SOROT EDISI 71

"Saat Diobati, Tara Seperti Zombie"

VIVAnews - KASUS pelecehan seksual dibalik pengajaran spiritual Anand Krishna telah mencuat dan menjadi buah bibir masyarakat. Sejumlah korban telah melaporkan kepada Komnas Perempuan dan Kepolisian.

Dua korban yang sudah berani bicara ke publik soal penyalahgunaan dibalik ajaran Anand Krishna adalah gadis 19 tahun, Tara Pradipta Laksmi dan Sumidah. Dua korban yang semula terhipnotis dan bangga berbakti bagi sang guru Krishna, kini telah sembuh dan kembali normal.

Keduanya bisa sembuh dan pulih seperti sedia kala, setelah berobat secara intensif berbulan-bulan kepada psikiater ahli Hipnoteraphist, Dr Dewi Yogo Pratomo. Dewi adalah sosok terapis yang sudah cukup dikenal luas di kalangan psikiater dan aktif Club Hynosis Sehati. Psikiater jebolan University of Maryland ini sudah mengobati ratusan pasien dengan berbagai jenis penyakit kejiwaan.

“Untuk kasus Tara, tergolong depresi berat,” ujar Dewi di Jakarta, Kamis, 18 Februari 2010.  Kepada jurnalis VIVAnews, Heri Susanto dan Zaky al-Yamani, Dewi bercerita panjang lebar mengenai penderitaan yang diderita Tara Laksmi dan soal proses penyembuhannya.


Bagaimana awal Anda mulai menangani penyembuhan Tara?
Jadi ibunya Tara, Ibu Ning, awalnya mencari psikolog untuk penyembuhan anaknya. Lalu memilih saya. Kemudian saya dengan ibu Ning mulai intensif sms-an berbicara. Itu saat Tara masih di dalam (menjadi murid Anand Krishna, red). Ibu Ning minta tolong, anaknya terjerat dalam perkumpulan cuci otak. Sehingga Tara membenci ibunya dan ingin berhenti kuliah karena dijanjikan akan dijadikan kepala sekolah di Bali. Itu kira-kira bulan Juli atau Agustus. Awalnya saya kira ini masalah biasa seperti anak kabur dari rumah. Jadi saya minta diambil dulu putrinya baru kita ngomong.

Memang saat itu Tara tinggal di mana?
Saya baru tahu kalau Tara menghabiskan sebagian besar waktunya selama 24 jam di sana. Keluar hanya untuk kuliah lalu kembali dan tidur di sana. Dia hampir tidak pernah pulang ke rumah orang tuanya. Jadi bukan hanya fisik yang dikuasai, tapi mentalnya juga karena selama 24 jam dia lebih banyak di sana.

Mengapa Tara bisa masuk ke komunitas Anand Krishna?
Ibu Ning, ibunya Tara sudah lima tahun di sana (menjadi murid Anand, red), walau bapaknya tidak cocok dengan isme-nya (ajaran Anand). Namun, ibunya yang fanatik terhadap ajaran Anand kemudian merekrut anak-anaknya, Tara dan Dani ke sana.

Berbeda dengan ibunya yang berada di outer circle (lingkaran luar), Tara dan Dani ditarik ke circle utama. Tapi hanya Tara yang kemudian dijadikan inner circle (lingkaran inti) dipakai untuk bakti kepada gurunya. Jadi kalau dalam ajarannya, Krishna itu kan diidentikkan dengan memiliki 150 gopi atau gundik.

Kapan Ibu Ning mencurigai ada penyimpangan?
Dalam suatu acara, adiknya Tara, Dani mendengar kalau Tara akan berhenti dari kuliah. Lalu Dani sampaikan hal ini kepada ibunya. Dari sinilah ibunya beda pemahaman dengan ajaran AK. Selain itu, dibuat isu oleh kelompok AK  agar Tara dan ibunya saling membenci dan curiga. Misalnya, ibu Ning diisukan akan membunuh anaknya, Tara. Sedangkan ibu Ning dikabari kalau Tara akan bunuh diri. Sikap Tara pun semakin berubah, menjadi tidak mau ketemu ibunya, membangkang kepada orang tua, tidak pernah berbicara kepada sepupunya. Padahal sebelumnya, hubungan dalam keluarga Tara sangat hangat. Hubungan antara keluarga pun hangat.

