-
VIVAnews - Halaman ini cukup luas. Bisa parkir tiga mobil plus 10 motor. Berdiri di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur, rumah itu bercat putih. Tapi sudah kusam. Di sejumlah sisi dinding, cat putih itu sudah mengelotok. Begitu masuk ke ruang tamu, bau asap menyambut hidung.
Pada ruang tamu itu ada lima kursi. Sejumlah tulisan yang dibingkai dan menempel di dinding itu menceritakan betapa pentingnya si empunya rumah. Greta Zahar, begitu nama sang pemilik, adalah penemu terapi balur dan asap kretek. Terapi yang dinilai ampuh menyembuhkan kanker. Tulisan-tulisan di dinding itu adalah ulasan soal terapi ini di sejumlah media massa.
Terapi ini sudah menolong banyak orang. Salah seorang staf di situ mengisahkan bahwa tahun 2007 lalu banyak pasien berobat ke sini. Meski tak seramai dulu, tempat ini masih didatangi banyak orang. Setidaknya 3 hingga 5 pasien sehari. Mereka berharap sembuh dari penyakit yang mengancam.
Seperti Kakek Ruslan, yang dijumpai Tomi Adi Wibowo dari VIVAnews , Rabu 13 November 2013, di tempat itu. Datang jauh dari Ciledug, dia dirundung kanker prostat. Sudah semenjak 5 tahun lalu. Ruslan mengikuti dua terapi. Balur dan asap kretek. Selama dua pekan. Ruslan diharuskan menghisap rokok.
Ruslan, yang bukan perokok sempat batuk-batuk saat pertama kali merokok. Tapi jangan salah mengira. Kretek yang dihisap itu bukan rokok seperti yang lazim ditarik para pemadat. “Rokok ini berbahan herbal untuk obat-obatan,” ujar Ruslan. Dia berharap setelah terapi ini penyakitnya perlahan tertekuk. Mudah-mudahan, katanya, “ Setelah dicek ke dokter hasilnya akan baik dan tidak perlu melakukan operasi.”
Berapa biaya yang harus dibayar?
Obat herbal untuk terapi ini memang sudah dicari. Staf tadi menuturkan bahwa jika mengikuti dua terapi sekaligus, balur dan asap herbal, maka biayanya sekitar Rp250 ribu. Lama waktu terapi bisa sampai 2 sampai 3 jam.
Semua penyakit , katanya, bisa diobati. Asal tekun. Mulai dari jantung, ginjal, sroke, hingga kanker. Dan sang dokter tidak asal menebak posisi sumber penyakit. Setiap pasien yang baru datang ke situ, katanya, diharuskan membawa hasil laboratorium dari rumah sakit. Tujuannya, untuk melihat letak penyakit. Dengan begitu bisa ditentukan lokasi yang akan dibalur dan diasapi.
VIVAnews berusaha mengontak Dr. Gretha Zahar demi menggali lebih dalam soal terapi balur. Namun sayang sang dokter belum bersedia diwawancara. Tapi terapi ini memang sudah banyak ditulis media. Termasuk tulisan-tulisan yang dibingkai dan mematut di dinding ruang tamu itu.
Secara teknis terapi ini disebut Divine Kretek atau Balur Nano. Cara kerja terapi ini bisa dibaca dalam buku Divine Kretek Rokok Sehat . Prinsip divine kretek adalah menangkap metal –Hg* di tembakau (rokok) dengan scavenger, yang merupakan formula gabungan senyawa asam amino aromatik dan EDTA dalam larutan air trides.
Divine kretek sudah dimulai semenjak tahun 2007. Metode ini digunakan untuk menyempurnakan terapi metode balur pengobatan penyakit-penyakit degeneratif. Selain di Jakarta, metode ini dipraktekkan seorang dokter di Malang, Jawa Timur.
Dalam terapi balur itu, pengasapan dengan asap divine kretek diintegrasikan dalam sistem terapi. Di Jakarta, penelitian dan praktik mode balur dipimpin langsung Dr. Gretha Zahar. Untuk kepentingan terapi, ia memformulasi lebih dari 40 jenis divine kretek dengan scavenger yang berbeda-beda dan fungsi yang berbeda-beda pula.