SOROT 131

Aksi Militer di Teluk Aden

Perompak Somalia.
Sumber :
  • www.eunavfor.eu

VIVAnews – Berani menghadapi maut, bagi Richard Phillips, adalah soal prinsip. Dia seorang pelaut. Usianya 54 tahun. Kapten kapal kargo Maersk Alabama, Amerika Serikat itu, paham apa yang terjadi saat sauh diangkat, dan kapal melaju.

5 Ide Ucapan Lebaran Berbahasa Inggris, Biar Kelihatan Lebih Keren

Pada saat sama, tulis Phillips, seorang pelaut harus melupakan keluarga, dan bersiap “melawan kesepian, menerjang gelombang besar, dan menghadapi ancaman perompak”. 

Meskipun begitu, Phillips, yang sudah kawakan di laut itu, tak akan lupa pada peristiwa penting ini: di Teluk Aden, kapalnya diserang perompak Somalia. Detik-detik menegangkan itu ditulisnya dalam buku A Captain's Duty: Somali Pirates, Navy SEALS, and Dangerous Days at Sea. Cuplikan buku itu dipublikasikan The Wall Street Journal, dan laman stasiun televisi ABC News.

Dia mengingat kembali bagaimana kawanan bajak laut Somalia itu menangkapnya, dan menjadikannya sandera. 

Kisah itu dimulai saat Kapal Maersk Alabama yang dikendalikan Phillips dan 20 awak dibajak empat perompak pada 8 April 2009. Kapal itu membawa bahan makanan pesanan Organisasi Bantuan Pangan PBB. Mereka berangkat dari Oman menuju Kenya.

Di Teluk Aden, Somalia, kawanan perompak merapat ke lambung kapal. Sesuai prosedur pengamanan kapal jika dibajak, para awak kapal menyingkir ke “ruang aman”, tempat perompak tak bisa masuk. Tapi Phillips adalah orang terakhir meninggalkan tempatnya, dan dia tertangkap para bajak laut itu. Sang kapten kapal itu dibawa kabur dengan sekoci. Dia ditahan di satu kapal kecil milik pembajak.

Di atas kapal kecil pula, pada 12 April 2009, nyawa warga Amerika Serikat itu di ujung tanduk. Seorang perompak menempelkan ujung laras senapan AK-47 ke kepala Phillips.  Malam begitu pekat. Phillips tak bisa melihat dengan baik. Detik berikutnya, dia mendengar desingan tembakan. Tapi, tak sebutir peluru pun menerjang kepala Phillips.

Yang terjadi, tiga perompak mendadak menggelepar. Kepala mereka tampak lubang oleh peluru, dan nyawanya tamat seketika. Rupanya, di saat genting itu, penembak jitu dari Navy Seal beraksi. Selama empat hari, pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat itu mengintai Phillips, dan empat penyanderanya dari kapal USS Bainbridge. Mereka menunggu saat tepat untuk menyerang.

“Saat kami bernegosiasi dengan salah seorang perompak, komandan lapangan dari kapal Bainbridge menyatakan nyawa kapten [Phillips] sangat terancam,” kata Panglima Komando Operasi Angkatan Laut AS saat itu, Laksamana Madya Bill Gortney, seperti dikutip stasiun berita CNN.

“Komandan lapangan memberi aba-aba tembak, setelah melihat seorang perompak mengarahkan senapan AK-47 dari belakang kapten,” Gortney menambahkan.

Polisi Antisipasi Macet di Jadetabek Karena Mudik Lokal di Hari Lebaran

Saat itulah para penembak jitu Navy Seal membidikkan senjata mereka ke kepala tiga perompak. Ketiga bajak laut itu berdiri agak menjauh dari Phillips. Seorang lagi sibuk bernegosiasi lewat radio. Tiba-tiba peluru berdesing. Tak ada berondongan, hanya terdengar tembakan singkat. 

Meski tak pernah ada keterangan resmi, Presiden Barack Obama rupanya telah meminta komandan kapal USS Bainbridge, agar segera bertindak jika nyawa Kapten Phillips terancam. Itu sebabnya Navy Seal beraksi begitu Phillips nyaris dieksekusi perompak.

Seorang perompak lagi, Abduwali Abdukhadir Muse, lolos dari serangan peluru pasukan elit itu. Dia tak ditembak, karena saat itu sedang bernegosiasi lewat radio. Tapi, melihat tiga temannya mati dalam sekejap, Muse menyerah. Dia akhirnya diadili di AS, dan Februari lalu divonis penjara 33 tahun dan 9 bulan atas kasus pembajakan.

Tidak panik

Phillips menuturkan para perompak Somalia itu sebenarnya tak bermaksud membunuh. Mereka hanya memeras perusahaan pemilik, maupun keluarga sandera agar menyediakan uang tebusan.

Di tengah penyanderaan, tulis Phillips, dia sempat kabur dari kapal sekoci. Saat itu, dia berenang menuju kapal USS Bainbridge, yang menguntit dari jarak sekitar 1 km. Namun, perompak berhasil menangkap dia lagi, dengan menariknya ke atas sekoci. “Mereka tampak sangat kesal bahwa sandera senilai jutaan dolar hampir kabur,” tulis Phillips. 

Para perompak, menurut Phillips, adalah orang-orang bertubuh kurus dan lemah. Mereka berbahaya karena menenteng senjata. Suatu ketika, Phillips dihajar beramai-ramai oleh keempat perompak sampai mereka kelelahan. Walau tetap terasa sakit, pukulan itu tak sampai menimbulkan luka fatal. “Jujur saja, kakak perempuan saya pukulannya lebih menyakitkan dari mereka,” ujar Phillips.