Sejak itu, ibu Ning menduga anaknya seperti dicuci otak. Sehingga ibu Ning berusaha mengeluarkan paksa Tara dari sana. Setelah berhasil dikeluarkan, baru pengobatan dimulai.

Saat awal diobati, bagaimana perilaku dan sikap Tara?
Waktu awal datang, Tara menderita depresi berat. Untuk mengantarkan ke sini, dia harus dicengkram tiga orang keluarganya, karena selalu berontak ingin melarikan diri, mimik mukanya mirip zombie, tatapan mata kosong dan antagonis, anggota badan kaku semua (katatonik), selalu buang muka, tidak komunikatif, anti sosial dan sangat tidak bersahabat. Doa lebih asyik menyendiri baca buku tebal karangan Anand.

Keluhan kualitatif atau cerita narasumber kedua (keluarganya, red), Tara selalu berkata ingin bunuh diri jika tidak dipertemukan dengan AK. Gejala ingin bunuh diri ini mirip seperti orang yang dilarang punya pacar. Dia sering ngarang surat cinta untuk AK. Ya ampun, kalau baca isi surat cintanya itu .... Selain itu, Tara juga mengurung diri dan keinginan tinggi lari dari rumah. Pokoknya berbeda jauh dengan kondisi dia sekarang yang bisa cengar-cengir saat wawancara di TV.

Pengobatan seperti apa yang dilakukan?
Langkah pengobatan yang saya lakukan melalui terapi Hipnoterapi (masuk alam bawah sadar) dan Psikoterapi (metode konseling). Karena untuk Tara, jika hanya terapi konseling enggak mungkin, harus masuk ke alam bawah sadar. Sebab, yang dialami Tara adalah Sindrom Paska Trauma atau Post Traumatic Syndrom. Karena dalam prosesi Regresi, diketahui Tara pernah melakukan peritiwa traumatis (pelecehan seksual, red).

Butuh berapa lama untuk memulihkan kondisi Tara?
Kami butuh empat bulan dengan menjalani 45 kali pertemuan. Sebanyak 15 pertemuan pertama dilakukan setiap hari untuk proses netralisasi. Kemudian 15 pertemuan kedua (dua hari sekali) untuk realitas. Dan 15 pertemuan terakhir (seminggu dua kali) untuk pemulihan, khususnya mengobati trauma pelecehan seksual yang dia alami.

Bagaimana proses pemulihan selama pengobatan?
Selama satu hingga enam pertemuan setiap hari dengan proses hipnoterapi konseling, masih belum ada perubahan berarti. Baru pada pertemuan ke tujuh, Tara mulai dapat bertegur sapa dan menjawab pertanyaan.

Tapi saat itu, Tara masih selalu menggenggam patung mini miliknya yang merupakan pemberian AK. Digenggem terus seperti jimat. Ada juga yang dalam bentuk gelang dan kalung. Itu yang membuat dia selalu teringat dengan si pemberi barang itu. Karena itu, saya meminta ibu Ning untuk membuang semua gambar dan barang pemberian tersebut.

Nah, pada pertemuan ke 15, mulai terlihat perubahan lebih baik. Walau terkadang Tara masih meminta ingin bertemu dengan AK dan menangis seharian karena ingin bunuh diri. Kalau di rumah, ia sering hanya memegang teralis jendela karena ingin kabur.

Syukurnya, Tara tidak mengidap penyakit Skizophronia. Karena ada pasien saya mengidap skizoprenia dan mengalami apa yang dialami Tara, akhirnya masuk rumah sakit jiwa (RSJ). Pasien itu korban juga, tapi keluarganya tidak mau masalah ini diekspos.

Pada pertemuan ke 15 dan pertemuan ke 30, Tara masih sering kambuh. Apalagi pada saat ulang tahun AK, Tara selalu menangis.

