Di Amerika, Penyebab Hillary Clinton Kalah Itu Hoax

Dino Patti Djalal
Dino Patti Djalal
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Alhamdulillah sebagian besar bersedia. Mereka merasa terbantu dengan adanya platform ini. Tapi ada juga caleg yang posternya bertebaran di mana-mana, tapi setelah saya minta untuk datang dia tidak pernah respons, saya tidak perlu sebut namanya, sudah gampang ditebak itu. Posternya di mana-mana dia, sudah berkali-kali kita hubungi. Akhirnya kita give up. Karena kita ada batasnya juga kan, kita mengundang, bukan mengemis. Dia tidak mau datang, dan sama sekali tidak mau ikut. Padahal poster di mana-mana di Jakarta ini.  Jadi memang ada caleg yang strateginya itu adu poster saja, uangnya banyak, adu poster, tapi ketika diminta pandangan substantif, tidak bersedia.

Ini inisiatif Anda sendiri dan benar-benar tidak ada campur tangan dari KPU RI atau pihak lain?

Iya. Justru KPU baru tahu kemudian. Setelah ini jadi, baru kita lapor ke KPU. Dan Pak Arief mengapresiasi, dia bilang bagus ini. Jadi ini memang independen.

Sejauh ini bagaimana respons caleg dan diaspora sendiri terhadap program Know Your Caleg ini seperti apa?

Kalau respons caleg, kan tadi saya bilang bahwa ini learning by doing, dan ternyata terkuak (caleg) yang serius 30 persen. Dan ternyata terkuak juga ada istilah calon administratif, yang kalau saya plesetin caleg iseng, hehehe. 

Maksudnya caleg iseng?

Misalnya partai politik dapat tujuh slot, yang serius satu atau dua paling, yang lain gengsi mungkin ya. Mungkin hanya taruh nama doang. Ada satu nama yang kita telepon. Kita cari nama belakangnya, nomor teleponnya enggak ada, bahkan DPP partai pun tidak bisa kasih tahu. Jadi caleg iseng atau caleg administratif cukup banyak. Dan caleg yang tidak serius, dalam arti mereka mau dipilih oleh diaspora untuk mendapatkan vote, tetapi tidak mau bekerja meyakini diaspora, gitu.

Jadi saya lihat yang 30 persen ini so far yang serius, bahkan ada kategori agak over seriusnya, dalam arti hari pertama itu kita diteleponin, minta waktu, dan lain sebagainya. Saya tidak usah sebutkan namanya ya, tapi saya senang melihat yang seperti itu.

Selama ini sebenarnya bagaimana proses sosialisasi Pemilu di luar negeri?

Melalui KBRI, melalui PPLN. Dua itu yang paling dominan melakukan sosialisasi. Biasanya sih waktu saya masih jadi Dubes dulu itu, prosedurnya yang normal-normal saja. Misalnya ada satu malam yang mengundang semua WNI yang ada di sana. Tapi memang harus diakui terbatas sekali memang. Karena kalau mengundang itu, saya misalnya mengundang ke KBRI,  sekitar 200 orang yang datang dari puluhan ribu WNI kita yang tinggal di sana. Kan mungkin dia kerja atau ada kesibukan apalah, jadi memang terbatas sekali memang, makanya partisipasi di luar negeri itu kan hanya 34 persen.

Kira-kira dengan adanya program "Know Your Caleg" ini ada potensi meningkatkan partisipasi pemilih di luar negeri?

Potensi ada. Masalahnya bagaimana mendongkrak awareness mengenai hal ini. Kita sekarang itu umumnya sosialisasi melalui tokoh, melalui ormas, melalui individu, WhatsApp, dan melalui selebriti juga sudah mulai. Dan sekarang kita sudah sampai tahap mengirim WhatsApp kepada teman-teman, dan meminta teman-teman juga mem-blast. Sekarang sudah ada 15 negara yang melihat website kita. Kemarin saya naik pesawat dari Malaysia, ketemu orang. Dia bilang ke saya, oh Pak Dino ya, saya kemarin sudah lihat website-nya pak. Saya tanya dari mana dapatnya, dari PPI Malaysia. Jadi sudah menyebar ini.

Dino Patti Djalal

Selama ini bagaimana caleg Dapil luar negeri menyosialisasikan diri?

Strugling banget. Seperti yang saya ceritakan tadi soal Belanda.  Bahkan misalnya ada orang kaya dari Indonesia mau nyaleg dan mau datang ketemu WNI di LA, enggak ada yang datang itu. Kecuali kalau Anda datang bawa artis, kecuali Anda orang terkenal betul seperti Ahok, Jokowi, ramai itu orang yang datang di LA. Kalau caleg orang masih belum tertarik betul, tapi kalau capres banyak yang tertarik.

Ini problem awareness mereka atau memang karena mereka tidak tertarik pada caleg?

Kalau caleg kurang laku, to be honest. Tapi kalau capres laku banget. Mereka tahu semuanya tentang capres. Bahkan cenderung emosi kalau melihat persaingan antar pendukung capres. Misalkan, di Washington DC ada yang foto mendukung pasangan 01, itu besoknya ada lagi tuh yang foto di tempat yang sama mendukung pasangan 02. Jadi sampai seperti itu kalau capres. Tapi memang selama ini caleg mungkin kurang terekspos ya. Makanya itu juga yang saya khawatirkan, nanti mereka tanggal 8-13 April melakukan pencoblosan di luar negeri, mungkin mereka bisa dipastikan tidak bingung mencoblos capres, apakah itu 01 atau 02. Tapi justru mereka akan bingung dengan 105 caleg DPR RI Dapil luar negeri. Akhirnya mereka asal coblos.

Dulu banyak yang asal coblos, kecuali memang satu dua orang yang memang kenal.Tapi itu hanya satu dua orang, sisanya asal coblos. Setelah coblos mereka keluar, setelah keluar karena mereka asal coblos sudah lupa siapa yang dicoblos. Dan setelah itu lupa dengan akuntabilitas, bahwa orang yang terpilih itu harus akuntabel terhadap pemilih. Makanya mengenai caleg diaspora, saya ingin perubahan budaya politik. 

Halaman Selanjutnya
img_title