Menurut dia, kunci utama menghadapi para perompak adalah tetap tenang, dan tidak panik. Bahkan, tunjukkan sikap bersahabat. Itulah yang dilakukan Phillips saat menghadapi para perompak Somalia. Selama disandera, Phillips menawarkan mereka rokok, makanan, dan sesekali membuat lelucon. Para perompak itu, kata Phillips, adalah orang-orang lapar.

Suatu kali, seorang perompak kesulitan naik tangga karena membawa makanan terlalu banyak sambil menenteng senjata. “Perlu bantuan?” tanya Phillips kepada perompak sambil menyodorkan tangan. “’Mari, biar saya bantu menenteng senjata,’ ujar Phillips. Bajak laut itu hanya tertawa.  

Phillips memuji  20 awak Kapal Maersk Alabama. Mereka bertindak tepat saat menghadapi serangan bajak laut. Tak lama setelah empat perompak naik ke geladak kapal, para awak berlari menuju “ruang aman”. Lokasi itu hanya mereka dan kaptennya yang tahu. Awak kapal tak lupa mematikan mesin, agar kapal kargo itu tak bisa jalan.

Phillips bahkan sempat mengacaukan sinyal komunikasi dan radar.  Akibatnya, kapal tak bisa dilacak kawanan perompak lain yang menunggu di “kapal induk” maupun di pantai.  Sebagai kapten, Phillips adalah orang terakhir meninggalkan ruang kemudi.  Dia tak sempat berlindung ke ruang aman, dan akhirnya ditangkap para bajak laut itu.

Para awak bahkan sempat membekuk seorang perompak, dan digunakan sebagai barter untuk membebaskan kapten mereka. Kawanan perompak bersedia melakukan barter itu, namun awak kapal terkecoh. Mereka berhasil kabur dengan sekoci, dengan membawa Phillips.

Pasukan khusus AS memang berhasil menyelamatkan Phillips. Mereka tak mau berlama-lama berurusan dengan para perompak. Navy Seals Hanya butuh lima hari menamatkan petualangan para bajak laut itu.

Berpantun, Dubes Iran Ucapkan Selamat Idul Fitri Bagi Rakyat Indonesia

Gugus tugas

Selain Amerika Serikat, misi penyelamatan kapal yang dirompak dan sandera di Teluk Aden, Somalia, juga dilakukan sejumlah negara lain. Pola semua negara itu agak mirip.  Mereka menguntit kapal terbajak selama berhari-hari dengan kapal destroyer, sebelum memutuskan saat tepat untuk bertindak.

Menghadapi ganasnya perompak, Pemerintah Somalia lempar handuk. Itu sebabnya Somalia tak keberatan adanya pasukan asing di laut mereka. Duta Besar Somalia untuk Indonesia, Mohamud Olow Barow, mengatakan perairan Somalia bebas dimasuki siapa saja yang ingin memberantas bajak laut.

Atas permintaan Somalia, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1916 tahun 2008. “Kami sudah mengizinkan kapal-kapal asing masuk ke perairan maupun daratan Somalia," kata Barow.

Negeri tetangga, Malaysia, juga sukses membekuk para perompak Somalia pada 22 Januari lalu. Kala itu, para bajak laut itu berhasil menguasai kapal Malaysia di Teluk Aden. Namun, berkat kesigapan Angkatan Laut Malaysia yang berpatroli di wilayah itu, perompak berhasil dilumpuhkan.

Angkatan Laut Kerajaan Malaysia mengatakan, pasukan komandonya melukai tiga perompak dalam satu aksi baku tembak. Mereka berhasil menyelamatkan 23 awak kapal MT Bunga. Para perompak sebelumnya menyerbu kapal dengan pistol dan senapan.

Memang, Angkatan Laut Malaysia bisa cepat bertindak karena mereka mengawal kapal negerinya yang melintas di Teluk Aden. Serangan para perompak terjadi dua jam setelah Angkatan Laut Malaysia meninggalkan MT Bunga. Tadinya mereka mengira  kapal sudah masuk ke wilayah aman, sekitar 500 kilometer di lepas pantai timur Oman.

Kisah sukses menghajar perompak juga pernah dilakukan Korea Selatan. Peristiwanya terjadi  sehari sebelum keberhasilan Malaysia, 21 Januari 2011. Penyerbuan dilakukan setelah kapal yang dibajak  sejak 15 Januari itu diketahui posisinya.

Kala itu pasukan khusus Korsel menyerbu kapal Samho Jewelery yang membawa puluhan ribu ton bahan kimia. Penyerbuan itu menyelamatkan 21 awak kapal. Dua diantaranya adalah warga negara Indonesia.

Sejak 2009, Malaysia dan Korea Selatan memang tergabung dalam gugus tugas pengamanan kapal kargo di perairan Teluk Aden. Perairan itu disebut zona panas perompakan.  Mereka berpatroli bersama 20 negara di Gugus Tugas Gabungan 151. Sejumlah negara yang ikut antara lain Singapura, Kanada, Denmark, Prancis, Belanda, Pakistan, Inggris dan Amerika Serikat.(np)

Ganjar Pranowo Shalat Idul Fitri di Sleman

Momen Ganjar Pranowo dan Keluarga Laksanakan Salat Idul Fitri di Sleman

Capres Ganjar Pranowo, melaksanakan Salat Idul Fitri 1445 H di Lapangan Wedomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu 10 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
10 April 2024