SOROT 203

Di Balik Sengketa Syiah-Sunni di Madura

Penganut Syiah di Sampang mengungsi dikawal polisi
Sumber :
  • Antara/ Saiful Bahri

VIVAnews – Bocah kecil yang jadi pengungsi di kampungnya sendiri itu menuliskan harapan di secarik kertas: “Aku ingin hidup damai”. Arfiah, nama bocah itu, kini menginap bersama ratusan pengungsi lain di GOR Sampang, Madura, Jawa Timur.

Prabowo Berkelakar Singgung Senyuman Berat, Anies: Kan Beliau yang Alami, Kita Biasa Aja

Ada coretan yang membuat jeri, dibuat oleh Zulfa, seorang bocah lain. “Takut dipukul sama orang yang membakar rumahku (hingga) hangus”. Kertas itu, bersama sejumlah ungkapan hati dari anak-anak kecil lainnya,  ditempelkan di tempat pengungsian. Mereka menyuarakan trauma dari sebuah pengalaman buruk.

Minggu, 26 Agustus 2012, sekitar 20 siswa dari Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang, hendak ke Bangil, Pasuruan. Mereka habis libur lebaran di kampungnya, dan berniat kembali ke pesantren Syiah di Bangil, milik Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).

Mahfud MD Jelaskan Alasan Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres di KPU

Mereka adalah anak-anak dari jamaah Syiah.

Matahari beranjak tinggi ketika rombongan anak-anak itu berangkat. Ditemani sejumlah orang tua, mereka menyewa minibus. Gerbang Desa Karang Gayam belum lagi terlihat, ketika kendaraan itu dihadang sekitar 500 orang. Massa memaksa rombongan mengurungkan niat jamaah ke Pasuruan.

Apa Jadinya Jika Timnas Indonesia U-23 Ketemu Israel di Olimpiade 2024?

Perang mulut pun meletup. Situasi tambah panas. Para penghadang itu mulai brutal. Mereka melempari minibus itu dengan batu. Tak cukup, dan ini bikin kecut:  kendaraan itu dibakar. Jamaah Syiah pun ketakutan.

“Mereka berlarian pulang ke rumah. Menyelamatkan diri," kata Akhol Firdaus, juru bicara Kelompok Kerja Advokasi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan (Pokja AKBB) Jatim. Kelompok Kerja itu turun ke Sampang untuk melakukan investigasi.

Menurut Akhol, para jamaah ini lalu bersembunyi di rumah Ustad Tajul Muluk. Tapi orang-orang yang marah itu rupanya tak puas. Mereka pun mengepung rumah sang ustad.

Seorang anggota jamaah Syiah, Muhammad Hasyim alias Hamamah, keluar  rumah. Dia bermaksud mengajak berunding orang-orang yang dirasuk kemarahan itu. Jamaah Syiah lainnya berjaga di tengah kepungan massa.

Tiga wakil dari massa lalu bertemu Hamamah. Awalnya hendak berunding, tapi ujungnya mereka mengeroyok lelaki bercambang lebat itu. Ada yang mencabut celurit, dan menyabet senjata lengkung itu ke perut Hamamah. Lelaki itu roboh. Lalu datang tiga orang lagi. Mereka berenam dengan senjata tajam menyerbu lelaki malang itu. Leher Hamamah nyaris putus.

Melihat Hamamah tak berdaya, Muhammad Thohir ikut membantu menyelamatkannya. Sialnya, pertarungan itu tak seimbang. Celurit berkelebat. Punggung Thohir, jamaah Syiah yang berani itu, terkoyak. Lukanya selebar 20 sentimeter. Ada belulang putih terlihat, selebihnya darah merah mengucur deras. Akan halnya Hamamah, nyawa tak terselamatkan. Muhammad Thohir sempat kritis, dan dirawat di rumah sakit, dan akhirnya meninggal.

Melihat pertarungan itu, ratusan massa anti-Syiah merangsek. Mereka melempari rumah Ustad Tajul dengan batu.  Para saksi melihat massa melempar bondet --sejenis petasan berisi paku, beling, dan benda tajam lainnya. "Massa juga memukul beberapa jamaah dengan kayu," ujar Akhol. "Banyak perempuan dan anak-anak terluka."

Jamaah lainnya tambah kecut. Mereka lari ke gunung dekat kampungnya. Sebagian berlindung di gedung SDN 4 Karang Gayam.

Sejam kemudian, massa mulai membakar rumah warga Syiah. Kampung Syiah lain, di Desa Bluuran, Kecamatan Karang Penang, Sampang, juga hangus. Ini adalah kampung Ustad Iklil Al Milal, adik kandung Ustad Tajul. Sekadar informasi, Iklil dan Tajul adalah kakak-beradik. Mereka juga sama-sama penganut Syiah.

Tak jelas berapa banyak rumah yang jadi arang. Jumlahnya masih simpang siur.  Polisi mengatakan ada 32 rumah. Hasil investigasi Kelompok Kerja mencatat lebih dari 50 rumah jamaah Syiah dibakar. "Hanya tersisa 5 rumah jamaah Syiah di dua kampung itu yang tidak dibakar massa," ujar Akhol.

