SOROT 105

Indomie Mendunia, Dari Sabang Sampai Amerika

Anthoni Salim, CEO Indofood
Sumber :
  • indofood.co.id

VIVAnews – Hanya sehari setelah resmi mencatatkan saham perdana (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sudah 'digoyang' kabar tak sedap di mancanegara.  

Kabar tak sedap datang dari Taiwan. Pihak berwenang negara itu, pada Jumat 8 Oktober 2010 mengumumkan penarikan semua produk mi instan merek Indomie yang diproduksi Indofood CBP Sukses Makmur. Produk tersebut diduga mengandung sejumlah unsur berbahaya.

Menurut laman harian Hong Kong, The Standard, Taiwan menyatakan Indomie yang dijual di negeri mereka mengandung dua bahan pengawet terlarang, yaitu methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid. Dua unsur itu hanya boleh dipakai sebagai bahan kosmetik.

Tak pelak, saham Indofood CBP yang sedang di atas angin jatuh Rp250 (4,2 persen) ke posisi Rp5.700. Padahal, sehari sebelumnya saat baru masuk bursa, saham Indofood CBP melejit Rp555 (10,29 persen) ke level Rp5.950. Bahkan, dari hasil penawaran saham perdana, Indofood CBP mampu meraup dana besar. Totalnya, Rp6,29 triliun.

Sebagian dari dana itu akan dipakai pengembangan usaha, seperti menambah kapasitas pabrik untuk susu, penyedap makanan, nutrisi serta makanan kaleng. Yang tak kalah penting adalah menggenjot pabrik mi instan, produk paling populer made in Indofood.

Khusus untuk mi instan, penambahan kapasitas pabrik digeber akan di Jakarta, Palembang, dan Semarang. "Kapasitas noodle akan didongkrak 13 persen dari sekarang 15,7 miliar bungkus per tahun," kata Sekretaris Perusahaan Indofood Sukses Makmur, Werianty Setiawan.

Kapasitas produksi belasan miliar bungkus per tahun memang bukan main-main. Itu menempatkan Indofood sebagai produsen mi instan terbesar di dunia. Dari total kapasitas tersebut, sebanyak 11 miliar bungkus adalah produk Indomie. Dari jumlah itu, sebanyak 880 juta bungkus diekspor.

Begitu besarnya produksi Indomie membuat merek ini identik dengan mi instan yang sangat melekat dan dikenal luas masyarakat. Bukan sekedar dikenal dari Sabang sampai Merauke atau Pulau Timor hingga Pulau Talaud. Namun, Indomie jauh mengalahkan merek mi instan saudaranya, seperti Supermi, Sarimi atau Pop Mie. Tak mengherankan jika Indomie secara konsisten mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi setiap tahunnya.

Yang lebih menakjubkan, Indomie bukan hanya dikenal di Indonesia, namun juga di manca negara. Menurut Direktur PT Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang, Indomie sudah diekspor ke 80 negara di lima benua selama lebih dari 20 tahun. Indomie bukan hanya dikenal di negara tetangga dekat di Asia seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Hong Kong hingga Taiwan. Namun, Indomie sudah terbang jauh ribuan kilometer mulai dari wilayah Eropa, Timur Tengah, Afrika hingga benua Amerika.

Di negara-negara Afrika dan Timur Tengah, seperti Sudan dan Libanon malah hampir ada di setiap toko retail dan super market. Di Amerika Serikat, Indomie malah menjadi  salah satu kado natal favorit. Seorang blogger yang bernama Roger Ebert, kritikus film berpengaruh di AS pada 13 Desember 2009 menyebutkan lima bungkus Indomie goreng sebagai hadiah natal favorit paling murah.

"Dengan harga US$2,49 [sekitar Rp22.200 untuk kurs saat ini], saya sarankan hadiah Mi Goreng Instan Indomie - Mix 5 Flavor - untuk dimasak," tulis Ebert. Saat itu, dia memang tak langsung mencoba. “Namun, karena desakan rekan dari India, S.M. Rana, saya membelinya untuk teman-teman. Mereka bilang sangat lezat - pasta instan paling gurih yang pernah dicoba," tulis Ebert.

Untuk memenuhi permintaan di berbagai belahan dunia tersebut, Indofood tidak sekedar mendatangkan Indomie dari Indonesia. Namun, perusahaan yang dirintis oleh taipan Soedono Salim ini juga membangun pabrik di sejumlah negara lain. Sebut saja misalnya di Malaysia, Indofood mempunyai perusahaan Indofood (M) Food Industries Sdn Bhd yang khusus memproduksi mi instan di Malaysia.

Cara berbeda ditempuh Indofood untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika. Indofood menjalin kontrak perjanjian dengan berbagai perusahaan di sana untuk memproduksi Indomie. Misalnya saja dengan Pinehill Arabia Food Limited (Pinehill) di Saudi Arabia, De United Food Industries Limited (Duhill) di Nigeria, Salim Wazaran Brinjikji Company (Sawab) di Syria dan Salim Wazaran Abu Elata Co (Sawata) di Mesir.

“Indofood mengizinkan Pinehill, Dufil, Sawab dan Sawata “non-exclusive license” untuk menggunakan merk “Indomie” di wilayah negara masing-masing,” demikian VIVAnews kutip dari laporan keuangan Indofood 2009.  

Dengan pasar yang begitu luas hingga 80 negara, tak mengherankan jika kerajaan bisnis Indofood terus melaju. Akibatnya, sepanjang semester I 2010 saja, total aset perusahaan yang dikomandani Anthoni Salim melonjak menjadi Rp11,2 triliun dibanding Rp10,2 triliun pada tahun sebelumnya. Penjualan naik 11 persen menjadi Rp8,91 triliun dari Rp8,03 triliun. Dan, laba bersih juga melonjak tajam dari Rp555,08 miliar pada Juni 2009 menjadi Rp809 miliar setahun kemudian.

Tentu saja, Indomie adalah penyumbang terbesar pendapatan Indofood. Kontribusinya mencapai hampir 70 persen dari semua produk bermerek made in Indofood. Pertanyannya, bagaimana setelah kabar zat pengawet yang dilarang di Taiwan merebak? (hs)

Fairuz A Rafiq Beberkan Kondisi Terkini Usai Dilarikan ke RS Bersama Buah Hati
Presiden Joko Widodo dan Yanda Zaihifni Ishak jadi saksi pernikahan

Momen Presiden Joko Widodo jadi Saksi Nikah Anak Wamenaker Afriansyah Noor

Presiden Joko Widodo bersama Yanda Zaihifni Ishak menghadiri acara pernikahan putri dari Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Afriansyah Noor.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024