SOROT 202

Bulan Suci di Yerusalem

al aqsa
Sumber :
  • EPA/Mohammed Saber

VIVAnews - Sekitar 100.000 orang berjubel di Masjid Al-Aqsa, Jumat 20 Agustus 2012. Berdesak-desakan. Mereka melaksanakan salat Jumat pertama di bulan Ramadan di Kota Tua, Yerusalem bagian Timur. Namun, tak mudah ternyata menunaikan ibadah di masjid tertua itu.
 
Yerusalem merupakan kota suci buat tiga keyakinan. Selain Al-Aqsa, juga terdapat Temple Mount atau Al-Haram Al-Sharif yang di atasnya berdiri Dome of the Rock. Bangunan itu disucikan umat Muslim, Kristen, dan Yahudi. Di Kota Tua juga berdiri Tembok Ratapan, sisa dinding Bait Suci. Di situ pula berdiri Gereja Makam Kristus yang disucikan umat Kristen.
 
Secara de facto, Israel menguasai Yerusalem, sejak perang enam hari pada 1967. Hidup di bawah bayang-bayang Israel memang tak mudah bagi muslim Yerusalem, termasuk untuk urusan beribadah. Berbagai pembatasan mereka terima sejak pendudukan dimulai.
 
Untuk masuk Kota Tua perlu izin khusus. Yang dikecualikan hanyalah pria yang sudah menikah dan berusia di atas 50 tahun serta perempuan telah menikah dan berumur 45 tahun lebih. Meski demikian, muslim Yerusalem tetap bersuka cita menyambut Ramadan. Mereka mengisinya dengan segala tradisi yang telah hidup ratusan tahun, warisan moyang mereka.
 
Letusan meriam
 
Semarak selalu merebak saat Ramadan menjelang. Warga sibuk menghias jalanan dengan berbagai dekorasi. Didominasi reka-reka berbentuk bulan sabit keemasan --sebagai simbol Islam-- hampir di setiap gang terpasang lampu hias. Menjuntai berwarna-warni. Berkelap-kelip terang. Menjadikan malam Yerusalem bak siang.
 
Di tengah gemerlap lampu itu, warga muslim tetap berduyun ke Al-Aqsa. Mereka bertarawih, membaca kitab agama, melambungkan doa-doa, dan ritual lainnya.
 
Usai ritual Ramadan, dagangan digelar --mulai buah-buahan hingga manisan. Warga menyemut di jalanan.
 
Yang unik, selama Ramadan, gelegar suara memecah Yerusalem tiap matahari tenggelam. Suara itu dari sebuah meriam, sebagai tanda waktu berbuka. Muslim Yerusalem tidak akan membatalkan puasa sebelum mendengar dentuman itu. Tradisi ini telah berlangsung ratusan tahun --diyakini bermula dari Kairo, Mesir; dan lalu diadopsi sejumlah negara, hingga di luar Kota Tua Yerusalem.
 
Selama 120 tahun, tugas menyulut meriam ini diemban satu keluarga, secara turun temurun. Sejak 1992, itu jadi tugas Rajai Sandouka. Dia menggantikan ayahnya. "Dua bulan sebelum Ramadan, orang-orang datang dan meminta saya mengecek jam saya supaya tepat, mereka ingin berbuka secepat mungkin," kata Sandouka, seperti dikutip BBC.
 
Sandouka menjalankan tugasnya setiap senja. Dari atas kompleks pemakaman Muslim, meriam itu dia dentumkan setelah mendapat isyarat dari Al-Aqsa. "Saya tahu di Yerusalem tidak ada muslim yang makan sebelum mendengar meriam dan masjid belum azan. Saya bangga melakukan hal ini," katanya.
 
Keluarga Sandouka bertugas sejak Yerusalem dikuasai Ottoman. Kini meriam yang dibunyikan kakeknya tempo dulu telah diganti dengan tipe yang agak baru. Dahulu kala, dentuman terdengar dua kali sehari. Pagi hari pertanda dimulai puasa, dan sore saat berbuka. Kini, itu hanya dibunyikan waktu berbuka saja.
 
Pada 2001 dan 2002, tradisi ini dilarang Israel. Penggunaan segala macam mesiu diharamkan. Bahkan, pada 2002, dentuman tak terdengar sepanjang Ramadan. Sandouka pun bernegosiasi. Dia ketuk pintu demi pintu, meminta warga meneken petisi. Akhirnya tradisi itu pun hidup kembali. Meriam bisa menyalak lagi.
 
Selama bertugas, ada satu peristiwa yang tidak pernah dia lupakan. Dia pernah membuat kesalahan fatal. Meriam itu dia sulut satu menit sebelum waktu berbuka. "Di hari berikutnya, semua orang meneriaki dan ingin memukuli saya. Dan saya sadar betapa pentingnya peran saya di sekitar kota ini," katanya mengenang peristiwa itu.
 
Musahirati
 
Tradisi kuno lain yang masih hidup selama Ramadan di Yerusalem adalah Musahirati, yaitu membangunkan warga untuk sahur. Para pemuda kampung berjalan di gang-gang untuk membangunkan tetangga mereka.
 
Sambil keliling, drum ditabuh kencang-kencang. Tak ada drum, kaleng pun jadi. Jalanan Yerusalem benar-benar dibuat gaduh. Para pemuda juga berteriak-teriak sopan, membangunkan warga lainnya.
 
Musahirati diyakini sebagai tradisi yang sangat tua. Diyakini, Nabi Muhammad sendiri yang menganjurkannya, walau dengan cara berbeda. Di zaman modern, tradisi membangunkan orang untuk sahur dilakukan dengan menabuh drum.
 
Namun sayang, sejak konflik 1967 pecah, kebiasaan ini jadi berbahaya. Musahirati pun menjadi langka. Bahkan, sejak 1979, desa-desa tidak lagi menggelar Musahirati hingga lima tahun berikutnya. "Pemukulan drum saat Ramadan sering dihentikan, bahkan sering dipukuli," kata Mike Odetalla, yang pernah tinggal di Beit Hanina seperti dimuat This Week in Palestina.
 
Kini, sejumlah pemuda berusaha menghidupkan lagi tradisi moyang ini. Mereka mengenakan pakaian tradisional, berkeliling menyusuri jalanan Yerusalem, membuat kebisingan di jalanan Kota Tua. "Mereka berkeliling di jalanan dan membangunkan tetangganya di Kota Tua dengan memukul drum dan memanggil-manggil. Sehingga anak-anak bangun dan akan memiliki kenangan indah saat Ramadan," kata Abed al-Mueti al-Natsheh yang tinggal di Kota Tua.
 
Kemenangan di Kota Tua
 
Rangkaian Ramadan diakhiri dengan Idul Fitri. Hari kemenangan. Muslim Yerusalem menuntaskan malam di masjid sebelum Hari Raya. Mereka bertakbir hingga pagi menjelang.
 
Kaum wanita menghabiskan malam dengan membuat manisan dan makanan lain. Saat pagi tiba, mereka berbondong ke masjid. Menunaikan salat Id.
 
Wajah-wajah terlihat ceria. Satu sama lain menyampaikan selamat. "Semoga sehat sepanjang tahun," begitulah salam khas Muslim Yerusalem selain "Eid Mubarak". Usai salat Id, warga menuju pemakaman, mengirim doa untuk leluhur. Setelah itu, mereka bersama-sama mengunjungi tetangga dan kerabat masing-masing.
 
Bagi anak-anak Yerusalem, momen ini menjadi kesenangan tersendiri. Baju baru, berbagai hadiah mereka terima. "Kami membeli balon, permen, dan kembang api. Semua anak tertawa, bercerita hadiah apa yang mereka peroleh," kenang Odetalla, warga Yerusalem yang kini tinggal di Amerika Serikat.

Top Trending: Hal yang Terjadi Jika Indonesia Tak Dijajah hingga Tawuran Brutal Antar Pelajar
Pelita Jaya memastikan tiket ke putaran final BCL Asia 2024

Perbasi Apresiasi Sukses Pelita Jaya Tembus Babak Utama BCL Asia

PP Perbasi mengapresiasi tim Pelita Jaya Bakrie Jakarta yang berhasil lolos ke babak utama Basketball Champions League (BCL) Asia 2024.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024