Lembaga Survei Ingin Hidup 1.000 Tahun Lagi

Direktur Sinergi Data Indonesia, Barkah Pattimahu
Direktur Sinergi Data Indonesia, Barkah Pattimahu
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Salah satunya adalah partisipasi publik. Jadi publik memberikan partisipasi atau masukan kepada pemerintah lewat data survei, bagaimana publik menilai kinerja pemerintahan saat ini, sehingga dari hasil itulah pemerintah bisa melakukan perbaikan-perbaikan.

Bagaimana keinginan publik misalnya terkait dengan isu-isu tertentu itu bisa digolkan. Salah satunya memang lewat lembaga survei, misalnya tentang bagaimana porsi perempuan di parlemen? Harus 30 persen. Nah, survei bisa membaca itu, dan ternyata memang keinginan mayoritas pemilih itu mengharapkan seperti itu.

Soal Pilkada langsung dan Pilkada tidak langsung ini juga tentu menjadi isu yang cukup berpengaruh, nah survei juga bisa membaca itu. Dampaknya, akhirnya pemerintah mengakomodir keinginan dan kepentingan publik lewat hasil survei. Karena ternyata mayoritas publik memang menginginkan pemilihan itu secara langsung.

Apakah bisa dikatakan bahwa lembaga survei ini bisa membaca atau menentukan peta situasi nasional?

Kalau kita berkaca dari hasil pemilu 2004 yang sudah diikuti perkembangan atau tren lembaga survei, kemudian Pemilu 2009, lalu 2014, misalnya, survei memberikan informasi dini tentang bagaimana situasi politik ke depan. Jauh-jauh hari sebelum pemilu dilakukan bahkan survei itu sudah memberikan informasi.

Dan itu terjadi juga di Pilkada-pilkada. Tahun 2015 Pilkada itu, hasil survei memberikan gambaran tentang hasil akhir, walaupun tidak semuanya sama, tetapi bisa dikatakan lebih banyak lah hasil yang sama, karena banyak memberikan gambaran apa yang akan terjadi dan itu terbaca terus oleh survei misalnya.

Seberapa signifikan hasil survei itu bisa membaca peta politik nasional?

Saya kira cukup besar ya pengaruhnya terhadap peta politik nasional. Misalnya, ketika kita bicara tentang Pilpres 2019, misalnya dari hasil survei banyak yang menyatakan bahwa 2019 ini akan banyak pemilih milenial, misalnya.

Nah, informasi ini kan juga tentu akan memberikan gambaran sehingga partai politik ataupun calon presiden bisa memberikan strategi yang tepat agar bagaimana memilih calon.

Karena jumlah pemilih pemula yang sangat besar itu tadi. nah, salah satunya bisa seperti itu. ataupun isu agama. Isu agama ataupun politik identitas menjadi cukup kuat, dan dari hasil survei itu terbaca kan, sehingga calon presiden atau koalisi partai harus bisa menentukan isu apa yang harus diambil, isu apa yang harus dijual ke masyarakat dengan melihat basis hasil survei tadi misalnya.

Ketika orang menginginkan tokoh agama, maka calon pasangan tertentu bisa mengakomodir tokoh agama masuk ke dalam koalisi partai politiknya, misalnya.

Kalau dalam konteks membentuk opini publik seperti apa? Apakah dapat membentuk serta mempengaruhi opini publik?

Memang dari survei ini kan kita mengambil persepsi publik kan, dan opini itu terbentuk dari persepsi publik. Dan Persepsi itu sumbernya dari data atau informasi yang dihasilkan oleh media. Media menghimpun itu lewat informasi atau pemberitaan, salah satunya adalah lewat lembaga survei, sehingga opini yang terbentuk melalui pemberitaan.

Misalnya opini tentang kinerja Presiden Jokowi saat ini. Ketika kinerja Presiden dianggap buruk, maka ini memberikan opini yang negatif tentang pemerintahan saat ini, dan ini akan menguatkan kompetitor atau calon-calon penantang, jadi memang sangat-sangat kuat sekali  opini yang dihasilkan oleh lembaga survei, karena basisnya adalah data. Dan saya kira masyarakat Indonesia sekarang sudah sangat melek terhadap informasi. Jadi sangat kuat saya kira.

Hasil riset bisa berdampak pada pro-kontra publik, bagaimana cara untuk mengantisipasi hal itu?

Halaman Selanjutnya
img_title