Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setyadi

Target Tiap Tahun, Zero Accident

Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat) Budi Setiyadi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA –  Setiap kali menjelang lebaran  pengawasan lalu lintas transportasi darat menjadi pekerjaan rumah paling berat buat Kementerian Perhubungan, khususnya Direktorat Jenderal Hubungan Darat. Tahun 2019, berdasarkan hasil survei tentang Potensi Pemudik Angkutan Lebaran 2019 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretapian, jumlah pemudik diperkirakan mencapai 18.290.398. Sebanyak 14.901.468 diantaranya adalah pemudik asal Jabodetabek. 

H-7 hingga H-1 Lebaran 2020, Cuma 465 Ribu Kendaraan Keluar Jakarta

Pemudik menggunakan ragam transportasi dengan perkiraan paling tinggi adalah menggunakan bus, yaitu 30 persen, mobil pribadi 28,9 persen, kereta api 16,7 persen, pesawat 9,5 persen, dan motor 6,3 persen. Berdasarkan survei tersebut Direktorat Jenderal Hubungan Darat Kementerian Perhubungan  memiliki peran signifikan untuk mengatur kelancaran dan keselamatan nyawa belasan juta pemudik tersebut.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat saat ini Budi Setyadi mengaku sudah menyiapkan berbagai strategi untuk menekan angka kecelakaan di jalur darat selama terjadinya proses arus mudik. Ia mengatakan sudah bekerja sama dengan berbagai instansi terkait, terutama kepolisian. Budi mengklaim angka kecelakaan pemudik mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dan itu menjadi indikasi instansi yang ia pimpin terus bekerja demi keselamatan dan keamanan pemudik.

Pertamina MOR III: Konsumsi Pertamax Ramadan-Idul Fitri Naik 12 Persen

Pria yang dilantik sebagai Direktur Jenderal  Perhubungan Darat pada 3 November 2017 itu mengatakan sudah menyiapkan segala proses pengamanan mulai dari infrastruktur, manajemen, sarana dan prasarana hingga entitas menyangkut mudik. Kepada VIVA yang mewawancarainya pada 16 Mei 2019, Budi menceritakan apa saja yang dilakukannya sebagai Direktur Jenderal Perhubungan Darat untuk memperlancar arus mudik, termasuk merencanakan pemberlakuan contraflow dan one way di jalur tol Cikampek. 

Apa saja yang dilakukan Budi dan jajarannya, simak wawancara khusus VIVA berikut ini:

Pelni Ungkap Alasan Penumpang Arus Balik Lebih Banyak Ketimbang Mudik

Bagaimana kesiapan menghadapi arus mudik lebaran tahun ini?

Dirjen Hubungan Darat sebagai bagian dari Kementerian Perhubungan berposisi sebagai leader atau leading sector untuk kementerian atau lembaga terkait, yang memang ditunjuk oleh Bapak Presiden menjadi Koordinator untuk angkutan lebaran. Dan kemudian dari situ lah, Pak Menteri paling sering melakukan pengecekan secara langsung. Memang paling banyak dinamika, paling banyak manajemen menyangkut masalah penanganan mudik, ada di sektor perhubungan darat. 

Artinya Ditjen Hubdar perlu bekerja sama dengan lembaga lain?

Tentu kita sudah koordinasi dan komunikasi dengan kementerian/lembaga yang terkait. Kepolisian yang utama, Pak Menteri selalu bilang, nanti di lapangan kepolisian yang memegang otoritas besar, seperti apa nanti pengaturan itu akan dilakukan. Walaupun peraturan yang sifatnya dirancang dengan perencanaan sudah akan kita lakukan sebelumnya. 

Perencanaan sudah kita persiapkan, semua Kementerian/lembaga yang biasa bekerja sama akan mendukung kita dalam rangka angkutan lebaran itu sudah komunikasi langsung dengan kita, melalui rapat-rapat koordinasi bersama. Seperti kemarin terakhir kita rapat di Jawa Barat dengan melibatkan Pak Gubernur, dan perangkat daerah lainnya, bersama-sama kepolisian.

Ditjen Hubdar sudah siap? 

Dari sisi perencanaan saya pikir sudah cukup siap, dari sisi administrasi managemen juga sudah siap, kemudian dari sisi kelembagaan juga seperti yang saya katakan tadi semuanya sudah siap. Contohnya, Pertamina itu nanti tugasnya di mana dan bagaimana, kemudian Kementerian Kesehatan seperti apa, Pemerintah Daerah juga seperti apa, termasuk juga dengan asosiasi-asosiasi angkutan darat, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan prasarana?

