Berkah Putaran Si Mungil

- VIVA.co.id/Purna Karyanto
Untuk ke depannya, dia sangat berharap permainan tradisional bisa dapat menggantikannya. Dan pemerintah bisa menjembatani hal tersebut dengan membuat teknologi industri rekayasa mesin untuk mainan kayu.
Salah satu model fidget spinner yang dijual di Jakarta. (VIVA.co.id/Purna Karyanto)
Danang mengakui, sulit berkembangnya permainan anak tradisional lebih disebabkan oleh bahan baku yang sulit. Seperti halnya memotong bambu terlebih dahulu untuk egrang ataupun gobak sodor.
"Dengan teknologi industri rekayasa mesin untuk mainan kayu, tentu akan menambah nilai jual. Sebab, sejak 30 tahun terakhir, mainan buatan anak bangsa kalah dengan mainan impor dari China," tuturnya.
Selain itu, agar lebih kompetitif, mainan tradisional, lanjut Danang, harus memiliki strategi dalam kapasitas produksi. Terlebih bahan baku mainan tradisional berbeda dengan mainan impor.
Kemudian, selain kapasitas produksi, tentunya adalah peningkatan permodalan, sebab masalah ini menjadi hal klasik dalam pengembangan industri di Indonesia. "Minimal tidak perlu uang, tapi bantu bahan baku saja," ujarnya. (art)