Bagaimana awal diketahuinya ada pelecehan seksual yang dialami Tara?
Saat dilakukan tahap regresi (proses mengingat kembali, red) pada pertemuan ke lima belas, Tara seperti anak kesurupan. Kemudian saya pancing dengan pertanyaan-pertanyaan. Apakah dia pernah melakukan hal-hal seperti ”ini-itu”. Tara hanya diam dan menangis.

Nah dalam pertemuan ini, saya memakai hipnoterapi agar pasien tidak dapat bohong. Karena Hipnoterapi masuk alam bawah sadar. Tara kemudian bercerita. Dari hasil itulah diketahui bahwa Tara masuk tahapan pelecehan seksual.

Bright Vachirawit Konfirmasi Hubungan Asmaranya dengan Nene Pornnapan

Saat Hipnoterapi, apa yang anda sampaikan kepada Tara?
Pelan-pelan saya netralisir, cuma bilang di kamar kalau bersama bukan muhrim itukan bisa menimbulkan fitnah. Kedua, kalau mau jatuh cinta, sama yang sebaya. Kamu anak pintar, jangan berhenti hanya sampai kepala sekolah tok. Ini kan masih bocah, masak jatuh cinta pada pria tua usia 60 tahun. Dalam ilmu kedokteran itu dikenal dengan istilah electra complex.

Banyak pengikut Anand  bilang tidak ada pelecehen seksual?
Pengikut AK yang bilang tidak ada itu harus kita pahami dulu mereka berada di ring mana. Kalau di ring luar nggak akan mengerti dan tahu soal itu. Sebab, pelecehan seksual terjadi di kelas tinggi (inner circle). Di inner circle itulah diajarkan seks, tantra dan bakti pada guru. Ajarannya pun mendoktrin agar mereka harus pisah dari orang tua, suami-istri harus pisah.

Apakah sekarang mental Tara sudah pulih seperti semula?
Tara sudah bisa sehat lagi dan sudah melakukan fungsi sosial kembali, kuliah dan lainnya. Indikator mentalnya sudah sehat, ceria termasuk tertawa-tawa saat diwawancara di TV. Tapi enggak mungkin sehat seperti kondisi awal. Karena pasti ada luka batin yang berbekas. Tapi untuk mencintai AK lagi nggak mungkin. Jadi yang dialami Tara adalah Post Traumatic Syndrome.

Melahirkan Berulang Kali Dapat Menjadi Risiko Kanker Serviks, Benarkah?

Lebih sulit mana, memulihkan korban seperti Tara dengan pasien depresi biasa ?
Kalau untuk Tara, butuh empat bulanan. Tapi kalau pengobatan pasien depresi biasa lebih mudah, biasanya hanya dengan sepuluh kali pertemuan sudah sehat dan bisa ketawa.

Banyak orang tidak percaya dengan pernyataan Tara di media. Tara dianggap bohong dan memfitnah AK?
Saya ini sudah praktek sebagai hypnotherapist selama 20 tahun, tahu mana pasien bohong atau jujur, jahat atau baik. Tara itu memang anaknya lugu sekali, baik, bukan anak disko atau yang macam-macam lah. Jadi jangan sampai Tara dipersepsikan buruk.

Selain Tara, apakah banyak korban yang berobat ke anda?
Korbannya sudah banyak, bukan hanya Tara. Pasien korban AK yang saya tangani saja ada tujuh, di antaranya Tara dan Sumidah.

Warga Iran Kini Dapat Kembali Berangkat Umrah Setelah 9 Tahun, Hal Ini Jadi Penyebabnya

Kalau saran buat Tara?
Saya bilang sama dia, kamu kan muslim, sholat saja deh. Jangan cari yang lain. Kamu baca Quran, puasa, sholat malam kembali ke norma awal. Syukurlah, sekarang, dia sudah sholat kembali.

Anak tantrum.

Tantrum pada Anak, Apakah Ada Kaitannya dengan Makanan yang Dikonsumsi Sang Ibu Selama Kehamilan?

Tidak ada bukti yang konkrit terhadap makanan yang masuk kedalam tubuh sang ibu akan menjadikan anaknya menjadi sering tantrum di kemudian hari. 

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024