Kemudian dari sisi prasarana seperti kesiapan bandara, terminal, pelabuhan, stasiun kereta api itu memang menjadi tanggung jawab Kementerian Perhubungan, karena kita pastikan itu pasti akan ada peningkatan operasional, itu pasti. Berikutnya, selain menyangkut masalah kesiapan prasarana fisik, juga ada penguatan secara managemen, juga penguatan SDM juga pasti ada.

Persiapan seperti apa yang dilakukan?

Persiapan terkait sarana modanya. Seperti bus, kereta api, laut, pesawat, semuanya kita lakukan rampceck meyakinkan masyarakat. Kita sudah bertemu dengan semua operator bus wisata maupun bus reguler, untuk memastikan rampceck itu dilakukan jangan hanya dilakukan oleh pihak pemerintah saja, tapi juga dilakukan oleh operator. Intinya, semuanya harus bergandengan tangan, siapkan lah moda transportasi itu. Baik pesawat, kereta api, busnya, bagaimana semua itu bisa layak jalan.

Infrastruktur siap mendukung?

Untuk infrastruktur ini memang semuanya menjadi kewenangan atau tanggung jawab Kementerian PUPR, tapi tentunya dalam hal ini kita juga berkoordinasi dengan Kementerian PUPR terkait persiapan mudik lebaran 2019 ini. Kemarin, kita juga bersama-sama meninjau jalur nasional ke Lampung. Itu perbaikan pasti dilakukan. Hanya memang ada beberapa infrastruktur yang jalan tol keluar ke jalan kabupaten, jalan provinsi, ini yang kemarin pada saat kita tinjau ke Lampung yang membutuhkan upaya sendiri, dan sekarang sudah dilakukan. Saya jalan ke Jawa Tengah, Kementerian PUPR juga terus melakukan itu (perbaikan-perbaikan). 

Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat) Budi Setiyadi

Bagaimana dari sisi kelembagaannya?

Kemudian dari sisi kelembagaan, saya kira akan sama seperti tahun lalu, tugas akan dibagi habis oleh semua Kementerian/Lembaga terkait, karena Pak Presiden beberapa kali membahas ini di dalam rapat terbatas bersama Pak Menteri, dan Pak Presiden selalu mengatakan, ini adalah kerja bareng dari semua institusi.

Apa target dari Ditjen Hubdar dalam prosesi mudik ini?

Dari sisi semangat, kita mempunyai semangat bersama untuk melaksanakan arus mudik ini dengan motto yaitu "mudik selamat, guyub, rukun." Ini kita harapkan menjadi cerminan baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk melaksanakan mudik guyub, dengan mengedepankan keselamatan sampai tujuan. Sehingga bisa bertemu, bersilaturahmi dengan keluarga di kota tujuan.

Artinya, dari segi sarana, prasarana, infrastruktur, entitasnya juga kita sudah siapkan, kemudian masing-masing kementerian atau lembaga juga pasti akan membantu, mendukung sesuai tupoksinya masing-masing. 

Bagaimana strategi agar perencanaan berjalan sesuai target?

Kalau masalah pendekatan bisa sifatnya umum, bisa sifatnya spesifik ya. Yang spesifik saya katakan di jalan tol misalnya. Di jalan tol kita sudah berjenjang strategi yang kita lakukan, mulai dari penghentian sementara pekerjaan, ada empat proyek besar di jalan tol Jakarta-Cikampek, Tol elevated, kemudian KCIC atau kereta cepat, kemudian LRT, itu kan kita berhentikan sementara sejak H-10 hingga H+10. Kemudian, ada pembatasan angkut kendaraan barang sumbu tiga.

Bagaimana angkutan ekspor impor?

Untuk angkutan ekspor/impor kita bebaskan. Diperbolehkan, tapi dengan catatan mereka harus mendaftarkan atau melaporkan agar nanti ada tanda khusus. Karena jangan sampai nanti semua kendaraan angkut berat beralasan ini barang ekspor impor kan, banyak itu nanti kan. Nah (pembatasan kendaraan angkut sumbu tiga) dibatasi dari tanggal 30,31 Mei, tanggal 1, dan 2 Juni itu untuk mudiknya. Untuk arus baliknya tanggal 8,9,10 Juni.

 Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setyadi

11 Pegawai Positif COVID-19, Kantor Ditjen Hubdar Ditutup Sementara

Penutupan kantor dilakukan sampai tanggal 24 Juli 2020.

img_title
VIVA.co.id
23 Juli 2020