SOROT 377

Naga yang Tumbuh dalam Diam

Seorang tentara China dengan matanya sipit.
Sumber :
  • REUTERS/China Daily
VIVA.co.id
- Raksasa China sudah bangun dari tidur panjang. Dari negara yang dulunya dipandang miskin dan terbelakang, kini melesat menjadi raksasa ekonomi. Hanya dalam 30 tahun, negara itu telah berkembang dari sebuah negara pertanian miskin menuju negara produsen yang kuat.

Model pembangunan China yang lebih melihat ke dalam, dengan menguatkan investasi dan memproduksi sendiri, membuat negara ini akhirnya melesat menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Pilihan untuk terus fokus pada pengembangan ekonomi sungguh tepat. Selama masa pengembangan itu China tak pernah tertarik untuk bergenit-genit dengan pengembangan militer. Negeri dengan penduduk terbesar di dunia ini bahkan tak pernah melibatkan diri dalam konflik militer yang terjadi di berbagai negara. 

Namun, diam-diam ia mencengkeram masuk menguasai perekenomian.
Saat pembangunan di Afrika kurang dilirik oleh AS dan Eropa, China masuk ke wilayah tersebut.

Mereka menawarkan pinjaman dan investasi segar bagi negara-negara miskin di Afrika. Investasi China di Zimbabwe bahkan membuat negara Afrika itu menyerah pada kedigdayaan China.

Zimbabwe ditinggalkan AS dan Eropa karena isu HAM. Selama tahun 1999 hingga 2009 negara di Afrika itu berjuang sendiri.

Namun China masuk ke negara tersebut, menawarkan investasi dan utang hingga US$1miliar. Dua tahun terakhir mata uang Yuan mulai digunakan di Zimbabwe, dan kini diresmikan sebagai mata uang negara tersebut.

Menteri Keuangan Zimbabwe, Patrick Chinamasa, melalui pernyataan yang disampaikan pada Senin, 21 Desember 2015 mengatakan, negara itu secara resmi akan menggunakan Yuan sebagai mata uangnya.

Kedatangan Presiden China di Bandara Halim

Pada 21 Desember 2015, Tiongkok secara resmi akan menggunakan yuan sebagai mata uangnya. FOTO: ANTARA/Sigid Kurniawan

Sebagai imbalannya, China akan menghapus utang Zimbabwe hingga US$40juta. "Mereka mengatakan akan membatalkan utang kami yang jatuh tempo tahun ini. Saat ini, kami dalam proses finalisasi mencatat instrumen utang dan mengalkulasi utang," kata Chinamasa, seperti dikutip dari Al Jazeera, 21 Desember 2015.

Di Indonesia, China menelikung Jepang di kompetisi pembangunan kereta api cepat Bandung-Jakarta. Bulan Agustus lalu, Menteri Pembangunan Nasional dan Reformasi Tiongkok, Xu Siaoshi menawarkan proyek HSR tersebut dengan nilai investasi US$5,5 miliar, atau sekitar Rp72 triliun. Jauh diatas angka yang ditawarkan Jepang.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini S. Sumarno mengatakan, China memenuhi syarat untuk membangun proyek tersebut. Tak hanya menawarkan investasi besar kepada Indonesia, China bersedia menyanggupi skema B to B yang ditawarkan pemerintah Indonesia, sementara Jepang menginginkan jaminan dan campur tangan pemerintah Indonesia. 

Di Saudi Arabia, China mampu menembus negara itu dengan King Long bus, yang digunakan untuk mengangkut jemaah haji.

Bank Dunia ala Tiongkok

Tak cukup masuk ke berbagai negara melalui serbuan produknya, China juga sudah menyiapkan berbagai lembaga keuangan untuk membantu menjaga stabilitas perekenomiannya. Dikutip dari South China Morning Post, ada tiga lembaga keuangan yang disiapkan China, Silk Road Infrastructur Fund, Asian Infra Investment Bank, dan New Development Bank.

Tiga lembaga keuangan ini dibentuk untuk mendukung pembangunan, dan mengimbangi dominasi Barat untuk menyediakan hutang. Selama ini, tiga lembaga keuangan besar dunia dikuasai oleh Bank Dunia, IMF dan ADB.

Silk Road Infrastructure Fund atau Dana Infrastruktur Silk Road diluncurkan pada Februari 2014. China menanam investasi hingga US$ 40 miliar. Ini adalah bagian yang menunjang program ambisius One Belt One Road yang digadang China. 

Dana tersebut dikapitalisasi terutama oleh cadangan devisa China dan dimaksudkan untuk dikelola seperti dana kekayaan kedaulatan China.

