Jika Pesantren Berdaya, Bisa Turunkan Angka Kemiskinan

- VIVA/Muhamad Solihin
Selama ini kan pesantren itu memang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan. Masyarakat memposisikan pesantren itu sebagai tempat curhatan masyarakat sekitar. Anaknya, sakit minta doa ke kiai. Anaknya mau ke sekolah bicara ke kiai. Baik sekolah di pesantren maupun sekolah keluar. Ini menurut saya social capital yang menjadi keunggulan pesantren di banding lembaga pendidikan lain, lembaga pendidikan mana pun.
Berapa sebenarnya jumlah pesantren saat ini, dan bagaimana kondisinya?
Pesantren jumlahnya ada 29.000 seluruh Indonesia. Menurut data Kementerian Agama. Memang kita harus akui, pesantren yang memiliki kekuatan ekonomi, itu bukan lagi kemandirian, misalkan pesantren Sidogiri yang lembaga keuangan mikronya sudah punya aset, saya dapat kabar katanya sudah sampai Rp1,2 triliun lebih. Nah, yang saya ingin fokuskan adalah pesantren-pesantren yang memang selama ini belum banyak mendapatkan sentuhan dari pemerintah. Pesantren-pesantren salaf misalkan. Itu juga harus diakomodir dalam penyetaraan lembaga pendidikan. Ini kerja besar dan kerja berat. Dan tentunya ini adalah challenge buat kita, karena kira-kira, kalau urusan ekonomi atau pemberdaayaan ekonomi pesantren ini selesai, mungkin kesenjangan sosial, ekonomi, bahkan persoalan kemiskinan di Indonesia selesai.
Jadi pesantren bisa jadi alat ukur?
Karena alat ukurnya adalah mayoritas penduduk Indonesia itu kan muslim. Mayoritas muslim ada yang punya kultur yang mendekati pesantren dan santri. Jadi kalau 29.000 pesantren ini berdaya secara ekonomi semuanya, itu akan sangat berimbas kepada kemandirian ekonomi masyarakat. Katakanlah dibagi rata, 29.000 pesantren dibagi 50 ribuan sekian desa, berarti kan per dua desa ada pesantren. Kalau semua pesantren punya kekuatan dan pemberdayaan ekonomi cukup, itu akan sangat signifikan membantu mengangkat ekonomi masyarakat dan Indonesia.
Rencananya, apa yang akan dilakukan untuk memberdayakan pesantren?
Tentunya kita ingin ada pilot project di beberapa pesantren. Jadi ada yang akan kami ambil sebagai percontohan, dalam hal interaksi keuangan, dalam hal manejemen pondok pesantren, dalam hal up skilling unit usaha bisnisnya, dalam hal pemberdayaan ekonomi pesantren. Nanti kami akan membuat pilot project.Â
Lalu problem apa saja yang dihadapi, pesantren, mahasiswa, birokrasi?Â
Pesantren juga macam-macam. Tantangan di pesantren A tentu beda dengan tantangan di pesantren B. Tidak bisa saya generalisir, tantangan di dunia pesantren seperti ini, tidak. Kalau kita bisa ketegorisasikan pesantren itu, ada pesantren salaf, pesantren modern. Ini tentunya pendekatannya berbeda, masalahnya berbeda. Ada pesantren yang mempunyai afiliasi ke organisasi kemasyarakatan ada pesantren yang tidak berafiliasi dengan ini. Dan nanti pendekatannya akan berbeda.
Tadi Anda sebutkan, selain dengan pesantren, Anda juga mengurusi bidang kemahasiswaan. Bagaimana dengan kalangan ini?
Betul. Selain pesantren lalu bidang kemahasiswaan. Terutama teman-teman yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra. Ini tantangan kita jauh lebih berat dari pada senior-senior kita. Bahwa hari ini budayanya adalah budaya kompetisi. Jadi kita tidak dilihat lagi dari mana, background kita apa. Kompetisi ini sangat terbuka. Dan di situ saya sangat inginkan ada afirmasi. Untuk teman-teman yang memang "melakukan apa yang seharusnya negara lakukan."Â
Bisa dikatakan posisi Anda menjadi jembatan antara aspirasi atau suara mahasiswa dengan Jokowi?
Secara sederhananya bisa dikatakan seperti itu. Tapi saya rasa bukan menjadi mediator apa yang mahasiswa inginkan saya sampaikan kepada Bapak Jokowi. Tidak sesederhana itu. Kita juga harus menyampaikan ide dan gagasan kita kepada Presiden. Pak kira-kira ini loh, yang seperti ini.
Tapi bukan untuk mengkanalisasi kan?
Oh enggak, sampai hari ini saya tidak menjadi seorang mantan aktivis. Kita mengerti pemikiran idealisme teman-teman aktivis, teman-teman mahasiswa. Itu yang kira-kira menjadi tugas saya menyampaikan idealisme mahasiswa, bagaimana realitasnya. Kami juga ingin mahasiswa yang masih aktif di kampus dan sebagainya paham tantangan ke depan itu bagaimana. Kebijakan-kebijakan Presiden yang punya irisan dengan teman-teman mahasiswa itu, saya pikir perlu dimaksimalkan untuk dipikirkan mereka.
Kendala apa yang Anda hadapi selama menjalankan fungsi stafsus?
Pasti yang namanya kerja pasti ada. Kita sudah analisis SWOT, kita sudah lakukan. Tentunya kita juga memilah sesuai dengan prioritas kami. Karena tidak mungkin saya bisa menjangkau semuanya. Tapi kami juga akan mempunyai prioritas mana yang harus didahulukan.Â