Wahyuni, investigator dari Center for Marginalized Communities Studies (CMARs) menyebut, saat itu ada anggota polisi dan TNI di lokasi. Tapi hanya diam melihat penyerangan. "Bahkan seorang jamaah Syiah mengaku melihat salah satu anggota polisi yang teriak mendukung penyerangan," kata Wahyuni.

Tapi kepolisian membantah kalau mereka seperti berpangku tangan. Polri mengaku sudah menurunkan aparat ke lokasi kejadian. Kaposek Omben bahkan ikut turun saat kejadian penyerangan. “Tapi tetap kalah karena kurangnya personel dibanding massa," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Agus Rianto, Rabu, 29 Agustus 2012.

Syiah sesat?
Pembakaran rumah jamaah Syiah di Karang Gayam dan Bluuran ini bukan pertama kali. Bentrok sama pernah pecah pada Kamis, 29 Desember 2011. Bentrokan ini berujung pada pengusiran jamaah Syiah di dua desa beda kecamatan ini.

Dalam kasus ini, Tajul lah yang dipersalahkan. Dia ditahan, diadili, lalu divonis penjara dua tahun oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Sampang, Juli silam. Alasannya Tajul dianggap telah mengajarkan aliran sesat.

Memang Syiah sedikit berbeda dengan Ahlussunnah Wal Jamaah atau Sunni yang dianut sebagian besar muslim dunia, termasuk Indonesia. Syiah hanya dianut sekitar 10 persen umat Islam di dunia. Terbesar di Iran dan Irak.

Akar perbedaan Sunni dan Syiah sudah dimulai sejak Nabi Muhammad SAW wafat. Saat itu terjadi kekosongan pemimpin. Dengan dibantu Umar bin Khattab, Abu Bakar Ash Shidiq sukses ditunjuk sebagai khalifah, atau pemimpin pengganti Muhammad. Tapi, di balik semua itu ada ratusan orang tak setuju.

Mereka yang tidak setuju, yang kelak disebut Syiah ini, mengklaim Nabi Muhammad SAW telah mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai penggantinya. Mereka menuntut hak Ali, sang menantu Rasulullah sebagai khalifah. Mereka tidak mengakui khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan sebagai khalifah sah.

Anak-anak Ali dan penerusnya yang disebut sebagai Ahlul Bait (Keluarga Nabi Muhammad SAW), inilah yang menurut Syiah yang harus menjadi pemimpin umat Islam.

Puncak kekisruhan Syiah dan Sunni adalah pembantaian di Padang Karbala pada 680 Masehi yang menewaskan Husein bin Ali. Cucu Nabi ini meninggal setelah terjadi serangan dari Muawwiyah, khalifah pertama dari Dinasti Umayyah yang Sunni. Kelak, kejadian ini selalu diperingati oleh kaum Syiah sebagai peringatan Asy-syura.

Tragedi Karbala ini sangat melukai Syiah. Soalnya, sepertinya Muawiyah sengaja melenyapkan seluruh penerus Ali. Konflik ini pula yang membuat pengikut Syiah mengagungkan para imam mereka, yaitu Ahlul Bait dengan berlebihan.

Selain soal sejarah dan juga politik, ada sejumlah ajaran yang berbeda antara Sunni dan Syiah. Kaum Sunni banyak memakai Hadits para sahabat nabi, seperti Abu Hurairah, sedangkan Syiah berasal dari Ahlul Bait. "Jadi bukan berarti ajaran Sunni itu salah, dan Syiah sebaliknya," kata Ketua Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) sekaligus pembina pesantren Syiah, Jalaluddin Rahmat, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Mengenai kesesatan ini, MUI Jatim sudah mengeluarkan fatwa, kalau ajaran Syiah ini sesat. "Tidak layak ada di Indonesia termasuk di Jatim," kata Ketua MUI Jawa Timur KH KH Abdusshomad Buchori kepada VIVAnews di Surabaya. Fatwa pun keluar. Keputusan No 01/SKF-MUI/JTM/I/2012 adalah tentang larangan ajaran Syiah ini, dikeluarkan pada 21 Januari 2012.

Untuk memperkuat fatwa MUI Jawa Timur, Gubernur Jawa Timur juga mengeluarkan Surat Keputusan (SK) nomor 55 Tahun 2012 tentang Pembinaan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran sesat di Jatim.

Meski demikian fatwa itu dinilai terlambat. Seorang tokoh Sunni Jawa Timur, Achmad Zein mengatakan, seharusnya larangan ini sudah keluar sejak lama. "Kami memiliki bukti bahwa Syiah itu menyimpang," katanya.

Ia menyebut menyimpang, karena warga Syiah di Sampang itu menyebut Alquran sudah tidak orisinil lagi, dan mereka melaksanakan salat dalam tiga waktu, bukan lima seperti Islam pada umumnya. Mereka juga mengunggulkan para imamnya. "Keyakinan itu jelas menyimpang," ujar dia kepada VIVAnews.

Idrus Shahab, tokoh Syiah Jawa Timur dari Yayasan At-Tathir Surabaya menyanggah pernyataan Zein. Idrus menolak semua tuduhan sesat kepada kelompoknya.  "Apanya yang berbeda? Kami ini Islam," kata Idrus Shahab. Ia mengatakan, seperti melakukan salat menjadi tiga waktu (dhuhur-asyar, maghrib-Isya),  yang kita lakukan ada landasannya. "Landasannya ada dalam Alquran, surah Al-Isra, ayat 78," katanya.

Menurutnya, tudingan kepada pengikut Syiah sangat tidak tepat. Idrus malah balik menuding. “Itu lebih tepat ditujukan kepada mereka yang mengaku Islam, tetapi tidak menjalankan syariat”.

Bukan soal aqidah
Banyak yang mencium konflik Sunni-Syiah di Sampang itu tak murni soal perbedaan aqidah. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD yang berasal dari Madura, membuka tabir lain. Menurut dia, ini tak lain berawal dari soal cinta.

Kasus itu gara-gara dua bersaudara yang Syiah, jatuh cinta pada gadis yang sama. Lalu salah seorang di antara mereka keluar dari Syiah. "Orang-orang yang tak tahu lalu memprovokasi,” kata Mahfud, Selasa 28 Agustus 2012.

Mereka tak lain adalah Tajul Muluk dan Roisul Hukamah alias Rois, adik kandung Tajul. Mereka berdelapan saudara, dan kini pecah dalam dua faham. Tajul, Iklil, dan Hani satu kelompok yaitu Syiah. Sedangkan Rois dan Ummu Kulsum, adalah Sunni. Lainnya, Achmad, Bujur, dan Fatimah tidak jelas ikut aliran mana.

Intinya, konflik itu bermula dari pertengkaran dua saudara kandung. Mahfud mengklaim punya data-data historis di balik konflik horisontal di Sampang. Ia juga telah menyampaikan data itu ke Majelis Ulama Indonesia, Menteri Dalam Negeri, DPR, dan berbagai lembaga. Tapi ia menyesal, data itu seperti tak berguna. Soalnya, konflik kembali terulang di Sampang.

Tentu, konflik Sunni dan Syiah di Indonesia bisa menjadi hal yang sangat serius. Itu sebabnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun angkat bicara. Rusuh Sampang tak murni soal keyakinan, atau pertentangan mahzab. “Ada juga soal konflik internal keluarga yang akhirnya saling berkaitan,” kata Presiden, Senin, 27 Agustus 2012.

Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, menegaskan kerusuhan di Sampang adalah kriminal murni, bukan masalah agama. “Ini konflik keluarga yang berkembang di masyarakat, bukan masalah Syiah maupun anti Syiah,” kata dia.

Gamawan membenarkan ucapan Mahfud MD dan Jalaluddin Rakhmat. Mereka  mengatakan konflik Sampang berawal dari masalah keluarga sejak 2004, yaitu antara Tajul Muluk dan Rois yang mempunyai masalah pribadi. Dari soal keluarga ini, kasus lalu merembet ke jemaah.

“Keduanya kini berbeda aliran --satu Syiah, satu Sunni. Mereka juga memiliki banyak anak buah. Dari sini lah persoalannya. Jadi ini bukan masalah agama, tapi masalah pribadi yang dimiliki oleh kedua orang tersebut,” kata Mendagri.

Salah satu kisah di balik kasus Sampang disampaikan Jalaluddin Rakhmat. Dia menceritakan, Mei 2007 Tajul Muluk dilantik sebagai Ketua Umum IJABI Kabupaten Sampang periode 2007-2010. Sedangkan kakaknya Roisul Hukama sebagai Dewan Penasehat IJABI.

Tapi karena konflik akibat persoalan cinta, Rois lalu pindah ke Sunni. “Dia pindah ke pihak lawan Tajul untuk membangun kekuatan mengalahkan saudaranya," kata Jalaluddin. "Jadi dia meluaskan konflik keluarga dengan memanfaatkan potensi konflik agama.”

Seorang sumber VIVAnews di Sampang mengatakan, perempuan yang diperebutkan itu tak lain adalah Halimah. Saat dia masih 12 tahun, salah satu istri Rois meminangnya. Namun, karena Tajul akan menikahi Halimah, Rois diminta mengalah.

Kabar itu dibantah Tajul, dan juga keluarga Halimah. Menurut mereka, Halimah hanya dititipkan di tempat Rois karena dia seorang kyai, bukan dipinang.

Suatu hari, Tajul diminta meminangkan Halimah untuk Dul Azid. Tajul memenuhi permintaannya, dan pinangan Dul Azid pun diterima. Atas perkara inilah, Rois marah kepada Tajul. Tapi dampaknya besar, karena keduanya memiliki massa. Terjadilah gesekan yang menyebabkan dua nyawa melayang.

Dengan latar begitu, mungkin itu sebabnya peristiwa ini sulit disebut sebagai konflik Sunni-Syiah di Sampang, Madura.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya