpang,” kata Maya.

Kendati ada bantahan dari pihak Anand Krishna, polisi akan terus memproses dan memeriksa pengaduan Tara dan korban lainnya. Polisi sudah mulai menggeledah dan menyita sejumlah buku di padepokan Sunter, Jakarta. Di desa Gunung Geulis, Bogor, masyarakat minta padepokan ditutup. Di Bali, padepokan juga mulai dijaga ketat.

Namun, polisi juga akan memberikan perlindungan hukum bagi Anand Krishna. Rupanya, sang guruji yang mengajarkan ketenangan jiwa, kini tidak lagi merasa tenteram.

Laporan: Dewi Umaryati | Bali, Ayatullah Humaeni | Bogor, Arnes Ritonga | Jakarta Utara

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya