Rupiah Dipotong?

- VIVAnews/ Anhari Lubis
Menteri Keuangan Agus Martowardojo juga mengkonfirmasikan hal senada. "Itu belum pernah disampaikan kepada pemerintah. Jadi, kajian internal dari BI itu masih belum final.”
Komentar lebih keras terlontar dari Menteri Koperasi dan UKM, Syarif Hasan, wacana mengenai penyederhanaan mata uang itu. "Sebenarnya, ini terus terang agak mengganggu.”
Bahkan, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, melarang wacana itu dipolemikkan menjadi isu nasional. "Sebab, masyarakat sudah berpikir sanering (pemotongan uang). Itu banyak yang berpikir salah."
Sanering atau pemotongan nilai mata uang rupiah yang disebut Hatta itu memang pernah terjadi pada 1959 dan 1965. Jumlah uang beredar diturunkan dengan cara memotong dua uang kertas yang memiliki nilai pecahan terbesar saat itu, yaitu Rp500 yang bergambar macan dan Rp1.000 bergambar gajah. Nilai masing-masing diturunkan hingga tinggal 10 persennya. Selanjutnya, pada 13 Desember 1965, Soekarno juga melakukan kebijakan yang sama. Tiga nol di belakang angka rupiah dihilangkan.
Meski banyak kritik, tak sedikit yang merespons positif. Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Swasta Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, mengaku malu bila mata uang rupiah dijajarkan dengan mata uang asing lainnya. Rupiah terlihat sangat rendah dan paling banyak angkanya. "Coba saja lihat di papan-papan kurs mata uang, US$1 sama dengan Rp9.000, sementara yang lain tidak pakai angka nol tiga."
Profesor ekonomi di Australia National University, Dr Ross McLeod, melihat dari perspektif yang lain. Dia mengaku kerap dibingungkan oleh kecenderungan banyak penulis yang mencatatkan nilai uang dalam rupiah secara terperinci sampai ke digit paling kecil. Padahal, mereka bisa membulatkannya dalam jutaan, miliaran, atau bahkan triliunan.
Dia berpendapat, akan jauh lebih mudah bagi mata, jika nilai uang itu hanya terdiri atas tiga atau empat digit ketimbang belasan digit atau bahkan lebih. Dan tentu saja akan lebih banyak angka yang bisa dicatatkan di satu tabel jika mereka dibulatkan. Untuk alasan yang sama pula, akan sangat tidak nyaman jika harus melakukan transaksi bernilai rendah dalam bilangan nominal yang sangat besar.