Jika Pesantren Berdaya, Bisa Turunkan Angka Kemiskinan

Aminuddin Maruf Staf Khusus Presiden Joko Widodo
Aminuddin Maruf Staf Khusus Presiden Joko Widodo
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Selama ini ada kritik pekerjaan stafsus ini akan over lap dengan KSP, yang memberi masukan kepada presiden atau kementerian. Tanggapan Anda?
Saya kira kita sudah punya sistem. Kita sudah punya SOP. Mana tugas yang ada di tim KSP, mana tugas staf khusus. Selama ini juga kita tiap kali ada penugasan dari Presiden sudah jelas mana yang harus dikerjakan kami sebagai staf khusus presiden. Mana yang harus dikerjakan KSP secara kelembagaan. Yang itu diturunkan dalam deputi-deputi. Sudah jelas. Setiap hari juga kami dapat brief, itu sudah jelas penugasannya. Ini tugas staf khusus presiden, ini tugas deputi-deputi KSP, ini tugas Kepala KSP dan sebagainya.

Jadi tak mungkin tumpang tindih?
Tidak. Day to day kok kami mendapatkan tugas itu. Setiap pagi di handphone saya pasti masuk daily briefing.

Nada miring lainnya menganggap pekerjaan stafsus hanya semacam lips service?
Saya no comment. Sudah satu bulan, sudah ada yang kami selesaikan. Intinya kami akan fokus, akan berusaha yang terbaik, karena kami sudah dipercaya Presiden membantu kerja-kerja Beliau, ya kami bertanggung jawab kepada presiden. Saya tidak mau larut dengan polemik-polemik itu.

Bagaimana soal gaji Rp50 juta?
Terus terang, saya dan teman-teman waktu diminta menjadi staf khusus tidak ada kami mempertanyakan, "gajinya berapa pak? enggak." Saya dan teman-teman, kalau ukuran gaji seperti itu, kami bisa jauh cari yang lebih besar di luar. Saya pikir jangan semua diukur dengan urusan benefit ekonomi. Saya pikir enggak. Bahkan Belfa itu sudah menyampaikan gajinya akan digunakan membantu UKM, tidak akan ia gunakan.

Tapi angka itu benar?
Secara angka saya tidak tahu persisnya, karena saya juga belum pernah terima slip gajinya. Saya tidak tahu. Saya juga tidak tahu aturannya kalau ada yang menyebutkan angka sekitar itu. Hanya dikatakan bahwa staf khusus itu akan mendapatkan fasilitas etara Eselon I, itu saja.

Apa harapan Anda?
Ini penghormatan buat saya sebagai anak kampung, anak desa, dan tentunya saja juga mewakili, saya yang satu-satunya yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan luar negeri. Ini menjadi tantangan, menjadi challenge buat saya pribadi. Sudah diberi kesempatan, saya yang punya background sebagai aktivias mahasiswa, sudah diberikan kesempatan. Sejauh mana saya bisa menggunakan kesempatan ini yang diberikan oleh Presiden dengan sebaik-baiknya. Tentunya apa-apa yang sudah ditugaskan kepada saya dari Presiden itu bisa saya kerjakan dengan maksimal. Yang kedua, ini menjadi challenge untuk anak-anak muda, anak-anak muda Indonesia bahwa kita punya presiden yang sangat peduli terhadap anak-anak muda. Ayo kita gunakan kesempatan ini untuk berkreativitas di bidang masing-masing, lingkungan masing-masing, tentunya sebelum itu kapasitas masing-masing. Tentunya kita harus siap. (ase)