SOROT 368

Buah Lokal, 'Raja' Tanpa Tahta

petani jeruk siap panen
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dyah Pitaloka

VIVA.co.id - Siang itu, Sasmita dan Soma sibuk menyortir buah apel Batu. Di bawah rimbunnya dedaunan pohon buah khas kota Malang, Jawa Timur itu, delapan keranjang berisi berton-ton apel Manalagi menunggu untuk dipilah. Disortir sesuai ukuran sebelum dijual ke pasar.

Wajah Soma berseri-seri. Panen musim kemarau kali ini menghasilkan apel lebih banyak, ketimbang saat musim penghujan.

Ya, Soma dan Sasmita, yang juga petani sekaligus penjual buah apel Batu, merasakan legitnya panen apel di dusunnya. Di salah satu lahan Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, itu, warga menikmati panen melimpah tahun ini.

Laju Ekspor-Impor Buah di Indonesia

 

petani apel siap panen
Untung Manis Si Buah Lokal
Panen apel melimpah di tengah musim kemarau panjang.

 

Tentara Israel Ramai-ramai Pajang Foto saat Perang di Aplikasi Kencan


Setidaknya, mereka bisa menikmati jerih payah, di tengah musim kemarau panjang. Apalagi, buah lokal yang dipanennya, memiliki kualitas lebih baik dari buah impor. Mereka pun meyakinkan apel lokal yang dipetiknya lebih segar.

“Apel lokal ini jauh lebih awet dibanding apel impor. Setelah dipetik, bisa tahan 1 bulan di luar lemari es dan semakin manis," kata Soma, petani dan buruh petik apel Batu, Malang, kepada VIVA.co.id, Kamis 29 Oktober 2015.

Kondisi itu berbeda dengan apel impor, yang akan keriput dan kusut jika tidak masuk lemari es sehari saja. Makin bagus kualitas, buah lokal makin banyak dicari.

Tak hanya apel Batu, banyak buah domestik lainnya yang juga kian disukai. Durian Medan, misalnya.

Ismail Ginting, petani di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, kepada VIVA.co.id, mengatakan, sepintas buah durian di daerahnya sama dengan negara lain. Jika dilihat dari warna dan ketebalan daging durian relatif sama.

"Namun, kadar alkoholnya paling unggul dibanding durian dari daerah mana pun," ujarnya.

Ginting menilai, petani di Indonesia semestinya bisa memanfaatkan keunggulan itu untuk meningkatkan kualitas buah. Jika kualitas buah lokal makin baik, buah impor perlahan akan ditinggalkan masyarakat.

Rasa lebih manis, dan tingkat kesegaran yang terjaga, menjadikan sejumlah buah lokal seolah telah jadi "tuan rumah" di negeri sendiri. Kondisi itu menunjukkan bahwa tak semua "barang" impor memiliki kualitas lebih baik. Supermarket di sejumlah kota besar pun kini banyak menjajakan buah lokal kualitas "super".

Pusat perbelanjaan tak mau ketinggalan. Bertajuk "Pameran Sayur dan Buah Lokal," Kementerian Perdagangan dan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyasar beberapa mal untuk promosi produk dalam negeri itu. Tentunya, penjualan langsung di sejumlah supermarket hingga "mempertontonkan" melalui pameran, buah lokal akan semakin dikenal masyarakat.

Pemilihan mal sebagai lokasi pameran ini tidak luput dari peran pemerintah dalam ikut menyosialisasikan buah lokal. Pengunjung dan konsumen pun akan teredukasi bahwa hasil buah-buahan petani Indonesia sehat, aman, dan higienis untuk dikonsumsi.

Parhan (35), pedagang buah di Kalimalang, Jakarta Timur, juga mengatakan, konsumen saat ini banyak yang mencari buah lokal karena umumnya lebih murah dibanding buah impor. Selain itu, buah lokal lebih segar dan vitaminnya masih terjaga.

"Beda sama buah impor. Biasanya lama di kapal, disimpan di gudang baru dijual. Jadi, vitaminnya juga berkurang," kata Parhan kepada VIVA.co.id.

Buah lokal yang sering dicari pembeli di antaranya jeruk, mangga, dan pisang. Mereka banyak memburu buah lokal sejak 2008.

Saat itu, buah impor yang seharusnya merapat di Tanjung Priok, dipindahkan ke Surabaya, di Pelabuhan Tanjung Perak. Pemindahan itu membuat biaya distribusinya naik, sehingga buah impor harga jadi mahal.

"Kemudian, masyarakat lebih nyari buah lokal," tuturnya.

Berdasarkan data yang diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian, produksi produk hortikultura yang dilarang impor selama periode 2010-2014, memang berfluktuasi. Namun, beberapa produk buah menunjukkan tren naik.

Melon misalnya. Pada 2010, produksi hanya mencapai 85,2 ribu ton, sebelum melonjak hingga 150,3 ton pada 2014. Pisang juga cenderung naik, meski sempat turun pada 2013.

Pada 2010, produksi pisang mencapai 5,81 juta ton dan meningkat menjadi 6,86 juta ton pada 2014. Sementara itu, yang relatif stabil di antaranya nanas. [Lihat INFOGRAFIK: Laju Ekspor Impor Buah Indonesia]

bus ini disulap menjadi pasar

Ketergantungan Buah Impor Harus Dikurangi

Indonesia sudah waktunya menghargai buah lokal milik sendiri.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2015