Jika Pesantren Berdaya, Bisa Turunkan Angka Kemiskinan

- VIVA/Muhamad Solihin
Seperti apa berdaya yang Anda dan Presiden maksud?
Berdaya itu tidak hanya mandiri ya, tapi lebih dari itu. Pesantren itu berdaya, tidak hanya menjadi lembaga pendidikan keagamaan, tapi juga bisa menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Peranan lebih besar, bukan sekadar menjadi lembaga pendidikan agama.
Apakah sebelum ditunjuk menjadi stafsus ada semacam fit and proper test?
Kalau fit and proper saya pikir itu penilaian Presiden yang sudah lama. Tidak secara khusus diundang, atau diberikan pertanyaan misalnya pendapat Anda tentang ini? Seperti ini, enggak ada. Ya mungkin Presiden menilai kami dari dalam, dan dari perjalanan. Stasfus yang lain hanya sekali bertemu Presiden. Saya tidak tahu, tapi sepertinya teman-teman yang lain juga sebelumnya sudah berinteraksi dengan Presiden.
Bagi orang lain, apa yang dilakukan Jokowi sekarang semacam bagi-bagi kekuasaan. Kan Anda pernah di Samawi (Solidaritas Ulama Muda dukung Jokowi). Tanggapan Anda?
Saya merasa tidak seperti itu juga. Selain di Samawi, saya juga salah satu sekretaris direktorat di tim kampanye nasional, TKN. Tidak ada bahasan ataupun apa pun dalam proses, baik itu membantu presiden, dari sebelum urusan pilpres sampai kepada urusan pilpres. Saya tidak pernah membicarakan.
Perspektifnya adalah bukan bagi-bagi kekuasaan, tapi memang tanggung jawab Presiden. Baik cakupan kerja, cakupan wilayah sangat besar, ya memang Presiden memerlukan tim yang di luar kementerian. Yang itu bisa, bisa, dalam "dapat informasi langsung tanpa harus ada birokrasi." Jadi Presiden dapat informasi langsung yang ada di masyarakat, problem-problem yang memang itu salah satu yang diharapkan kepada kami dari staf khusus.
Selanjutnya tugas stafsus..
Sebenarnya apa tugas pokok dan fungsi dari staf khusus presiden?
Kalau aturan di Perpres, penugasannya langsung oleh presiden, dan itu di luar tugas-tugas dari kementerian. Kira-kira bunyi teksnya seperti itu. Ya intinya stafsus itu menjadi mata dan telinga presiden. Dan gugus inovasi yang kemarin diperkenalkan itu, Presiden memang ingin ada pendekatan atau ada perspektif dari anak muda, dalam hal memberikan input pada program-program prioritas dari pemerintah. Terutama soal inovasi dan pendekatan digitalisasi. Jadi bagaimana kebijakan presiden bersentuhan langsung dengan anak muda.Â
Dari tujuh yang diperkenalkan kemarin, apakah ada pembagian tugas?
Tidak ada. Tujuh orang itu selain saya dan Angki, fokus dalam hal memberikan input kepada Presiden khususnya dalam bidang inovasi. Misalkan, saya kasih contoh yang sudah ditugaskan kepada kami, adalah kartu prakerja. Kami itu, tidak saya, tidak satu orang, tapi bertujuh adalah, bagaimana soal kartu prakerja. Karena ini objek programnya adalah anak-anak muda, maka Presiden menganggap perlu masukan dari anak muda. Kira-kira apa yang diharapkan anak muda dari kartu prakerja ini? Kayak gimana sih, baik dari aspirasi anak muda maupun dari pikiran-pikiran kami yang memang sudah memulai proses itu.
Jadi di luar Anda dan Angki, ketujuh ini pekerjaannya secara kolektif. Apakah presiden memberi mandat khusus pada Anda?
Soal pesantren. Bagaimana saya bisa memberikan perspektif baru, gagasan baru, tentang inovasi-inovasi di lingkungan pondok pesantren, santri. Bagaimana pemberdayaan ekonominya, bagaimana hard skill-nya, bagaimana manajemen pengelolaan pesantren, dan sebagainya. Ditambah lagi dengan teman-teman aktivis, mahasiswa, dan sebagainya.
Kira-kira apa yang diinginkan Presiden dengan memberikan tugas pada stafsus?
Nah, itu bukan kapasitas saya menyampaikannya. Yang jelas kerja kami ada KPI-nya dari Presiden. Tapi kami tidak dalam hal menyampaikan itu. Karena akan banyak bersentuhan dengan banyak kementerian. Itu yang akan menyampaikannya beliau-beliau itu dan presiden.