China juga mendirikan New Development Bank (NDB). NDB adalah bank pembangunan multilateral yang didirikan oleh lima negara dengan perkembangan ekonomi terpesat yang tergabung dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

Bank of China

China juga sudah menyiapkan berbagai lembaga keuangan untuk membantu menjaga stabilitas perekenomiannya. FOTO: REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files

NDB didirikan pada tanggal 15 Juli 2014. Bank ini diunggulkan dengan US$50 miliar modal awal, dengan maksud untuk meningkatkan modal US$100 miliar. Bank akan berkantor pusat di Shanghai. Setiap negara akan memiliki satu suara dan tidak ada negara akan memiliki hak veto.

Tak cukup sampai disitu, pada Oktober 2014, China juga mendirikan  Asia Infra Investment Bank (Asian Infra Investment Bank). AIIB bercita-cita menjadi bank pembangunan global dengan 21 negara anggota Asia (China, India, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Pakistan, Bangladesh, Brunei, Kamboja, Kazakhstan, Kuwait, Laos, Myanmar, Mongolia , Nepal, Oman, Qatar, Sri Lanka, Uzbekistan dan Vietnam), dengan modal terdaftar hingga US$ 100 milyar.

Laut China Selatan

Meski sempat tak melirik ekspansi militer, akhirnya China memperluas jangkauan strategis. Wilayah Laut China Selatan menjadi area yang kini dipertahankan mati-matian oleh China.

Wilayah yang juga diklaim oleh Jepang, Filipina dan Vietnam, dikuasai China. Menggunakan dalil Nine Dash Line, yang dibuat RRC pada tahun 1947. Nine Dash Line, awalnya adalah Eleven Dash Line, pertama kali diperkenalkan sebagai sebuah peta yang dipublikasikan oleh RRC untuk menegaskan klaimnya pada wilayah Laut China Selatan.

Sampai sekarang, China menggunakan dalil itu untuk mengklaim wilayah yang masih menjadi sengketa. Di sana, China membangun pulau buatan, dan menegaskan kedaulatan atas perairan sekitarnya.

Vietnam Kirim Peluncur Roket ke Laut China Selatan

Meski Filipina, Jepang, dan Vietnam menolak klaim tersebut, namun China tak peduli. Negara itu terus memperkuat pertahanan disana. Pertengahan Desember, China menggelar latihan militer “serius” di wilayah tersebut.

Di sana, China mengerahkan semua alat tempurnya. Kapal perang, kapal selam, dan jet tempur digunakan untuk melakukan simulasi perang.

Tiongkok Bangun Hanggar Pesawat di Laut China Selatan

Aksi China ini menuai kecaman dari negara tetangga yang merasa wilayah itu masih sengketa dan belum resmi milik China. Panglima Armada Pasifik Amerika Serikat bahkan memperingatkan, aksi China bisa memunculkan perlombaan pamer senjata bisa melanda kawasan itu.

Reklamasi daratan oleh China di Laut China Selatan

Datang Sebagai Turis ke Jerman, Malah Dikira Imigran

Wilayah Laut China Selatan menjadi area yang kini dipertahankan mati-matian oleh China. FOTO:

Banyak negara akan tergoda untuk mengerahkan kekuatan militer untuk menyelesaikan pertengkaran teritorial. Menanggapi komentar AS, Menteri Luar Negeri China , Wang Yi, dengan tegas meminta negara lain untuk tenang karena menurutnya, wilayah itu sangat stabil.

Saat melakukan kunjungan ke Berlin, Wang Yi menyindir sikap AS dengan tegas.  “Negara-negara yang tak berada dalam kawasan dan memiliki perhatian pada wilayah ini, dan kami sangat mengerti tentang itu.

Namun menurut kami, wilayah ini membutuhkan dukungan untuk menjaga stabilitasnya dibanding mengganggu ketenangan atau mengadu domba negara lainnya,” katanya seperti diberitakan oleh Reuters, 19 Desember 2015.

Tahun 2015 sudah berakhir. China diprediksi masih akan menguat sepanjang 2016. Berdasarkan laporan The Forbes Global 2000, sepanjang 2015, perusahaan-perusahaan China dalam daftar ini meraup pendapatan hingga  US$4,6 triliun.

Keuntungan yang diraup mencapai US$473 miliar, dengan total aset US$25 triliun, dan US$6 triliun nilai pasar. Dari 2000 perusahaan global, China menguasai dengan 232 perusahaan. Angka ini melonjak lima kali lipat dari daftar pertama yang disampaikan Forbes pada tahun 2003.

Perkembangan ekonomi yang terus menguat dan kini aksi militer yang ditampilkan China membuat negara ini seperti tumbuh dalam diam, namun terus mengakar dan menguat. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya