SOROT 103

MRT: Dari Anti Gempa Sampai Terorisme

Tribudi Rahardjo
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews--Kemacetan di Jakarta kian hari makin parah. Meskipun telah ada busway, lalu lintas Jakarta tetap makin sesak oleh mobil dan motor. Berbagai upaya dilakukan, di antaranya menciptakan jalur bagi Monorel. Tapi ide itu kandas karena soal biaya. Maka digagaslah model transportasi publik yang lain, dikenal sebagai MRT (Mass Rapid Transit), berupa angkutan kereta heavy rail, dengan jalur tempuh pulang dan pergi.

Kalau semua berjalan sesuai rencana, Jakarta pada 2030, atau sekitar 20 tahun lagi, akan memiliki 110 kilometer jalur MRT menggantikan buskota dan busway. Tapi, sejauh mana persiapan sudah dilakukan? Berikut adalah wawancara Sandy Adam Mahaputra dari VIVAnews dengan Presiden Direktur PT MRT Jakarta, Tribudi Rahardjo, Kamis, 30 September 2010 berkaitan dengan rencana Jakarta membangun angkutan publik itu:

Dasar pemikiran pembangunan MRT Jakarta, bukankah sebelumnya ada Monorel yang akhirnya terbengkalai?

Masalah kemacetan sudah dibahas berulang kali. Pemerintah pusat sejak 1985 sudah melakukan studi soal kemacetan, dan pada 1995 dilibatkan pemerintah daerah. Pada 2005 ada suatu keputusan dalam bentuk keputusan Menkeu. Isinya proyek MRT harus segera dibangun dengan biaya pembangunan 42 persen dibebankan pada pemerintah pusat, dan 58 persen dibebankan pada  pemerintah daerah (Jakarta). Setelah itu, pemerintah Indonesia meminjam dana dari pemerintah Jepang. Dan dibentuklah lembaga khusus untuk menangani ini, yakni PT MRT Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta Dukung Kerja Sama Proyek MRT Berkonsep TOD dengan Jepang

Perbedaan dengan Monorel?

Kalau soal Monorel agak berbeda dengan MRT. Pertama Monorel itu pendanaannya oleh swasta, MRT dari oleh pemerintah atau Government to Government. Kalau Monorel kan Business to Business. Sedangkan dari teknologinya, kalau Monorel berupa Light Rail, sedangkan kalau MRT adalah Heavy Rail. Kalau MRT mengantarkan orang ke suatu tempat bolak balik, kalau Monorel hanya mendistribusikan ke wilayah tertentu saja.

Prudential Indonesia Bayarkan Klaim Asuransi 17 Triliun Selama 2023

Apakah yakin proyek MRT tidak akan kandas?

Kalau Monorel mandek karena tidak ada biaya lagi. Kalau MRT merupakan proyek yang didanai atas pinjaman Goverment to Goverment melalui proyjek pinjaman pemerintah Jepang sebesar 144 miliar yen (Rp 120 triliun),  dan itu sudah ditandatangani untuk pinjaman pertama senilai Rp 42 triliun dari Rp 120 triliun. Tahap satu Lebak Bulus ke Dukuh Atas dengan panjang 14,5 kilometer dan diperpajang sampai HI dan berarti jaraknya menjadi 15,2 kilometer dan diperpanjang sampai Kampung Bandan dengan jarak menjadi 23 kilometer.

Netizen Soroti Ekspresi Ibu Chandrika Chika Usai Putrinya Ditangkap Narkoba: Bahagia Banget

Apa dasar pemilihan jalur MRT?

Itu sudah berdasarkan studi sejak tahun 1985, karena jalur Lebak Bulus-Dukuh Atas merupakan jalur paling padat. Bukan tidak mungkin kalau ada perubahan tata ruang kota akan berubah lagi, tapi dalam tahap selanjutnya akan dibangun dari timur ke barat sepanjang 87 kilometer. Tapi karena keterbatasan dana saat ini baru dimulai dari selatan ke utara sepanjang 23 kilometer . Kita berharap 2030 Jakarta memiliki 110 kilometer jalur MRT.

Bagaimana tahapan proses pembangunan MRT?

Awalnya prakonstruksi, yakni desain, pembebasan tanah, tender, konstruksi, operasional, dan maintenance. Jadi awal 2012 sudah ada konstruksi awal di lapangan, sampai Oktober 2016. Hampir lima tahun pembangunan MRT.

Soal pembebasan lahan, strateginya bagaimana?

Pembebasan lahan dilakukan Pemprov DKI pada dua Dinas, yakni Dinas Perhubungan (Dishub)dan Dinas Pekerjaan Umum. Jadi untuk Dishub akan mengurusi pembebasan tahan di daerah Depo,  sedangkan untuk Dinas PU untuk pembebasan tanah di sepanjang koridor MRT. Jadi kita berharap saat awal konstruksi September 2011 pembebasan tanah sudah selesai.

Berapa dana yang diperlukan untuk pembebasan lahan?

Soal dana pembebasan lahan itu dari APBD, jadi pembebasan tanah tidak masuk dari uang pinjaman. Saat ini kira-kira ada 17 hektar tanah yang akan dibebaskan, namun DKI punya 7 hektar tanah, dan tanah itu dibeli sesuai NJOP.

Teknologi yang digunakan untuk membuat MRT?

Standar Jepang karena terikat pinjaman, yakni bunganya 0.2 dan 0.4 persen dan persyaratan dengan menggunakan barang Jepang maksimal 30 persen. Tapi tidak menutup adanya produk lainnya.

Bagaimana teknologi untuk subwaynya?

Kita pakai dua lubang, jadi dari muka tanah ke lubang pertama minimal 6.6 meter. Dan kita menggunakan teknologi Tunnel Boring Machine (TBM). Sehingga lebih praktis saat melakukan pengeboran dan tidak menimbulkan kemacetan saat pengeboran terlangsung. Teknologi itu adalah menggunakan mesin sejenis robot yang akan melakukan pengeboran sekaligus menyemen dan membeton.

Soal teknologi pengoperasional MRT?

Nantinya akan menggunakan one man operation, tentu ini tidak ketinggalan zaman. Di Prancis dan Jepang menggunakan teknologi itu.

Bagaimana soal tarif?

Pernah ada studi yang menyatakan Rp 8.000-12.000, tapi kalau mau disubsidi Rp 6.500-8.000. Nanti kalau saat konstruksinya akan dikaji lagi tarif cocok sesuai kemampuan dari masyarakat, kemudian baru lapor ke DKI.  Tapi kalau dengan nilai pinjaman 58 persen yang dibebankan ke pemerintah daerah, saya rasa jika tarif yang diberlakukan Rp 12.000 itu masih harus disubsidi.

Jakarta rawan gempa, banjir dan bahkan aksi terorisme. Apa antisipasi bagi MRT?

Dalam desainnya kita sudah mengevaluasi soal siklus hujan 200 tahunan. Jadi untuk stasiun yang bawah tanah mulai dari Semanggi dan Dukuh Atas, stasiunnya akan ditinggikan. Sedangkan untuk gempa dalam strukturnya akan kuat menahan gempa dalam beberapa skala ricter. Kalau teroriis ada cctv atau saluran yang khusus untuk pemadam kebakaran dan polisi bahkan monitoring di setiap stasiun. Tentunya ada polisi-polisi khusus di setiap stasiun yang dinilai rawan.

Soal desainnya apakah dari MRT atau dari luar?

Desainnya Dephub tapi konsultannya dari Jepang mulai efektif 23 November 2009, dan selesai Januari 2011.

Soal keretanya dari mana?

Desain kereta maksimum kecepatan 110 kilometer per jam. Tapi untuk komersial kecepatan31kilometer perjam. Jadi biasanya dari satu setengah jam dari Lebak Bulus-Dukuh Atas, tapi dengan MRT menjadi 28 menit. Setiap lima menit pada jam puncak kereta pasti ada. Nantinya ada 17 rangkaian, dimana satu rangkaian ada 6 gerbong. Satu gerbong bisa menampung 250 orang. Jadi sekali tarik bisa mengangkut 1.500 orang.  Bahkan pada jam puncak 5.30-8.30 dan 16.30-18.30 bisa mengangkut 54 ribu penumpang. Dan perhari MRT bisa mengangkut 340ribu penumpang.

Bagaimana antisipasi kemacetan selama pembangunan MRT?

Nanti Dinas Perhubungan (Dishub) yang akan melakukan traffic management saat pembangunan. Tentunya pembangunan akan dilakukan secara window time atau jam-jam tertentu, misalnya mulai jam 10 malam sampai 4 pagi. Kalau di dalam tanah tidak masalah karena teknologi TMB. Tanah nanti dibuang ke belakang.  Selain itu Dishub akan menginventarisir titik rawan macet, dan efektivitas jalur-jalur busway.

Bisa dijamin tidak akan menimbulkan kemacetan saat pembangunan selama lima tahun?

Pasti ada gangguan dan kemacetan saat pembangunan. Selama lima tahun pembangunan pasti masyarakat khususnya pengguna jalan akan terganggu. Namun kritisnya hanya dua tahun pada pembangunan jalur yang di atas Lebak Bulus-Al Azhar. Kalau pembangunan jalur atas tidak akan terganggu.

Soal rencana pemindahan ibukota?

Proyek MRT tetap jalan. Kalau pun itu jadi, tidak serta merta pemindahan ibukota seperti sulap besok pindah, pasti ada proses. Selain itu bisa saja yang pindah itu pusat pemerintahan bukan pusat ekonominya.  Jadi tidak masalah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya