SOROT 201

Lebaran Ala Tarekat

Jemaah An Nadzir
Sumber :
  • ANTARA

VIVAnews - Perbedaan penentuan waktu Hari Raya Lebaran rupanya tak hanya terjadi pada dua organisasi besar Islam, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Hal yang hampir sama juga terjadi di antara tarekat-tarekat di berbagai daerah.

Di Sumatera Barat misalnya, ada dua tarekat yang kerap berbeda dalam penentuan Lebaran. Tarekat Naqsabandiyah dan Syattariyah. Ada juga Jamaah An-Nadzir di Gowa, Sulawesi Selatan yang punya perhitungan sendiri.

Pengikut jamaah Naqsabandiyah lebih menggunakan cara melatih hati seperti berdzikir dalam hati untuk mencapai titik sufi. Sedangkan Syattariyah melatih zahir atau ucapan dalam melafaskan tahlil.

Bagaimana dengan An-Nadzir? Dari busana yang dikenakan, jamaah ini mudah dikenali. Mereka biasa mengenakan pakaian serba hitam. Balutan surban agak menyembul di kepala.

Jamaah An-Nadzir membentuk pemukiman di tepian Danau Mawang, Gowa, Sulawesi Selatan. Jarak yang harus ditempuh dari Makassar sekitar 20 kilometer. Hingga kini telah ada sebanyak 1.000 lebih pengikut An-Nadzir.

Tarekat Naqsabandiyah

Tarekat Naqsabandiyah telah menetapkan Lebaran pada Jumat 17 Agustus 2012. Sejak menetapkan 1 Ramadan lebih awal dua hari dari pemerintah yakni 18 Juli 2012, para "khalifah" Naqsabandiyah tak perlu banyak usaha untuk menetapkan 1 Syawal (Lebaran).

Naqsabandiyah yang memiliki sekitar 8.000 jamaah itu berpegang pada hisab Munjit untuk menghitung jatuhnya Idul Fitri. Dengan perhitungan itu, sangat kecil kemungkinan Naqsabandiyah menggelar Lebaran bersamaan versi pemerintah pada Minggu 19 Agustus 2012.

Menurut Sekretaris Naqsabandiyah Kota Padang, Edizon Revindo, jamaah memiliki keyakinan kuat dengan hisab dan rukyat kalifah Naqsabandiyah. Ulama Naqsabandiyah tidak pernah menetapkan Ramadan 29 hari. Bagi Naqsabandiyah, puasa itu 30 hari.

"Yang kami genapkan itu Syaban (bulan sebelum Ramadan). Bila bulan tertutup awan, Syaban digenapkan menjadi 30 hari," kata Edizon kepada VIVAnews, Selasa 14 Agustus 2012.

Hal ini yang memudahkan Naqsabandiyah menetapkan Lebaran. Begitu 1 Ramadan ditetapkan pada 18 Juli 2012, maka penentuan 1 Syawal hanya dilakukan dengan menambahkan 30 hari. Hal yang mudah bila dilihat dari sisi itu.

Namun, penetapan ini tidak diambil dalam satu hari kerja. Ulama Naqsabandiyah mulai melakukan metode hisab berdasarkan Ramadan tahun sebelumnya. Metode hisab memang menjadi yang utama untuk menentukan hari besar Islam.

Meski begitu, mereka tidak mengabaikan metode rukyat atau melihat bulan. Uniknya, mereka melihat bulan saat sepertiga malam atau waktu Subuh. Sehingga setiap orang yang berada di manapun bisa melihatnya.
 
"Kami melihat bulan saat berada di ubun-ubun (yaumul bil) atau bulan sedang purnama 15 hari pada pertengahan Syaban. Jadi kami tidak melihat hilal," kata Edizon.

Saat bulan Syaban inilah, para ulama Naqsabandiyah memaksimalkan usaha untuk menghitung jumlah hari dalam satu bulan Syaban. Hal ini yang akan membuat mereka mengambil keputusan dalam sidang "Isbat" ulama Naqsabandiyah untuk menetapkan awal Ramadan.

Pengamatan bulan selama Syaban tidak hanya sekali dilakukan. Namun, dilakukan dalam empat hari saat awal bulan, pertengahan Syaban, hari ke 23, dan hari ke-29 Syaban. Begitu awal Ramadan ditetapkan maka Lebaran tidak perlu dihitung dengan rukyat tapi cukup dengan hisab.

Tarekat Syattariyah


Berbeda dengan Naqsabandiyah, tarekat Syattariyah tetap melihat hilal untuk menetapkan 1 Ramadan dan Lebaran. Hal ini yang membuat Lebaran Syattariyah, Naqsabandiyah dan pemerintah sulit menentukan hari Lebaran bersamaan.

Dalam sembilan tahun terakhir, tahun 2011 merupakan tahun di mana tarekat tersebut bisa Lebaran bersamaan dengan pemerintah.

Jika lebaran tahun ini juga bersamaan, maka untuk kedua kalinya tarekat yang memiliki jamaah 20 ribu orang ini akan Lebaran bersamaan dengan pemerintah. Tahun ini penetapan 1 Ramadan Syattariyah sudah sama dengan pemerintah yakni 21 Juli 2012. Hanya saja, penetapan Lebaran nanti ini masih menunggu hasil hilal ulama Syattariyah pada Sabtu, 18 Agustus 2012.

"Sabtu nanti kami melihat hilal di Pasir Ulakan, Pariaman, dan jarang yang tidak kelihatan," kata Ketua Umum Majelis Zikir Istiqamah Syattariyah (Mazis) Padang Pariaman, Syafri Tuanku Imam Sutan Sari Alam kepada VIVAnews, Selasa 14 Agustus 2012. Kecil kemungkinan puasa akan berjalan hingga 30 hari dalam sebulan. "Satu bulan bukan 30 hari saja."

Dalam 10 tahun, diperkirakan puasa selama 29 hari dilakukan empat kali, sisanya digenapkan 30 hari. Tapi, hal itu tidak sepenuhnya diterapkan karena tergantung hasil melihat hilal.

Apa yang dilakukan ulama Syattariyah terbilang masih unik. Mereka melihat hilal bersama-sama di Pantai Ulakan dengan mengandalkan mata telanjang dengan dua cara.

Pertama
, bila hilal berada di atas ufuk maka akan langsung kelihatan. Untuk yang ini, soal berapa derajat di atas ufuk hal ini tidak menjadi keharusan. Kedua,  apabila hilal di bawah ufuk atau tidak terlihat. “Kami akan menunggu hingga pukul 20.30 malam," ujar Syafri.

Dia menambahkan, "Kemarin kami melihat hilal pada hari Jumat dan puasa Sabtu. Jadi 29 harinya tentu jatuh pada hari Sabtu juga. Saat itu kami melihat hilal. Jika tak terlihat, puasa digenapkan 30 hari."

Jamaah An-Nadzir

Jamaah An-Nadzir menetapkan Idul Fitri justru lebih awal dibanding Naqsabandiyah dan Syattariyah. Dari perhitungan yang dilakukan, pada Kamis 16 Agustus 2012 jamaah ini sudah sudah masuk 1 Syawal atau Lebaran.

"Namun karena masuk sekitar pukul 11.00 siang, paling lambat 12.00, maka tidak mungkin kami menggelar salat Ied saat itu," kata pemimpin An-Nadzir, Ustad Lukman Bakti kepada VIVAnews.

Pada hari Kamis itu juga mereka tetap berpuasa tetapi hanya sampai pukul 12 siang. Setelah itu berbuka karena sudah ada pergantian bulan atau masuknya bulan Syawal yang terjadi saat siang hari.

Menurut Ustad Lukman, idealnya jamaah An-Nadzir berlebaran keesokan harinya yakni Jumat pagi, 17 Agustus 2012. Tetapi, itupun harus diundur lagi karena bertepatan dengan hari Kemerdekaan RI.

"Kami menghargai perjuangan para pejuang bangsa yang mengucurkan darah syuhada mempertahankan kemerdekaan. Nabi saja menghargai kaum Yahudi dengan menunda Lebaran Idul Fitri satu hari. Kenapa kami tidak?” kata dia.  Sehingga, jamaah An-Nadzir menetapkan 18 Agustus 2012 sebagai hari Raya Idul Fitri.

Bagaimana metode yang digunakan An-Nadzir untuk menentukan 1 Syawal? Menurut Ustad Lukman, penghitungan itu sama dengan saat penentuan pada 1 Ramadan lalu.

Yakni mengintai dari perjalanan akhir Syaban. Kemudian untuk menentukan 1 Syawal itu, An-Nadzir kembali mengintai dari perjalanan malam ke malam pada bulan Ramadan.

"Itu didasari pada pengawasan dan parameter-parameter sejak awal. Yakni mengamati hari demi hari, mulai saat bulan ke 15 atau saat purnama, kemudian menghitung mundur," ujar dia.

Perburuan Top Skor Liga 1 Memanas! Flavio Silva Ancam David Da Silva
Sandra Dewi dan Harvey Moeis

Terpopuler: Sandra Dewi Kena Hujat karena Suami sampai Sopyan Dado Meninggal

Round-up dari kanal Showbiz pada Kamis, 28 Maret 2024. Salah satunya tentang Sandra Dewi yang kena hujat netizen karena suaminya jadi tersangka kasus dugaan korupsi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024