SOROT 134

Al-Qaeda Setelah Osama

Osama bin Laden Tewas [GALLERY]
Sumber :
  • AP Photo/Rahimullah Yousafzai

VIVAnews - Lelaki itu berjalan pelan dengan tongkat di pegunungan Tora Bora, Afghanistan. Tubuhnya tinggi, langsing dan berjenggot. Di dadanya tergantung kantung magasin berwarna hijau. Tiba di sebuah batu dia berhenti, kemudian mengambil sebuah benda dan mencantelkannya ke bahu: senapan AK 47.

Citroen Luncurkan Mobil SUV Terbaru di Indonesia, Harga Rp200 Jutaan

Gambaran dunia akan sosok Osama bin Laden, seperti yang terlihat di video tersebut kini tinggal menjadi kenangan setelah pasukan khusus Angkatan Laut Amerika, Navi SEAL, menyerbu persembunyiannya. Ia tewas di sebuah vila seharga Rp9 miliar di kota Abbottabad, sekitar 150 km dari ibu kota Pakistan, Islamabad.  Bukan di pegunungan Tora Bora.

Kematian Osama tak pelak meninggalkan sebuah pertanyaan besar. Siapa penggantinya di Al Qaeda?

Tantrum Anak Bukan Hal Seram! Ini Rahasia Mengatasinya dengan Bijak

Yang banyak disebut-sebut adalah Ayman al-Zawahiri,  orang nomer dua di al Qaeda.  Lahir di Mesir, Zawahiri merupakan orang kepercayaan Osama. Dia berfungsi sebagai kepala sayap organisasi Al Qaeda.   Osama dan Zawahiri pertama kali bertemu tahun 1980 di Peshawar, Pakistan. Mereka berjuang bersama karena alasan yang sama: mengusir tentara Sovyet dari Afganistan.

Zawahiri, yang akan berulang tahun ke 60 bulan depan, turut membangun Al Qaeda bersama Osama, dengan menyatukan kelompoknya, Jihad Islam Mesir.  Bersama-sama mereka mengeluarkan fatwa tahun 1998, dengan seruan “Front Dunia Islam Melawan Yahudi dan Umat Kristen.”

Fakta-fakta Dua Helikopter AL Malaysia Tabrakan di Udara, 10 Orang Tewas

Mereka memulai teror dengan mengebom Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Kenya dan Tanzania tahun 1998. Setelah itu, mereka menyerang kapal perang AS, USS Cole tahun 2000 dan serangan fenomenal pada sejumlah lokasi strategis di Amerika Serikat pada  11 September 2001.

Belakangan, seiring dengan gencarnya perburuan terhadapnya, Osama kemudian lebih menyerahkan aksi operasional Al Qaeda kepada Zawahiri. Departemen Luar Negeri AS pada 2009 menyebutkan bahwa Osama menjadi pemimpin spiritual, sedangkan dan Zawahiri yang biasa dipanggil “Dokter” atau “Guru” adalah Kepala Perancang Strategi Al Qaeda.

Siapakah sebenarnya Zawahiri?  Sempat berpraktek sebagai dokter bedah selama dua tahun, setelah tamat kuliah tahun 1974,  ia meninggalkan pekerjaannya untuk berjihad.

Zawahiri memulai langkahnya dengan datang ke Afganistan untuk melawan tentara Sovyet.  Ia juga bergabung dalam kelompok Jihad Islam Mesir yang terlibat dalam pembunuhan Presiden Mesir Anwar Sadat tahun 1981.

Setelah bertahun-tahun, Zawahiri kemudian menjadi figur kunci al Qaeda. Wajah dan suaranya mulai sering muncul di video setelah serangan 11 September 2001 yang menewaskan 3.000 orang warga AS.  Pesan terakhir yang dikeluarkan Zawahiri, melalui rekaman suara, pada bulan April lalu adalah seruan menggulingkan Muamar Khadafi dan melawan serangan NATO di Libya.

Teror berakhir?

Seorang jurnalis Amerika, Peter Begen, mengatakan ke CNN bahwa kematian Osama adalah akhir dari perang melawan teror. Tetapi banyak analis tak sepakat.

Al Qaeda kini merupakan organisasi berbeda dibanding sepuluh tahun yang lalu. Termasuk lahirnya kader-kader pimpinan baru dan afiliasi organisasi. “Dan Osama lebih berperan sebagai propagandis ketimbang menjadi kepala operasi,” kata Barbara Sude, seorang mantan analis Al Qaeda di CIA.

Selain itu, sejumlah pimpinan muda telah memainkan peran vital dalam kepemimpinan al Qaeda dalam beberapa tahun terakhir. Mereka di antaranya adalah Abu al-Yazid, Abu Yahya al-Libi dan Atiyah abd al Rahman.

Kematian Osama, “[memang] Telah merusak aliran utama ke jaringan jihad, tetapi tak membunuh Al Qaeda,” kata Daveed Gartenstein-Ross, Direktur Pusat Studi Radikalisasi Teroris di Washington. “Grup jihad memiliki pemimpin lain yang dapat berperan seperti pemimpin kelompok.”

Sepeninggal Osama, otot Al Qaeda memang masih kenyal. Selain sosok Zawahiri, ada Ilyas Kahsmiri yang menjadi Komandan Brigade 313 al Qaeda. Ia kini tengah berjuang di wilayah Afghanistan dan menjadikan tentara AS sebagai sasaran.

Ada juga Badarudin Haqqani, salah seorang anak dari Maulana Jalaluddin Haqqani, Pemimpin Taliban Afghanistan.  Selain meneruskan aktivitas di Afghanistan, jaringan Haqqani juga beraksi di wilayah Khasmir, yang mayoritasnya penduduk muslim. Sumber Al Jazeera menyebut, Al Qaeda dan Haqqani, telah merekrut lebih dari 26.000 pemuda untuk melawan India.

Bahaya besar juga datang dari organisasi yang berafliasi dengan Al Qaeda.
Di Yaman misalnya, ada Al Qaeda Semenanjung Arab (Aqap) yang dipimpin Nasir al Wahishi,  bekas sekretaris Osama di Afghanistan yang lari ke Iran, ditangkap dan kemudian diekstradisi ke Yaman tahun 2003.

Nasir berhasil kabur dari penjara tahun 2006 dan menyatukan cabang Al Qaeda di Arab Saudi dan Yaman tahun 2009. Wahishi dibantu Anwar al-Awlaki, ulama radikal kelahiran AS yang berperan sebagai perekrut kunci

Awlaki juga disebut-sebut sebagai otak penyerangan pesawat AS dengan bom “celana dalam” di Detroit pada Natal 2009 lalu. Ia diperkirakan akan tetap menjadikan AS sebagai sasaran.

Di Afrika, ada Al Qaeda Islamic Maghreb, yang terlibat dalam sejumlah penculikan warga Barat beberapa tahun terakhir. Kelompok lainnya adalah Lashkar e-Taiba, yang melakukan serangan maut tahun 2008 di Mumbai, India. Kelompok ini bermarkas di Khasmir, India.

Di Asia Tenggara, veteran perang Afghanistan membantu mendirikan cabang di Indonesia. Seiring perkembangan waktu, organisasi ini berjalan secara otonom dengan pasokan dana yang minim dari pendonor. Aliran dana Al Qaeda terakhir konon dikirim ke Jemaah Islamiah untuk operasi bom Bali I melalui Hambali.

Dengan masih banyaknya stok pemimpin dan kelompok afiliasi, maka ada yang mengatakan, membunuh Osama tidak sama dengan mengakhiri Al Qaeda.  Lama sebelum Osama tewas, Al Qaeda sudah mengadaptasi kemampuan untuk tetap hidup dan melakukan operasi tanpa keberadaannya.

Ini ditujukan untuk meyakinkan teror tetap berjalan walau Osama tidak ada. Seperti dikatakan James Woolsey, mantan Direktur CIA, “Ini masih jauh, jauh dari selesai.” (Laporan Fajar Sodiq l Solo)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya