- REUTERS/Alessandro Garofalo
VIVAnews - Apa yang menjadi inspirasi para desainer untuk tren musim semi 2015? Jawabannya adalah citra simpel, ringan, praktis dan penuh warna yang tercermin dari cutting, motif serta bentuk busana.
Sejak pertengahan tahun lalu, tren musim semi 2015 telah dirumuskan. Para desainer memberikan arahan gaya yang akan ditangkap para buyer dan peritel kemudian diterjemahkan di rak-rak pusat perbelanjaan, butik, maupun gerai multibrand. Lalu, apa yang akan menjadi the must have item di tahun 2015?
Dari catwalk internasional, mulai New York hingga Paris, ada satu benang merah yang bisa ditarik. Hampir semua desainer bernostalgia dengan era 1970-an. Nuansa hippie mendominasi catwalk mode internasional, dengan satu pesan besar perdamaian.
Banyaknya peperangan yang terjadi sepanjang 2014, memengaruhi dunia mode. Para perancang pun berusaha mengirim pesan perdamaian lewat koleksi yang mereka sajikan.
Oleh karena itu, tidak heran jika busana yang mereka suguhkan untuk musim semi 2015 lebih santai dengan banyak aksen ceria. Motif floral dan warna-warna cerah hadir di hampir seluruh pekan mode.
Lihat saja koleksi Pucci di Milan Fashion Week yang mengambil teknik tie-dye di atas bahan transparan atau busana berpotongan trapeze dari Chloe. Di sisi lain, Gucci bekerja dengan patchwork. Adapun Dries Van Noten menyajikan nafas bohemian nan kental di atas catwalk.
Bentukan gaun bersiluet loose menjadi primadona, dengan sedikit tambahan detail renda ataupun manik-manik yang membuat koleksi busana terlihat romantis.
Dari segi warna, di 2015, marsala alias warna cokelat kemerahan, diprediksi menjadi tren, selain kuning, biru, hijau muda, serta merah keunguan. Kendati pun catwalk mode untuk 2015 merumuskan permainan warna yang lebih cerah, dua warna utama, hitam dan putih tetap tidak bisa ditinggalkan.
Selain itu, sisi praktis pun diperlihatkan para desainer New York dengan mengesampingkan idealisme dan lebih memilih menghadirkan koleksi yang sesuai selera pasar. Tren mode pun akhirnya bergeser pada busana yang praktis, simpel, dan berdaya guna tinggi. Sesuatu yang akan bisa terus digunakan, bahkan saat musim berganti.
“Adanya resesi dan konflik di berbagai belahan dunia sangat memengaruhi mode. Hal itu membuat para desainer harus menghadirkan koleksi yang tak lekang waktu, yang justru bisa dikenakan di berbagai musim dan itu sangat membantu penjualan,” ujar Presiden Council of Fashion Designers of America (CFDA) Diane Von Furstenberg.
Tantangan untuk menghadirkan koleksi yang mampu menarik minat belanja para konsumen pun dijawab para desainer New York juga London, dengan menghadirkan rangkaian busana yang didominasi warna hitam dan harga yang lebih terjangkau.
“Sekarang ini merupakan saat yang sangat menantang,” ujar desainer Zac Posen. “Tingkat belanja konsumen menurun akibat resesi dan kami harus membuat sesuatu yang bisa mengembalikan minat mereka dalam berbelanja dan itu adalah hitam. Kenapa? Karena hitam tidak pernah gagal,” kata Posen, yang koleksinya banyak digunakan selebritas Hollywood ini.
Gaya lain yang juga diprediksi akan menjadi besar di 2015 adalah siluet militer. Gaya kamuflase dalam warna hijau army terlihat di catwalk Stella McCartney juga pemain baru di Pekan Mode Paris, Vetements. Adapun Chanel memadukan napas militer dalam gaya ulitarian nan modis lewat bahan suede. Sementara Marc Jacobs mengombinasikan siluet tegas khas militer dalam gaya hip hop yang funky.
Bahan kulit juga akan meraja di 2015. Lihat saja Louis Vuitton, Christopher Kane dan Versace yang bermain dengan potongan maskulin dan aksen laser cut. Di catwalk Versace, kulit tampil dalam napas imut khas Barbie, dan Calvin Klein menyajikan kulit dalam nuansa monokromatik chic.
Bagi mereka penyuka denim, 2015 adalah tahun yang tepat. Pasalnya, di tahun mendatang, denim kembali chic. Para pemain besar seperti Valentino, Chanel dan Louis Vuitton bermain dengan denim dalam berbagai gaya, mulai celana panjang bermodel klasik, terusan kasual, hingga blazer bergaya formal.
Di Paris, catwalk terakhir yang menjadi penutup seri pekan mode internasional, tren mode menjelma dalam drama. tidak hanya dari desainer berkaliber internasional, melainkan juga perancang-perancang muda Asia, termasuk dari Indonesia.
Desainer kelahiran Indonesia yang berbasis bisnis di Singapura, Harry Halim, berhasil memikat pelaku mode Paris dengan koleksi androgyny berpalet monokromatik. Tidak jauh berbeda dengan koleksi dari desainer asal Korea Selatan Moon Young Hee yang mengambil inspirasi dari gaya arsitektur bangunan gudang abad ke-19, yang dituangkan dalam siluet busana yang lebih clean dan lean.
"Untuk musim semi 2015, saya menghadirkan gaya yang lebih feminin sekaligus dramatis," kata Young Hee kepada Reuters, menjelaskan bahwa drama memang harus selalu ada di panggung Paris.
Bergeser ke Indonesia, arah tren mode juga ternyata tidak jauh berbeda dengan catwalk internasional. Di panggung Jakarta Fashion Week, para desainer juga menghadirkan koleksi yang terinspirasi garis busana era 1970an dan 1980-an, seperti yang terlihat di catwalk Priyo Oktaviano dan Sapto Djojokartiko.
Mengambil inspirasi dari Mata Hari, sang mata-mata eksotis, Sapto mengombinasikan gaya vintage dengan siluet modern. Koleksi ini terlihat mewah dengan motif dan aplikasi teknik beading kristal yang rumit. Hasilnya, dress panjang maupun panduan celana dan jaket terlihat sangat elegan.
Tapi tidak hanya sentuhan tren dari catwalk internasional yang disajikan JFW 2015 sebagai rumusan tren mode tahun mendatang, tapi juga kombinasi citra etnik dan modern yang tersaji dihampir setiap koleksi desainer, mulai Obin Komara hingga Vinora Ng.
Bahkan, Iwan Tirta Private Collection yang menyuguhkan motif batik klasik inggil khas sang maestro dalam nafas yang lebih muda.