Siti Nurhaliza, Perjuangan 11 Tahun Dapatkan Anak

- Viva.co.id/Anisa W
Setiap waktunya disuntik, saya tidak merasa bermasalah. Saya oke tak sakit, tak lebam, tidak menyusahkan. Semua saya lakukan sendiri. Pernah minta tolong suami malah jadinya suami saya yang ragu bagaimana melakukannya.
Semua semakin berat dan penuh pengorbanan karena saya juga masih harus bekerja dan menyesuaikannya dengan jadwal menyanyi, dan aktivitas harus berlanjut seperti biasa.
Proses mendapatkan Afiyah ini sudah terasa sejak awal. Saya bahkan sengaja bilang kepada manajemen menyanyi saya. Mereka tahu saya rehat sejenak dari aktivitas menyanyi juga road show. Saya setop apa pun dan tak ambil apa pun sampai 4 bulan saya istirahat total.
Biar tidak terlalu vakum, saya tetap menyebar album baru saya ke radio-radio, tapi saya tetap istirahat dan tidak lakukan tour. Hingga akhirnya datang minggu ke dua hari penentuan.
Jantung saya berdegup, saya terus berdoa Insya Allah saya ada rezeki. Di lain sisi saya berpasrah jika memang bukan rezeki ya saya ikhlas.
Tapi selama proses Afiyah ini, hati kecil saya selalu bilang Insya Allah ada, Insya Allah yakin. Karena Alhamdulillah semua prosesnya sama, saat ambil telur, dan masuk-masuknya juga lancar dan tenang.
Dalam hati saya bilang jika ini bukan rezeki tidak apa-apa, kalau ini rezeki saya Alhamdulillah. Karenanya setelah dites positif pun saya juga tak terlalu senang, nanti setelah tes darah baru ketahuan kita hamil atau tidak.
Dan saya pergi ke klinik Alpha Fertility untuk tes darah. Setelah itu saya pulang dulu untuk tunggu hasilnya (hasilnya baru keluar 2 sampai 3 jam). Saat dokter menelepon dan bilang 'Siti Congratulation, the result positif.' Masya Allah saya dan suami jadi orang yang paling happy.
Meski begitu, dokter bilang jangan disebarkan dahulu karena kondisinya masih fragile atau lemah. Nanti kalau sudah ada denyut jantung barulah boleh disebarkan kabar bahagia ini. Setelah 4 bulan barulah saya mulai kabarkan kepada publik soal kehamilan ini.
Selain usaha saya juga minta doa dari abuya-abuya, habib-habib yang mendoakan saya yang saya temui di Indonesia. Doa ibu, keluarga, ahli-ahli kitab, orang alim, saya minta restu semuanya.
Selama 11 tahun menunggu apa yang paling berat dihadapi?